Prolog

36.7K 1.3K 93
                                    


Naskah ini akan saya revisi ulang ya readers. Kemarin saya dapat ilmu dari sahabat WP bahwa sebenarnya cerita yang saya tulis ini ada kesalahan. Berkat sahabat WP akhirnya saya paham.

Jadi begini readers. Jika kita mau buat cerita haruslah konsisten dalam dialognya. Jangan ada beberapa dialog yang berbeda dalam satu paragraf karena akan membuat bingung. Jika kalian ingin bercerita mengenai tokoh AKU maka kalian harus menggunakan tokoh AKU sampai ending.

Nah kalau saya ini kan tiap paragraf ada tiga dialog yg berbeda. Nah itu sebenarnya dilarang. Jadi readers jika kalian ingin menulis perbanyaklah membaca dan bertanya kepada orang yang paham ttg seluk beluk kepenulisan.

Boleh donk saya minta vote, saran atau komennya? Atau juga cerita ini kalian share ke laman sosial kalian. 😊😊

Oke itu saja pemberitahuannya.

******

"Seorang ibu akan melakuan apa saja untuk anaknya."

28 November 2010

"Selamat Ibu Hayu. Anaknya cantik."

Suster Yuti mengantarkan anak yang dilahirkan Hayu hari ini di dalam dekapannya. Ada rasa bahagia menyelimuti relung hati Hayu sekarang. Anak yang selama ini dia nantikan akhirnya terlahir dengan selamat.

"Dok, ada apa dengan anak saya?" tanya Hayu menyadari bibir anaknya mulai membiru dan tubuhnya dingin.

Dokter Alam memeriksa keadaan bayi Hayu dan terkejut saat sang bayi mulai menunjukkan tanda yang serius. Dokter Alam segera menggendong bayi yang masih kecil dan membawanya ke inkubator untuk menghangatkan tubuh kecilnya.

"Ada apa dengan anak saya, Dok?" tanya Hayu dengan panik sembari turun dari ranjangnya.

"Maaf, Ibu. Ibu tidak boleh bergerak dulu," sergah Suster Yuti mencekal lengan Hayu.

"Tapi suster ..." Hayu semakin panik.

"Kami akan mengurus bayi anda. Tenang saja."

Para Suster segera meninggalkan Hayu yang masih menangis. Hanya Suster Yuti yang menemaninya.

"Kamu di mana, Mas Bayu?" lirih Hayu pedih.

*****

"Aku ingin kita cerai, Hayu." Perkataan yang secara tiba-tiba membuat Hayu terhenyak.

"Tapi mengapa, Mas?"

"Ibu tidak bisa menerima kehadiran anak yang kau lahirkan dalam keadaan tak sempurna." Bayu tak berani memandang wajah istrinya.

"Hanya karena itukah ibu tidak bisa menerima kehadiran Aina?"

"Maaf Hayu. Aku tidak bisa menolak keinginan ibu. Kau tahu sendiri ibuku adalah orang yang sangat aku sayangi," kata Bayu tanpa mengetahui perasaan sedih Hayu.

"Baiklah jika itu yang Mas inginkan. Ceraikan aku." Hayu beranjak dari tempat tidurnya dan keluar dengan menangis.

****

Namanya Lembayung Lituhayu Senja. Dia adalah ibu dari seorang anak gadis berusia tujuh tahun. Aina Atmariani Danastri adalah putri kecilnya. Sesuai namanya dia adalah bidadari kecil yang cantik.

Tepat hari ini tujuh tahun yang lalu Aina didiagnosa lemah jantung. Sepanjang hidupnya dia ditunjang oleh obat-obatan. Karena penyakitlah ayah maupun neneknya tak bisa menerima kehadirannya. Ketika Hayu melahirkannya tanpa seorang suami di sisinya, Aina kecil mengalami syok pada jantung yang menyebabkan tubuhnya dingin dan bibirnya kebiruan. Jika teringat hal itu sakit rasanya di ulu hati.

"Ibu menangis lagi?" Tangan kecilnya menghapus air mata yang jatuh di wajah Hayu.

"Tidak sayang. Ibu habis mengupas bawang merah," ujarnya yang memang memotong bawang merah.

"Jangan menangis, Bu. Ada Aina di sini." Putri kecilnya memberi pelukan hangatnya.

♡♡♡♡♡

Menulis cerita ini saya harus bisa berperan sebagai seorang ibu dan menjiwai perannya meskipun saya belum menikah. Wkwkwkwk.

Oke itulah sekilas prolog dari cerita saya.

Jika ada kekurangan boleh kalian memberi kritikan maupun saran.

Beri dukungannya ya. Terima kasih

Salam sayang

Mm

Surabaya 02 Februari 2017

Mohon bantuannya jika dalam cerita ini ada beberapa kalimat yang membingungkan tolong di koreksi ya readers.

Terima kasih

JANGAN MENANGISI HARI ESOK, IBU  Terbit Di Dreame/Innovel Hingga TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang