Mohon saran dan kritiknya...
"Seorang ibu rela mengorbankan waktu dan tenaganya untuk sang buah hati."
"Sudah tidak apa-apa dengan Aina, Bu Hayu. Tenang saja," ucap Alam setelah Hayu mendatangi rumahnya.
"Apakah Aina akan baik-baik saja? Apakah Aina perlu dirawat di rumah sakit?" Hayu bertanya secara beruntun.
"Ibu Hayu..." panggil Alam lembut sambil menepuk bahu Hayu pelan.
"Eh, iya Dok. Ada apa?" Hayu tergagap.
"Tidak terjadi apapun dengan Aina. Dia hanya kelelahan saja."
"Wah syukurlah. Saya terlalu panik tadi."
Ya, Hayu memang panik luar biasa saat melihat tubuh Aina yang kedinginan.
"Lihatlah sekarang dia tertidur dengan nyenyaknya. Ibu Hayu tak perlu khawatir." Alam menghampiri Aina yang tertidur di ruang praktek pribadinya.
"Kalau begitu biar saya membawa Aina pulang. Saya akan menggendongnya." Hayu berusaha menggendong Aina. Namun, lengannya dicekal oleh Alam.
"Bagaimana ibu bisa membawa Aina pulang jika kaki ibu terluka?" tanyanya dengan panik.
Hayu baru menyadari jika kakinya terluka karena tidak memakai sandal saat ke rumah Alam.
"Sini saya bantu untuk mengobati kaki ibu." Alam menggandeng tangannya dan menyuruhnya duduk.
"Tidak usah Dokter. Saya bisa mengobatinya sendiri," ujarnya agak risih saat Alam melihatnya.
"Apa ibu ingin Aina bersedih jika mengetahui kaki ibunya terluka karenanya?"
Hayu menggeleng.
Alam mengobati dan mengolesi salep untuk kaki Hayu yang lecet. Seketika Alam mengingatkan Hayu kepada Bayu sang mantan suami sebelum mereka menikah.
"Terima kasih Dokter," ucapnya setelah Alam selesai.
"Jangan panggil saya dokter, Bu. Panggil saja saya Alam. Saya Alam Pramudya Syah."
"Kalau begitu jangan panggil saya ibu. Panggil saja saya Hayu. Nama saya Lembayung Litahayu Senja." Hayu memperkenalkan diri.
Mereka saling terdiam beberapa saat ketika suara Aina memanggil Hayu dalam tidurnya.
"Apa Aina tahu siapa ayahnya, Hayu?" Alam sudah berbicara informal kepada Hayu.
"Sejak dia lahir dia tak pernah tahu ayahnya," jawab Hayu pelan agar tidak terdengar oleh Aina.
"Maaf jika saya sedikit lancang, Hayu. Apa karena penyakit dan kekurangannya yang menyebabkan ayahnya tak mau menerima Aina?" tanya Alam dengan sopan.
Alam sudah tahu dengan pasti. Ia pernah mengambil kuliah bagian psikolog dulu.
"Iya. Bukan hanya suamiku saja, tetapi seluruh keluarga suamiku," tuturnya dengan getir mengingat masa lalu.
"Aku rasa kami harus pulang, Alam. Ini sudah hampir pagi. Aku takut ada orang-orang yang bergosip." Hayu berpamitan untuk mencegah agar semua orang tak berprasangka buruk terhadap dirinya yang berada di rumah seorang pria.
"Jangan khawatir, Hayu. Satpam depan rumah dan pelayanku tahu kamu ada di sini karena Aina yang sakit. Kau tak perlu resah terhadap orang-orang." Alam memberikan segelas teh hangat.
"Kau bekerja di mana, Hayu?"
"Aku berhenti dari tempat lamaku karena upahnya tak sesuai," ucap Hayu dengan mengaduk teh di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN MENANGISI HARI ESOK, IBU Terbit Di Dreame/Innovel Hingga Tamat
RomantikEnding versi wattpad dan Dreame beda ya. Silakan dibaca, Sebuah kisah tentang perjuangan, rasa sakit, penyatuan hati dan cinta seorang ibu. Ini kisah tentang Hayu. Seorang ibu yang memperjuangkan haknya. Seorang ibu yang melakukan apa saja untuk ana...