Bagian 5

5.4K 266 0
                                    

Kring...

Bel istirahat kedua telah berbunyi,Arkan dan Amel masih berada di rooftop bahkan sekarang mereka terlihat lebih akrab dari sebelumnya karena mereka sekarang sudah menjadi sahabat.

"Kan, gue ngantuk. Gue pinjem bahu lo ya 15 menit aja soalnya tadi malem gue abis jaga lilin." ucap Amel asal.

"Jaga lilin? Lo melihara babi ngepet?" tanya Arkan.

"Gak, gue bercanda. Ya ya pinjem bahu lo 15 menit aja. Kalo lo terasa bahu lo berat atau bahu lo capek lo bisa bangunin gue." Amel langsung meletakkan kepalanya dibahu Arkan dan memejamkan matanya.

"Kenapa nih hati gue kok tiba tiba ngerasa nyaman" batin Arkan

Lama kelamaan Arkan terasa bahunya semakin berat,dengan perlahan Arkan memindahkan Amel agar tidur didada bidangnya.

"Berat ya? maaf maaf." ucap Amel dengan suara khas bangun tidur.

"Gapapa.Oh ya, Mel cowo lo apa gak marah lo deket deket sama gue? entar diam diam cowo lo udah nyiapin pembunuh bayaran lagi." ucap Arkan sedikit terkekeh.

"Arkan nanya pacar gue marah atau gak apa apaan ini?" batinnya

"Eh tapir lebanon! lo menghina gue atau gimana nih?!" Amel sudah melipat tangan didepan dadanya.

"Gue nanya."

"Gue gak punya pacar,Kan." ucap Amel dan Arkan hanya ber'oh'ria.

"Lo sendiri gimana semenjak putus sama Asya punya pacar gak?" tanya Amel.

"Gak!" jawab Arkan dingin.

"Kok dingin lagi sih? gue ngambek sama lo." Amel kembali memunggungi Arkan seperti saat dihukum oleh bu Ratih.

"Ngambek gue cium." ancam Arkan.

"Lo ngasi ancaman tapi lo gak berani ngelakuin. Ancaman lo itu pembodohan publik tau gak!" cerocos Amel dan...

Cup!

Arkan mencium sekilas pipi kiri Amel kemudian tersenyum miring
Tubuh Amel langsung menegang dan matanya membulat sempurna.

"See? Gue beranikan?" Arkan tersenyum miring.

"Tap..tapikan engg..enggak us..usahh l..lo ci..cium ju..juga ka...kali." Amel membalikkan tubuhnya kearah Arkan seketika Amel menjadi tergagap karena perlakuan Arkan tadi.

"Lo sendiri yang ngomong tadikan kalo gue gak berani. Liat sekarang,malahan pipi lo yang merah." ucap Arkan enteng.

"Iy..iyaa l..lo men...menang." ucap Amel masih tergagap.

"Gausa gagap gitu, kalo mau lagi gue kasih selagi gratis." goda Arkan.

"Arkan gak kayak biasanya yang dingin cuek kalo ngomong irit banget ternyata dia bisa seasik ini" batinnya

"Kenapa? lo mikir kenapa gue gak dingin gak cuek iya? udah ketebak sama ekspresi muka lo." ucap Arkan.

"Lo cenayang?" tanya Amel.

"Yakan bener tebakan gue? Gue dingin cuek itu sama orang yang gak terlalu deket sama gue. Mmulai sekarang lo sahabat gue dan gue anggap lo orang terdekat gue." ucap Arkan.

"Tapi lo sama Alvin dingin, padahal Alvin sahabat lo" ucap Amel.

"Gue gak mau nunjukkin sifat asli gue didepan orang banyak. Lo tanya sama Alvin gue gak gitu ke dia gak dingin." ucap Arkan.

"Kan, turun yuk ke kantin gue laper nih."ajak Amel sambil menepuk nepuk perutnya.

"Yaudah." Arkan dan Amel berjalan menuju tangga rooftop.

A dan A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang