of Christmas Eve and the Midnight Sickness

1.5K 208 10
                                    

Berulang kali Jennie menoleh kepada jam dinding yang berbentuk seperti rumah kayu dan waktu seolah bekerja begitu lambat saat ia menunggu sendirian di sofa beludru diiringi playlist lagu dari Frank Sinatra bertema natal dari radio. Dia heran dengan si pemilik apartemen yang sepertinya tak punya ketertarikan terhadap malam selebrasi seperti malam ini.

Pria itu terlalu berfokus pada pada pekerjaannya sebagai photographer yang memiliki jam tak menentu ketimbang menghabiskan waktu bersama Jennie yang ia deklarasikan sebagai kekasih seumur hidupnya empat bulan lalu.

Jennie pun sebenarnya juga memiliki kesibukan yang sama padatnya. Ia merupakan Co-Chief di majalah Harper Bazaar yang sudah sangat jelas sibuk terlebih bulan desember di tiap tahun adalah waktu terkritis bagi perusahaan yang bergerak dibidang fashion karena harus jeli terhadap trend setter macam apa yang akan cocok tahun depan. Jennie bahkan rela menghabiskan 2/3 waktunya di kantor selama hampir dua minggu terakhir hanya agar malam ini dan besok ia mendapat jatah libur. Meski itu sudah dilarang habis-habis oleh prianya.

Tapi sepertinya, pengorbanan itu terlihat sia - sia sekarang karena orang itu tidak melakukan sama besarnya kepada dirinya. Atau mungkin, prianya justru menghabiskan malam bersama model yang lebih kurus dari pada dirinya saat ini. Jika itu benar terjadi, Jennie bisa memastikan nama kekasih sehidup sematinya akan masuk dalam berita kriminal besok yang bertajuk, "Seorang Photographer Majalah Ternama Ditemukan Terbunuh dengan Beberapa Anggota Bagian Tubuh Terpotong (khususnya dibagian kelamin)"

Rencana jahat yang Jennie rangkai dalam kepalanya tiba - tiba menghilang tepat setelah pintu apartemen di seberang membuat bunyi dan terbuka. Manik hazelnya melebar ketika menemukan sesosok pria berkostum Santa yang ia temukan.

"Maaf, tapi kupikir Santa harusnya datang dari cerobong asap, bukan dari pintu depan dan mengendap - endap seperti maling," ucap Jennie sambil menahan tawa ketika si 'Santa' sibuk menggaruk jenggot panjangnya yang seolah menggerayangi disekitar mulut dan dagunya seperti kumpulan semut yang berebut sesendok gula yang bertebaran.

"Jika perapian itu asli, kupastikan akan datang dari atasnya," ucap si Santa menunjuk dekorasi perapian yang dapat nyala karena sebuah remote control bukan dari kayu pohon eik yang dibakar.

"Kalau begitu bagaimana jika kita pindah malam ini juga?" sahut Jennie. "Sepertinya Taeyong Junior lebih suka berada di rumah pedesaan ketimbang bangunan tinggi seperti apartemen," guman Jennie sambil mengelus perutnya yang mulai terlihat membuncit.

Taeyong dewasa pun mendekat, mengulurkan tangannya menuju perut Jennie dan mengelusnya. "Benarkah seperti itu, Taeyong junior?" tanyanya dengan senyum tipis. "Eoh, ngomong - ngomong, daddy sudah menjadi Santa seperti yang kau inginkan. Apakah kau menyukainya? Daddy sudah mencari kostum ini seharian dan membuat Mom menjadi merencanakkan pembunuhan kepada Dad karena takut Dad berselingkuh dengan model yang tak secantik dirinya," ucap Taeyong lagi.

"Tahu dari mana kau jika berencana seperti itu?" tanya Jennie pura - pura lugu. Ia mulai mengalungkan kedua tangannya ke leher Santa imitasi ini.

"Kurasa kau lebih sering mengatakan akan membunuhku ketimbang menyatakan cinta," jawab Taeyong sambil melingkarkan tangannya di pinggang Jennie. Tanpa disadari mereka berdua mengambil langkah untuk berdansa.

"Kalau begitu cari wanita lain yang memujamu tiap hari ketimbang aku yang mengancammu tiap detik," jawab Jennie dengan acuh.

"Kaupikir aku akan melepaskan seseorang yang membuatku kewalahan mencari kostum Santa ini dan memakainya meski mulutku gatal begini? Tentu saja tidak, Sayang,"

"Yang memintanya kan Taeyong Junior, bukan aku," gerutu Jennie.

"Lalu kau minta apa? Ini sudah hampir tengah malam. Semua toko sudah tutup," ucap Taeyong panik. Jangan tanya kenapa Taeyong jadi panik. Karena Jennie adalah tipikal wanita yang 'what she wants, she get it' dan jika tidak maka siap - siap, sifat bar - bar seperti menjambak rambut Taeyong sampai rontok akan terjadi malam ini.

"Calm down baby. I already asked Santa last year,"

"What?"

"I want this christmas, I'm not all alone and it's granted. Knowing that you are my husband and has a baby inside me are the greatest gift for which I could have asked this year. Thank you, Lee Taeyong. I love you." Dan dalam sekejap Taeyong menerima hadiahnya. Ia mendapatkan 'his favorite lips' datang kepadanya terlebih dahulu.

"Ewhh," seketika Jennie mundur dari pagutan mereka. "Kau benar. Jenggot itu memang membuat gatal." Ternyata Taeyong tidak bohong soal betapa gatalnya mengenakan jenggot putih yang mengingatkannya pada sosok Profesor Dumbledor. Herannya pria itu masih bisa bertahan mengenakannya hingga sekarang.

Taeyong hanya tersenyum geli ketika melihat Jennie mengusap sekitar mulutnya kasar. "I love you too, Taeyong Junior's Mom." Kali ini Taeyong membuka jenggot yang membuatnya gatal dan menarik tengkuk wanita itu mendekatinya; kembali mempersatukan bibir yang sempat terpisah. "I very love you, Jennie Kim."

The End

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The End

Halo? Apa kabar??
Aku mulai buat series ini sejak tgl 25 desember tahun lalu dan sekarang update tepat setahunnya. Hope you all enjoy it

Merry christmas for somebody who celebrate it 🎄🎁dan happy holiday untuk kita semua⛄❄ kkk

See ya

And

Keep bust a move

Jennie x Taeyong - Ficlet Series ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang