Kehidupan Baru

15.5K 728 34
                                    

Mohon saran dan kritiknya...

"Aku menyayangimu, Bu."

"Ibu Hayu ...."

Hayu menoleh saat ada yang memanggil namanya. Seorang pria dengan kacamata tipis dan ulasan senyuman hangat menyapanya. Aku tak mengenalnya, gumamnya.  Hayu masih orang baru di perumahan ini.

"Anda mengenal saya?" Hayu bertanya penuh curiga.

"Saya Dokter Alam yang menangani kelahiran putri anda," jawabnya sambil mengelus rambut Aina.

Hayu berusaha mengingat kembali kenangan beberapa tahun silam.

"Anda lupa dengan saya, Bu Hayu?"

"Eh ... tidak, Dok. Hanya saja penampilan dokter berbeda," jawabnya malu.

"Oh ... iya ya. Memang saya mengubah penampilan saya," kata Alam dengan sunggingan senyum.

"Anda lebih kurus dari pada sebelumnya," ujar Hayu lagi dengan jujur.

"Ah, ibu Hayu ini ada-ada saja. Saya memang berdiet, Bu." Alam tertawa mendenganya.

"Ibu, Paman ini siapa?" Aina menarik baju Hayu.

"Paman ini yang membantu ibu saat melahirkanmu, Nak." Hayu memberitahu dengan pelan agar dipahami Aina.

"Oh ... gadis cantik ini namanya Aina." Alam menyalami Aina. Aina menyambutnya.

"Salam kenal dokter. Saya Aina," sapa Aina bersahabat walau agak malu.

"Salam kenal juga Aina cantik," balas  Alam sambil mensejajarkan tingginya dengan Aina.

"Apa ibu tinggal di sini?" tanya Alam.

"Iya mulai sekarang kami akan tinggal di sini."

"Ayahnya Aina di mana, Bu? Kok saya tidak kelihatan." Pertanyaan yang seharusnya tak perlu Hayu jawab.

"Ayah Aina sudah meninggal." Sepertinya gadis kecil itu kesal hari ini karena banyak orang yang bertanya kepadanya. Aina segera meninggalkan mereka dan belari menuju rumah yang sudah di belakang mereka.

"Oh ... maafkan saya, Bu Hayu. Saya---." Kalimatnya tersendat karena telah menyinggung perasaan.

"Kami bercerai tujuh tahun yang lalu," jawab Hayu singkat.

Alam kehabisan kata-kata. Dia hanya terdiam saja.

"Rumah saya dua blok dari rumah Bu Hayu. Jika ibu butuh bantuan saya. Datang saja ke rumah saya," katanya sambil berpamitan pergi.

Sebenarnya Hayu tak ingin bertemu dengan siapapun dan berharap kepindahannya kali ini tidak mengenal orang-orang lama. Dia ingin memulai kehidupan baru.

Hayu tahu pasti Aina akan masuk ke kamar dan bersembunyi di balik selimutnya dengan wajah yang di tekuk.

"Aina ...." panggilnya sambil menyibak selimut pink milik Aina.

Benar apa yang Hayu duga. Aina memasang wajah garangnya.

"Ada apa dengan anak ibu yang cantik ini?" Hayu menggoda sambil menepuk perutnya.

"Kok diam saja. Aina marah sama ibu, ya?"

"Aina marah semua orang. Memangnya salah jika Aina tak memiliki ayah?" katanya membelakangi Hayu.

"Aina tidak salah kok. Mereka yang salah karena bertanya terus." Hayu berujar sambil rebahan juga di sampingnya.

"Aina menangis?" Hayu terkejut. Tak biasanya putri kecilnya menangis. Saat sakitnya kambuh, dia tak pernah menangis.

JANGAN MENANGISI HARI ESOK, IBU  Terbit Di Dreame/Innovel Hingga TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang