2.🍭melepas mu.

17 2 1
                                        

Jam 3 dini hari, Shannon sudah ada di bandara bersama Sarah yang masih terkantuk-kantuk. "Sar, jalannya cepetan! Tar keburu si Daffa naek pesawat! "kata Shannon yang sangat rewel melihat Sarah berjalan amat lelet.

"sabar dikit ke!  Ini gue masih ngantuk tau! "jawabnya sarkas.

Shannon tidak mempedulikan lagi Sarah yang berjalan lelet di belakangnya, karena ia sudah melihat Daffa yang berdiri memandang kearahnya dengan tangan yang bersidekap di dada. Ia terlihat tampan sekarang ini, Daffa mengenakan jaket bomber berwarna hitam yang membalut kaos abu-abu yang dipakainya. Lalu dengan ecxited Shannon melambaikan tangan kearah Daffa yang tersenyum lebar.

"Daffa!! "kata Shannon sambil memeluk pacarnya yang lebih tinggi darinya itu.
"im gonna miss u! "lanjutnya, Shannon tidak bisa menahan lagi kesedihannya seperti semalam, karena jika ia tumpahkan tangisnya semalam. Kasihan Sarah, ia tidak akan bisa tidur nantinya.

"plis don't cry babe. I hate that! "kata Daffa yang merasakan isakan Shannon di pelukannya.

"i can't"kata Shannon sesenggukan.

"udahan dulu ya nangisnya, sekarang mending kamu salam sama keluarga aku, yuk! "ajak Daffa antusias, sekalian ia mengenalkan sosok perempuan yang telah menjadi bagian hidupnya setengah tahun belakangan ini.

"Mah... Ini Shannon mau salam"kata Daffa mengantarkan Shannon yang masih mengusap air mata kepada Mamanya. Mamanya terlihat terkejut namun ia mencoba menetralkan wajahnya menjadi seperti biasa saja.

Mama Daffa tersenyum bersahabat lalu membiarkan Shannon menyalimi tangannya. Ide jahil tiba-tiba menghampiri fikirannya. "bang, ini pacar kamu? "tanya Ghina--Mamanya Daffa.

Daffa terlihat kikuk begitupun Shannon yang salah tingkah. "i--iya Mah"kata Daffa tercengir.

"aduh,  bisa aja milihnya. Cantik banget, namanya siapa neng? "kata Ghina mulai sok asik.

"nama saya Shannon tante. Biasa di panggil Shan sama Daffa"kata Shannon malu-malu. Suaranya masih terdengar serak sehabis menangis dipelukan Daffa.

"Shan cantik banget pagiini, beruntung Daffa dapet kamu. Tapi sayangnya mulai besok Daffaak disini lagi, kamu bisakan nunggu Daffa pulang? "tanya Ghinna membuat semburat merah muncuk di pipinya.
Secara tidak langsung Ghina telah memberi restunya untuk Shannon dan Daffa.

"mama ini, pastilah Shan nunggu aku sampe aku pulang. Iyakan Shan? "tanya Daffa membuat Shannon lagi-lagi harus tersenyum kikuk.

Yaudah,aku sama Shan mau berdua dulu ya Mah. Biar ngabisin waktu berdua"kata Daffa sambil cengengesan dan mengajak Shannon pergi dari sana menuju tempat tunggu di luar ruangan.

"Daf, kalo aku bilang aku garela kamu pergi gimana?? "tanya Shannon dengan wajah yang sukar di artikan.

"ko gitu?  Tapi ya aku bakalan tetep pergi. Aku juga udah janji sama Papa bakalan turutin kemauannya yang satu ini. "kata Daffa.

"aku males LDR Daff"kata Shannon membuat Daffa yang tadinya melihat ke kerumunan orang yang juga mungkin mengantar merabatnya pergi refleks menoleh kearahnya.
"maksud kamu apa Shann? "tanya Daffa.

"iya, aku males aja gitu kalo LDR. Berat di pulsa"kata Shannon membuat Daffa menghela nafas lega.

"yaampun sayang, masa beli power bank eek unicorn satu kardus bisa tapi beli kuota internet gabisa?! "gemas Daffa sambil mencubit hidung Shannon gemas.

"hahaha, pasti kamu ngiranya aku minta break ya?! "kata Shannon menertawakan ekspresi Daffa saat ia bilang ia malas LDR.

"kamutuh! "

Setelah bercanda tiba-tiba pengumuman untuk penumpang pesawat tujuan Jakarta-Los Angeles telah menggema di ruangan bandara yang satu ini,agar seluruh penumpang pesawat bersiap-siap.

"yuk, kedalem lagi. Aku mau pamit sama semuanya"kata Daffa mengajak Shannon lalu menggandeng tangannya erat, begitupun dengan Shannon yang seolah tidak ingin Daffa kemana-mana.

"Daf, inget perjanjian kita tadi malem kan? Kamu jaga hati kamu disana, inget ada aku yang nunggu perjuangan kamu disini. Aku juga gaakan macem-macem ko disini."kata Shannon lalu berakhir percakapan mereka karena Daffa yang melepas genggaman tangannya untuk salam-salam dengan semua keluarganya.

Terakhir, saat Daffa tepat di depan Shannon dengan wajah yang sulit diartikan, begitupun dengan Shannon wajahnya sudah mendung saat ia lihat Daffa bersalam dengan yang lainnya.

"oh, shit! "kata Daffa saat melihat Shannon menitikkan airmata. Langsung saja ia tarik Shannon yang bergetar menahan isakkan kedalam pelukan eratnya.

"Shan, jangan nangis ya selama aku disana. Karena kalo kamu nangis nanti siapa yang akan hapus air mata kamu selain aku? Kalaupun sama Sarah kan gak mungkin Sarah selalu ada di samping kamu. Ada saatnya dia sama dunianya"kata Daffa sambil mengusap bahu Shannon yang masih saja bergetar.

"ak-aku gamau liat kamu pergi! Aku mau kamu tetep disini sama aku apapun Konsekuensinya Daff! Aku mau kamu sama aku terus! "kata Shannon sambil terisak.
Daffa melepas pelukannya lalu menunduk dan mengulurkan tangannya menghapus airmata Shannon.
Ghina datang dan mengusap Bahu Shannon membuat Shannon tersentak lalu memaksa untuk tersenyum.

"kamu harus relain Daffa pergi ya Shan, diakan pergi buat masa depan kalian. "kata Ghina perhatian.
Lalu memeluk Shannon layaknya anak sendiri.

"iya Tante, "kata Shannon yang mulai sedikit tenang.

"i love you more than anything babe, don't cry, now i just need your smile for supporting my life! "kata Daffa menguatkan membuat Shannon tersenyum dan Ghinapun terharu mendengarnya.
"Good bye Boo, i'll always love you."kata Daffa memberi pelukan terakhirnya sebelum ia flight menuju Los Angeles lalu mengecup lama puncak kepala Shannon dan menghirup banyak-banyak aroma Vanila yang menguar saat ia hirup wanginya.
Lalu setelahnya Daffa melepas pelukannya.

"save flight babe!"kata Shannon tersenyun pedih.
Daffa hanya mengacungkan ibu jarinya dan mengucap salam sebelum ia benar-benar masuk kedalam ruang check-in.

-to be continue-.

Eh kalo ada typo bilang yak!

AnxietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang