Hari Pertama Kerja

11K 509 12
                                    

"Ibu akan bersamamu, Nak."

Hari ini adalah hari pertama Hayu mulai bekerja. Dia bersyukur Tuhan mempertemukan dirinya dengan Alam dan Arimbi. Alam meminjamkan uangnya untuk beberapa bulan ke depan kepada Hayu karena uang simpananya tidak cukup. Setidaknya dia bisa memenuhi kebutuhan meskipun uang itu diperoleh hasil dari pinjaman dari Alam.

"Ibu, apa ibu tidak menjemput Aina nanti di sekolah?" tanya putri kecilnya di meja makan sebelum berangkat ke sekolah.

"Maaf Sayang. Ibu tidak bisa. Ini hari pertama ibu bekerja. Nanti bos ibu marah deh," guraunya sambil mengolesi selai kacang di roti.

"Jadi siapa yang jemput Aina?" Kembali Aina bertanya dengan seksama.

"Ibu sudah bicara sama pak sopir antar jemput Aina agar diturunkan di tempat ibu bekerja," kata Hayu memberi solusi.

"Apa boleh Aina di sana? Nanti tante cantik marah," ujarnya sambil mengunyah rotinya.

"Jangan bicara jika sedang makan, Nak." Hayu memberi peringatan agar tidak bicara jika sedang mengunyah makanan.

Aina mengangguk dan diam.

"Kata Tante cantik, Aina boleh di kafe sepulang sekolah asal jangan menganggu ibu bekerja." Hayu memberitahu agar Aina mengerti.

"Benarkah Bu?" Aina menunjukkan wajah yang sumringah.

"Aina tidak mau lagi di tinggal sendirian lagi. Dulu di rumah paman dan bibi, Aina selalu ditinggal sendiri," ucapnya dengan mimik serius.

"Tidak akan lagi, Nak. Ibu akan bersamamu."

"Ayo lekas habiskan makananmu. Nanti Pak Burhan datang menjemputmu." Hayu menyuruhnya agar menghabiskan makanannya yang tak pernah dihabiskannya.

"Ibu, Aina sudah minum obatnya," kata Aina dengan menunjukkan obat yang akan masuk ke mulutnya.

"Anak pintar." Hayu memberinya pujian.

Aina tak pernah lupa akan tanggungjawabnya. Tiap pagi dan menjelang tidur malam dia akan selalu meminum obat jantungnya. Sebenarnya sebagai seorang ibu, Hayu tidak tega, tetapi hanya itu satu-satunya cara untuk memperpanjang umurnya.

Syndrom Hipoplastik Jantung Kiri adalah penyakit jantung bawaan yang diderita oleh putri kecilnya. Hayu masih ingat rasa takut yang merayapi ketika melahirkannya. Tiba-tiba saja seluruh tubuhnya menjadi biru. Ketika usia empat tahun, Aina melakukan operasi jantung karena itulah rumah yang sebenarnya menjadi warisan Hayu terpaksa dijual oleh kakaknya.

"Ibu kok bengong?" Aina menarik baju Hayu yang menatap kosong.

"Apa Nak?"

"Itu Bu. Jemputan Aina sudah datang. Aina pergi dulu, ya," pamit Aina sambil menyalami punggung tangan Hayu.

"Hati-hati, Nak," katanya sembari mengecup kening Aina.

"Sampai ketemu di kafe ya, Bu," teriaknya dari luar.

Setelah mobil jemputan Aina berangkat. Hayu harus menyiapkan diri untuk bekerja sekarang. Ketika dia hendak mengunci pintu ada sebuah mobil terparkir di depan rumah. Hayu kira ada tamu yang berkunjung, tetapi yang terlihat malah Alam.

"Selamat pagi Hayu," sapanya dengan sumringah.

"Selamat pagi juga Alam," balas Hayu dengan tersenyum.

"Aina sudah berangkat, ya?" tanya Alam sambil celingak celinguk.

"Sudah dari tadi," kata Hayu singkat karena dia takut terlambat masuk kerja.

"Mari aku antar," pinta Alam dengan membuka pintu mobil padahal Hayu akan naik angkot hari ini.

"Tidak usah Alam. Aku naik angkot saja."

JANGAN MENANGISI HARI ESOK, IBU  Terbit Di Dreame/Innovel Hingga TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang