Part 16

878 41 2
                                    

Nadhira sudah memikirkannya baik-baik. Percuma saja dia berusaha menghindari Nathan kalo pada dasarnya hatinya memilih Nathan. Bukankah perasaan itu tidak bisa dipaksa. Nadhira pun tidak bisa memilih kepada siapa dia menjatuhkan hati. Semakin Nadhira menjahui Nathan semakin besar pula rasa sakit yang dirasakan Nadhira. Apakah ini saatnya untuk Nadhira membuka hatinya untuk Nathan. Oh bukan membuka namun memaafkan. Karena pada dasarnya Nadhira tidak pernah bisa menutup hatinya untuk Nathan.

Hari ini Nadhira sama sekali tidak melihat Nathan disekokah. Biasanya Nathan menunggu Nadhira didepan pintu kelas Nadhira. Namun kali ini Nadhira tidak menemukannya. Lima menit lagi pelajaran dimulai tapi Nadhira sama sekali tidak mood mengikuti pelajaran.

Nadhira menenteng tas biru dongkernya dan hendak keluar kelas.

"Mau kemana lo Nadh ?" Tanya Gaby yang baru sampai kelas.

"Lagi gak mood. Gue cabut dulu."

Gaby hanya mengangguk-angguk kemudian berjalan ke tempat duduknya. Dia tidak terlalu memperdulikan Nadhira, karena memang itu sudah menjadi kebiasaan Nadhira.

Nadhira berjalan mengelilingi sekolah. Entah kenapa itu membuat moodnya membaik. Kemudian Nadhira tiba di sebuah ruangan. Terdengar suara di ruangan tersebut. Nadhira bingung padahal itu adalah ruangan kosong tapi bagaimana bisa ada suara.

Karena penasaran Nadhira masuk kedalam ruangan tersebut. Ternyata benar, Nadhira melihat beberapa orang disana. Ada seorang perempuan mencium pipi kiri seoeang lelaki dan tiga orang lelaki disekitar mereka. Mata Nadhira memanas melihat hal itu. Karena dua orang tersebut adalah Nathan dan Tasya, dan tiga orang disekitar mereka adalah Davino, Arga, dan Tara.

Tidak lama kemudian Nathan menyadari keberadaan Nadhira. Belum sempat Nathan menjelaskan kepada Nadhira, Nadhira sudah pergi duluan. Nathan melepaskan pelukan Tasya dan langsung mengejar Nadhira.

"Nadh tunggu." Nathan mencekal tangan Nadhira.

"Apaan sih Nath." Nadhira melepaskan genggaman tangan Nathan.

"Saya bisa jelasin semuanya."

"Buat apa ? Penjelasan dari kamu itu nggak penting. Karena aku bukan siapa-siapa kamu lagi. Kamu harus sadar itu."

"Saya harus bagaimana lagi ?" Ucap Nathan parau.

"Jahuin gue Nath."
"Kalo lo mau liat gue bahagia jahuin gue."

Ada rasa sesak pada hati Nadhira ketika di mengucapkan kalimat itu. Kalimat yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya.

Bukan hanya Nadhira, Nathan juga mengalami hal yang sama. Kalimat yang Nadhira ucapkan benar-benar menohok hatinya.

Nathan terdiam cukup lama. Hingga satu kata meluncur dari mulutnya. "Baiklah." Satu kata yang mampu membuat Nadhira hancur. Nathan melepaskannya. Matanya memanas buliran air mata sudah siap keluar. Tapi bukankah ini yang Nadhira inginkan ? Namun kenapa Nadhira malah tidak rela jika lelaki itu melepakannya.

"Semoga kamu bahagia atas pilihan kamu." Nathan meninggalkan Nadhira yang masih mematung karena ucapannya.

Nathan tidak sepenuhnya melepaskan Nadhira. Mungkin tangannya melepaskan namun hatinya masih menggenggam erat gadis itu. Kali ini Nathan tidak ingin egois. Susah terlalu sering dia memaksakan kehendaknya kepada Nadhira. Nathan ingin menghargai keputusan Nadhira meskipun itu melukai hatinya. Biarlah Nadhira bahagia dengan pilihannya. Bukankah cinta itu ketika melihat orang yang kita cintai bahagia kita akan ikut bahagia ?

---

Derasnya air mata membasai pipi mulus Nadhira. Nadhira harus dihadapkan kenyataan sepahit ini. Hatinya bergejolak, marah, sedih, kecewa semua dia rasakan. Mulut manisnya mengatakan untuk Nathan pergi. Namun hatinya lagi-lagi menolak hal itu.

NadhiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang