Comeback to School

117 6 0
                                    

Aldy POV

Gedung bercat putih berlantai tiga, yang lebih dari delapan bulan ini aku tempati sebagai sekolah tampak berdiri kokoh ditengah-tengah bisingnya kota Palembang. Hidup sebagai junior memang tidak mudah, tapi semua mahluk hidup pasti pernah mengalami fase ini. Bahan olokan, sering menjadi kambing hitam, keset kaka kelas, ungkapan yang pantas untuk junior di sekolah ini. Tapi tidak berlaku untukku. Sebagai junior memang sulit mendapat pengakuan, terutama dimata kakak kelas. Dibilang sok kecakepan, sok pinter, aku tidak marah kalau ada yang mengataiku seperti itu, memang benar adanya. Cakep dan pintar.

"Al, nanti bantuin nyiapin ruangan buat rapat ya."

"Ya," jawabku singkat.

Menyiapkan segala sesuatu untuk sekolah. Memang itu tugas kami. OSIS sekolah ini. Dan laki-laki yang menghampiriku tadi, dia ketua OSIS SMA ini, Lucky.

Aku dan rekan-rekan OSIS yang lain tengah sibuk menata aula yang akan dijadikan tempat rapat dewan guru dan komite sekolah. Mengingat diriku yang dulu, sama sekali tak terpikir olehku untuk mengikuti organisasi seperti ini. Terutama OSIS, yang dimataku dulu hanya sekumpulan orang bodoh yang mau disuruh-suruh dan disalahkan. Siapa sangka lewat perkumpulan orang bodoh ini,      aku tahu arti berbagi dan berkawan yang sesungguhnya. Dulu aku lebih suka menyendiri.

Wajahnya kembali terbayang olehku, setiap kali aku disibukkan oleh kegiatan OSIS seperti ini. Wajah orang yang merubah pola pikirku.

"Ngapain ikut OSIS?" tanyaku pada Keyla di telpon saat kami baru masuk SMA dulu.

"Ya, suka aja. Banyak teman. Jadi anak organisasi itu menyenangkan."

"Darimananya? Cuma jadi pesuruh."

"OSIS bukan pesuruh tapi pengabdi sekolah."

"Apa bedanya?"

"Bedalah. Coba deh lo ikut OSIS, biar lo lebih paham tentang kehidupan."

Aku tersenyum miring mendengar perkataannya. Seolah-olah dia lah pakar kehidupan yang sesungguhnya. Memang sudah berapa lama dia hidup?

"Iya. Biar lo tahu gimana caranya menghargai orang."

Sejak saat itu, entah kenapa kata-katanya teringat terus olehku. Hingga akhirnya aku iseng mendaftarkan diri sebagai pengurus OSIS di sekolahku. Hasilnya kini, aku diterima sebagai anggota divisi pendidikan budaya. Teman-temanku terkejut dengan perubahan sosialku yang tiba-tiba, aku hanya mengangkat kedua alisku manakala mereka bertanya. Alsannya pun aku tak tahu. Entah aku mengikuti kata hatiku, atau terpengaruh omongan Keyla. Biarpun begitu, akhirnya pun dia tidak diterima sebagai pengurus OSIS di sekolahnya. Ya, dia menelponku sambil menangis. Gadis cengeng.

"Al, pulang sekolah kita main."

"Kemana?" tanyaku malas pada Leo.

Leo temanku sejak SD. Kami dekat, sangat dekat. Bahkan pernah beredar gosip saat kami SMP dulu bahwa kami ini maho. Jelas saja gosip miring itu membuatku risih dan menjaga jarak dengannya lebih dari 2 bulan. Sejak saat itulah, sosok Leo sekatang dikenal sebagai seorang playboy. Untuk mematahkan gosip miring itu dia hobi gonta-ganti pacar.

"Nyari cewek."

Kegiatan yang sama sekali tak ku sukai.

Aku tahu, cukup tahu diri, sejak SD aku banyak digandrungi murid perempuan sekolahku. Cokelat, baju bahkan barang-barang mahal seperti jam tangan dan sepatu rutin aku dapatkan dari penggemar gilaku. Bukannya sombong kawan, tapi apa yang aku katakan itu benar adanya. Aku tipe orang yang tidak suka memanipulasi sebuah fakta. Mungkin karna sikap dinginku, perlahan perlakuan berlebihan mereka berkurang. Walau masih ada beberapa yang sangat membuatku risih. Seperti dua murid perempuan dengan rok kekurangan bahan yang kini berjalan ke arahku. Aku mengalihkan pandangan, pura-pura tidak melihat mereka.

My Icy BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang