Part 17

859 44 3
                                    

Setelah mengelilingi sekolah mencari keberadaan Nathan, Akhirnya Nadhira menemukan Nathan duduk sendirian di Kantin. Nadhira mengumpulkan keberaniannya untuk menemui Nathan. Jujur Nadhira takut Nathan tidak memaafkannya.

Nadhira menghampiri Nathan, namun belum sempat Nadhira berbicara Nathan pergi tanpa memandang Nadhira sedikitpun. Seakan-akan kehadiran Nadhira tidak ada. Ada rasa sakit di dada Nadhira sekarang. Batinnya seolah teriris. Nadhira ingin sekali meminta maaf kepada Nathan. Namun jangannkan meminta maaf, Nadhira datang saja Nathan menghindar.

Tak terasa air mata jatuh di pipi mulusnya. Nadhira mengusap air matanya kasar. "Apa lo benci sama gue Nath ?" Guman Nadhira sambil tersenyum kecut.

***

Disisi lain Nathan merasakan hal yang sama seperti Nadhira. Bukan hanya Nadhira yang terluka, bahkan dia jauh lebih terluka. Harus berpura-pura mengacuhkan gadis yang dicintainnya. Tapi mau bagaimana lagi, bukankah itu yang Nadhira inginkan.

Nathan menyenderkan punggungnya pada balkon. Sedikit menoleh kearah bawah yang terlihat sepi. Tentu saja sepi, pelajaran sudah dimulai. Tapi Nathan sama sekali tidak minat untuk masuk kelas.

"Nath..." Seorang gadis menepuk bahu Nathan.

"Lo ? Ngapain kesini ?"

"Maafin gue Nath. Gara-gara gue hubungan lo sama Nadhira jadi berantakan." Tasya menundukkan kepalanya. Terlihat jelas penyesalan dari mata gadis itu.

"Santai aja kali Tas. Mungkin ini emang takdir gue."

"Sebenernya gue udah coba ngomong sama Nadhira tapi dia nggak pernah mau dengerin gue."

"Udahlah, lagian Nadhira udah bahagia sama pilihannya." Nathan tersenyum miris saat mengatakan 'pilihannya.'

"Pilihan ?" Tasya menaikkan sebelah alisnya.

"Arsen."

Tasya tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Nathan. Setahunya akhir-akhir ini Nadhira malah tidak pernah terlihat bersama Arsen. Namun Tasya memikirkan diotaknya tanpa mengatakannya. Dia tidak ingin salah bicara dan membuat Nathan marah lagi kepadanya.

"Yaudah Nath, gue ke kelas dulu ya." Nathan membalas dengan anggukan kepala.

***

Sudah beberapa hari ini kegelisahan menyelimuti perasaan Nadhira. Hatinya campur aduk. Di satu sisi dia ingin mempertahankan Nathan, Namun disisi lain sudah tidak ada harapan untuk mempertahannkan pria yang dicintainya.

Seorang gadis menghampiri Nadhira yang duduk di taman. Penampilan gadis itu sungguh urakan. Pakaian yang jauh dari kata rapi. Gadis itu adalah Berly, salah satu siswi yamg terkenal sangat BadGirl. Bahkan melebihi Nadhira. Tidak tanggung-tanggung malasah yang dibuat gadis itu. Dia bahkan pernah ketahuan merokok di sekolah. Untung saja pihak sekolah tidak mengeluarkannya. Hanya memberi skorsing. Berly di kelas sebagai gadis club. Karena hampir setiap hari dia keluar masuk club. Dia sudah dicab rusak oleh semua di sekolah.

"Sendirian aja lo Nadh." Berly mendudukan pantatnya di sebelah Nadhira.

"Hm."

"Kayaknya lo lagi sedih ya." Berly mengamati wajah Nadhira secara perlahan. "Nih." Berly menyodorkan sebungkus rokos kepada Nadhira.

"Nggak. Makasih." Jelas Nadhira menolaknya.

"Haha." Belry tertawa reyah. "Nadh, gue tau lo ada masalah. Asal lo tau ya ini bisa ngilangin rasa sedih lo. Percaya deh sama gue." Nadhira masih terdiam tidak menanggapi ucapan Berly. "Lagian lo kan BadGirl masak iya takut ngrokok." Berly tersenyum meremehkan Nadhira.

NadhiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang