Chapter 6

72 7 5
                                    

Seperti biasa 😁





Sebelum baca...






Jangan Lupa Vote 😉



























Author pov

Woojin terpaku pada ingatannya dimasa silam dan hari ini dia mengulangi perlakuan yang sama pada gadis yang dicintainya. Dia pun berlari secepat mungkin meninggalkan dua orang tersebut.
---------------------------------------------------------------

"Kau tidak apa-apa? Astaga, tanganmu terluka. Cepatlah ku antar pulang. Tapi lebih baik kau menginap di dorm pria saja. Lukamu harus segera diobati." Daniel panik setelah melihat luka cakaran di tangan Ji Eun. Secepat mungkin ia menggendong tubuh Ji Eun dan membawanya menuju dorm pria. Sesampainya di depan pintu, Daniel menekan tombol password dorm dan pintunya pun terbuka.

"Ji Eun? Kenapa kau kemari? Astaga, tanganmu kenapa?" Jihoon panik dan berlari menuju dapur. Wajahnya tampak khawatir. Lalu dia kembali membawa P3K.

"Maafkan aku, tadi ada urusan mendadak jadi aku berlari. Tapi aku disera..."

"Aku tadi kebetulan lewat dan melihatnya terjatuh." Potong Daniel bohong.

"Ya ampun, harusnya kau lebih berhati-hati."

"Ji Eun, sebaiknya kau menginap disini. Bahaya kalau pulang sekarang." Ucap Daniel khawatir.

"Oppa, gak apa-apa kan?" Ji Eun menunggu persetujuan dari Jihoon.

"Baiklah. Ji Eun tidur di kamar oppa, jangan lupa minum obat, istirahatlah." Syukurlah Jihoon mengizinkan.

Skipp>>

Ji Eun pov

Paginya aku terbangun mendengar alarm di ponselku. Saat menuju dapur, mataku tertuju pada sosok yang sedang tertidur pulas di sofa depan TV. Kuhampiri dia dan berjongkok didepannya.

"Kau lucu sekali, seperti anak kucing." Gumamku pelan. Ku singkirkan surai rambut yang menutupi dahinya, tapi ada sesuatu yang janggal dari Daniel. Suhu badannya panas sekali. Dengan cepat aku berlari menuju dapur mengambil air dan kain basah. Ku kompresi Daniel yang mulai menggigil kedinginan. Kutarik selimut hingga menutupi dadanya. Tak lama kemudian Jihoon muncul mengenakan handuk kimono.

"Ji Eun belum sarapan? Daniel gak perlu diurus, dia tuh udah gede. Masa masih pake dibujuk bangunnya."

"Oppa, ini tuh darurat banget. Aku bukan ngebangunin dia tapi dia sekarang lagi demam. Gak liat aku lagi ngompresin dia?"

"Ngomong-ngomong kamu liat Woojin gak? Semalaman dia belum pulang sampai sekarang."

"Oh iya ya, padahal semalam aku ada janji sama dia tapi dianya yang gak datang."

"Ya udah, cepetan siap-siap. Ntar dimarahin manajer."

"Danielnya gimana? Masa ditinggalin sendirian?"

"Biarin aja. Buruan cepet."

"I.. Iya deh." Balasku setengah hati.

Di ruang latihan, entah berapa kali aku diperingatkan Jihoon karena selalu lupa koreografi. Mengingat Daniel yang di dorm sendirian dan Woojin yang hingga kini belum kembali, semuanya benar-benar membuyarkan konsentrasiku. "Ku mohon, lupakan mereka sejenak. Biarkan aku fokus latihan", jerit batinku. Setelah tiga jam latihan kami pun beristirahat. Aku berjalan menghampiri tasku dan mengambil ponselku. Aku menuju ke sudut ruangan dan duduk meringkuk memeluk lutut. Air mataku mulai mengalir membasahi pipiku. Masalah Daniel mungkin dia bisa berusaha sendiri di dorm, tetapi aku terus memikirkan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Park Woojin. Aku sangat merindukannya. Berulang kali ku coba menelfonnya tapi tidak ada jawaban.

Tiba-tiba pintu ruang latihan terbuka, menampakkan seseorang yang wajahnya sangat asing.

"Halo semuanya, saya Kim Donghan trainee baru disini. Jadi mohon bantuannya." Pria bernama Kim Donghan itu tersenyum ke arah kami.

Seketika tangisanku terhenti saat tiba-tiba ia menghampiriku.

"Hei kenapa kau menangis?"

"Tidak, aku tidak menangis." Secepat kilat kuusap air mataku.

"Bohong, lalu ini apa?" Dia meletakkan tangannya dipipiku dan mengusap sisa air mataku menggunakan ibu jarinya.

"Bu.. bukan, mataku tadi ke..kelilipan." Pipiku terasa terbakar menahan malu.

"Namamu Ji Eun kan? Kau lucu sekali."

"K..kok tau?

"Tau dong, aku kan cenayang." Jawabnya bohong.

Aku menatapnya keheranan.

"Kau kenal Park Woojin?"

"Ya, sangat kenal. Dia pacarku. Memangnya apa yag terjadi dengannya? Kau melihatnya? Dimana dia? Kumohon beritahu aku." Kedua tanganku mulai mencengkram erat lengannya. Aku mempunyai firasat kalau Donghan mengetahui keberadaan Woojin.

"Hei, tenanglah. Aku punya satu permintaan padamu. Tapi kumohon lakukanlah, karena ini menyangkut masalah keselamatanmu." Donghan menggenggam tanganku erat dan menghela napas sebelum melontarkan kalimat berikutnya.

"Kumohon, jauhi Woojin. Tinggalkan dia yang akan mencelakaimu."







To be Continue>>







Annyeonghaseyo Reader 🤗😘
Author balik lagi, n' sorry updatenya agak lama cause author punya kesibukan baru. Gak maksud pamer sih, karena author hobi dance, jadi author baru-baru ini ikut komunitas dance yang menurut author sih lucky buanget soalnya baru kali ini ada komunitas dance di lingkungan tempat tinggal author 😔. Tuh kan jadi curhat deh 😅

Jadi harap maklum ya kalau slow update 😂

Author harap kalian gak bosen ama cerita ini. 😉

N' makasih juga buat yang udah ngevote juga memberi komentar 😁

Saranghaeyo Reader

Happy Reading 😉

The Dark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang