Keyla POV
@LeoArkaRh : Dateng aja sama Aldy. Dia juga sering kesini. Pasti dia mau.
Pesan line dari Leo tak jemunya aku pandang. Dia mengundangku untuk datang di sebuah caffe. Aku tidak berani memberi kode agar dia datang menjemputku, berusaha menjaga image gadis baik-baik. Ini memang bukan ajakan ngedate, jelas saja karna dia menyuruhku datang bersama Aldy. Pasti dia mau? Sepertinya Leo belum lama kenal dengannya. Mana mungkin dia mau. Kalau pun aku mengajaknya, malam ini aku akan kenyang dengan kata makiannya. Membayangkannya saja membuat aku bergidik. Bukannya aku takut, aku hanya tidak mau malam ini berurusan dengannya. Pergi keluar dengan cowok kasar itu lagi? Mimpi buruk.
Logikaku menolak untuk pergi apalagi jika itu bersma Aldy, tapi dari lubuk hati yang paling dalam aku ingin menghadiri undangan Leo. Dia orang yang menyenangkan, baik, semua ucapannya sangat menenangkan ditambah lagi senyum manis dengan lesung pipi itu. Satu kata yang tepat mendeskripsikan dirinya, perfect.
Aku memainkan ponselku dan sesekali menggigit ibu jariku. Berjalan mondar-mandir didepan rumahnya. Aku ragu untuk mengetuk. Haruskah? Merelakan harga diriku dan terima dimakinya lagi hanya untuk memenuhi undangan Leo. Ya, untuk bahagia memang harus ada yang dikorbankan.
"Aldy ada diatas, samperin aja" kata tante Mira ramah padaku. Tante Mira dan Aldy memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Bagaimana bisa wanita selembut tante Mira punya anak sekasar Aldy. Atau.. Jangan-jangan Aldy bukan anak kandungnya? Hush, ngomong apa aku ini?
"Aldy.." aku memanggil namanya lirih dengan menyembulkan kepalaku dari pintu.
"Bisa gak sih ketuk dulu kalau masuk?!" frekuensi suaranya meninggi memekak ditelingaku. Kemudian dia beranjak dari duduknya setelah menutup buku setebal bantal yang tadi dia baca dengan keras. Dia berdiri menatapku marah, bahkan kini aku merasa seperti berdiri didepan api unggun. Panas. Tuh kan, belum apa-apa dia sudah marah. Bisa gagal nih.
"Maaf." Berusaha mengendalikan amarahku, aku mengalah minta maaf duluan. Aku sedang tidak ingin meladeninya.
"Kenapa?"
"Tadi Leo ngajak gue ke.."
"Terus apa hubungannya sama gue? Kalo gak penting keluar!" memotong perkataanku, kebiasaan buruknya yang sangat tidak aku suka.
Aku menghela nafas sesak, menahan kesal yang menjubel di ulu hati. "Lo mau ikut gak? Leo bilang lo juga sering kesana."
"Gak." Katanya irit mengacuhkanku dan lebih memilih membaca buku yang dua kali lebih tebal dari bantal dari rak bukunya yang setinggi menara sutet itu. Argghh... Anak manusia satu ini. Tahan Key.. Demi Leo. Eh bukan, demi kebebasan.
"Ayolah Al, baik dikit sama gue. Dia kan temen lo juga. Gak lama kok, please.. " ucapku seimut mungkin aku memohon padanya sambil mengatupkan kedua tanganku. Semoga kali ini dia tidak menatapku dengan tatapan jijik.
Benar saja, lihat tampang anehnya. Menatapku sambil menelisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kenapa? Apa aku terlihat sangat menjijikkan. Tapi setidaknya cara ini ampuh untuk orang didekatku. Bahkan tukang siomay dipinggir jalan pun akan memberikan semua siomaynya percuma padaku lengkap dengan gerobak, gas dan panci usangnya. Entah dengannya.
Dia menarik bibirnya disalah satu sisi, berjalan meraih jaketnya yang tergantung di dinding dan berjalan keluar kamar.
"Buruan!" katanya diambang pintu. Apa? Ini berhasil padanya. Kemampuanku dalam merayu memang tidak diragukan lagi. Aku tersenyum bangga. Bakat yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Icy Boy
Teen FictionAku menarik lengan Keyla, memaksanya mendekat padaku. "Lo gak ngerti bahasa manusia ya? Lo tunarungu?!" "Lepasin gue!" dia terus meronta, ku turuti kemauannya dengan menghempas lengan kurusnya. "Kenapa sih lo kasar banget sama gue? Salah gue apa sam...