3.🍭Rela

12 1 0
                                    

Shannon memandang kosong kearah depan membuat Sarah yang di sampingnya membuang nafas lelah setiap saat. Jika diajak bicarapun Shannon tidak akan menjawab. Laling menjawab sekenanya saja.

"Shann, udah dong. Kan cuma beda negara, belom beda alam. "kata Sarah.

Shannon menoleh dengan mata menyipit membuat Sarah mengangkat sebelah alisnya tanda bertanya-kenapa?- "lo nyumpahin Daffa mati! "kata Shannon dramatis membuat Sarah merasa salah bicara.

Sarah menggaruk pelipisnya tanda ia bingun, "maksud gue, ya gausah terlalu bikin diri lo sendiri down gitu. "kata Sarah menenangkan Shannon.

"tapi gue kangen Daffa yang biasanya anterin siomay ke meja gue! "katanya memanyunkan bibirnya membuatnya bertambah lucu.

"emang Daffa belom hubungin lo? "tanya Sarah kaliini nadanya terlihat hati-hati.
Shannon menghela nafas berat lalu mengangguk.
"itu kan udah di hubungin, tapi kenapa sekarang masih mikirin aja? "tanya Sarah.

"mungkin gue belum terbiasa kali ya gada Daffa disini. "kata Shannon mencoba untuk menerima kenyataan bahwa sang pujaan hatinya tengah berjuang untuk sekolahnya disana.
"gue cuma bakal nunggu liburan biar bisa kesana atau Daffa yang kesini, "kata Shannon parau.

"yaudah, c'mon Shann. Ini bukan lo banget kalo galau-galau. Shannon yang gue kenal, dia selalu ceria gapeduli sama apa yang namanya sedih. Ini sekarang kenapa jadi melow gaje!"kata Sarah menyemangati Shannon membuat Shannon tersenyum namun terlihat di paksakan.

"thanks a lot, Sarah! "kata Shannon memeluk sahabatnya itu. Walaupun sahabatnya hanya satu, tapi Shannon tidak masalah yang terpenting Sarah selalu ada untuknya begitupun sebaliknya. Ia tak pernah bisa marah lama-lama dengan Sarah karena Shannon tau apalah ia tanpa Sarah.

"yaudah, sekarang mending kita ke kamar gue, ngantuk!"kata Sarah tanpa aba-aba ia langsung menarik Tangan Shannon membuatnya sedikit oleng dan ikut berlari menaiki anak tangga bersama Sarah.

🍭

Saat ini waktu menunjukkan pukul 07:00 di LA, udara terasa dingin di ruangan yang serba-serbi nuansa natal yang terbilang mewah. Daffa berdiri di depan pohon natal. Baru kaliini ia merasakan Meriahnya natal di luar rumah. Dia yang bisanya berkumpul dengan sanak saudaranya di rumah kini merasakan natal yang berbeda di negara orang.

Daffa terus saja berkeliling di koridor sekolah melihat-lihat pohon natal yang ber-jejer rapih di setiap pintu kelas.
Namun menurutnya, seindah apapun Natalnya tahun ini kurang lengkap jika tidak ada seseorang yang spesial yaitu Shannon.

Lama Daffa melamunkan Shannon sedang apa perempuan itu di sana. Tiba-tiba ada yang menepuk punggungnya, refleks ia memutar arah untuk melihat siapa yang menepuk bahunya, lalu saat tau siapa orangnya iapun tersenyum. Itu Sabreena, perempuan yang mengajaknya kenalan saat ia sendirian dipojok kantin karena belum memiliki teman.
"are you okey Daffa? "tanyanya sambil tersenyum melihat Daffa juga tersenyum kearahnya.
Sabreena memang cantik, hampir saja Daffa khilaf, jika ia belum mempunyai hubungan dengan Shannon pasti ia sudah jauh-jauh hari mengungkapkan perasaanya yang mengakui kecantikan Sabreena.

"i'm okey, "kata Daffa kikuk.

"so, if you don't have any works. Can we breakfast at the same time now? "tanya Sabreena meminta untuk sarapan bersama dengan Daffa. Dan dengan gerakan Refleks Daffa pun mengiyakan ajakan Sabreena membuat perempuan itu tersenyum lebar dan mengecup sekilas pipi Daffa membuat Daffa tercengang.
Memang seperti itu katanya tanda mengucap terimakasih di sana.

"Where should we go? "tanya Sabreena. Dan Daffa langsung menunjuk kantin yang sekarang mengadakan menu tahunan yaitu ayam kalkun.

"okey let's go! "dan berlari ke kantin itu. Berkali-kali Daffa mengucap kata maaf dengan gumaman untuk kekasihnya yang mungkin sedang berharap-harap cemas disana tentangnya yang kini malah asyik bergandeng dengan wanita lain.

Im so so sory Shann, i still love you wherever you are.

Daffa mengikuti langkah Sabreena yang sedang memilih tempat duduk untuk mereka berdua. Sabreena memilih tempat yang strategis dan menurut Daffa selera Sabreena bisa dikatakan bagus, karena ia memilih spot duduk di dekat jendela yang memperlihatkan jalanan luar sekolah mereka yang tertutup salju tebal, pohon pinus berjejeran rapih di pinggir jalan menambah suasana khas Natal kian terasa disini.

"do you want some food? "tanya Sabreena, disini sabreena terlihat antusias untuk mengajak Daffa berbicara. Sedangkan Daffa berusaha mati-matian mengingat jika ia masih mempunyai kekasih yang selalu setia menunggunya disana.

"i just want hot chocolate Sab"kata Daffa lalu membuka laptop yang ia jinjing sedaritadi, dan membuka akses layanan Wi-Fi sekolahnya untuk menghubungkan skype miliknya dengan kontak milik Shannon. Ia memasang headset selama laptopnya
Masih menghubungkan... Dan detik berikutnya terpampang jelas wajah senang Shannon yang sangat terlihat sumringah.

"Hai!!"kata Shannon memulai percakapan setelah beberapa detik Daffa hanya memandang kearahnya dengan senyum yang sukar diartikan.
"kamu lagi dimana? Sama siapa? Suasana disana gimana? Kamu ga kepincut bule disanakan?" degh, pertanyaan terakhir membuat Daffa bingung harus menjawab apa. Dan sepertinya Daffa mulai membenarkan semua pernyataan tentang LDR yang konon katanya dari 100% pasangan yang berhasil melakukan LDR dan hanya 20% yang berhasil.
"Daf, ko kamu malah melamun si?!"kata Shannon gemas melihat Daffa yang sedaritadi tidak bergeming. Menyapanya balik pun dia tidak melakukannya.

Lalu terdengar suara Sabreena yang memanggil namanya untuk menyadarkannya dari lamunan.
"Daff ! Are you okey? What's wrong with you? "tanya Sabreena sambil menggenggam tangan Daffa yang tergekeletak di samping laptop.

"Daffa, itu--suara? "tanya Shannon terputus-putus.
"kamu... Plis jelasin semuanya sama aku sekarang!"katanya,wajahnya mulai mendung dan Daffa benci itu.

"i'm okey Sabreena, wait. I need a space, i excuse me .", kata Daffa beranjak membawa laptopnya dan pergi keluar dari kantin menuju tempat yang lumayan sepi.

"Shann, tadi itu cuma temen aku di sini, kita lagi kebetulan aja sarapan bareng. Kamu jangan nethink dulu ya sama aku."Daffa memberi penjelasan kepada Shannon yang memasang wajah kesal.

"emang harus sama dia ya?! Emang disana gaada laki-laki lagi selain kamu?! "kata Shannon mulai protektif.

"Shann, kamu percayakan sama aku? Aku gaakan berpaling dari gadis yang rela nunggu lama dengan ditemani kecemasan tiap harinya, buat aku kamu itu udah lebih dari cukup. "kata Daffa membuat Shannon sedikit merasa tenang.

"oke, sekarang kamu lagi apa? "tanya Daffa mengalihkan pembicaraan.

"aku lagi di kamar Sarah nih gerah banget Daf disini. "kata Shannon menyeruput jus mangganya.
"kamu disana lagi apa? "tanya Shannon balik.

"aku lagi sarapan,disini malah dingin Shann. Aku aja make sweater dibalut lagi sama jaket tebel. "kata Daffa sambil tertawa.

"kamu jaga kesehatan ya disana, btw udah malem banget nih, aku harus buru-buru tidur. Nanti kalo kamu ada waktu senggang jangan lupa buat Skype aku ya! "kata Shannon mengakhiri Skypenya.

"goodbye babe. "kata Daffa saat sambungannya sudah terputus.

Lalu Daffa memutuskan untuk kembali kedalam kantin dan menemui Sabreena yang ada disana menunggunya sendiri dengan wajah kesalnya namun tidak terlalu kentara.
"are you okey Sabreena? "tanya Daffa merasa tidak enak hati dengan Sabreena yang ia tinggalkan.

"im okey, but i'm sorry i must go. I forget my homework. "kata Sabreena sambil beranjak dari bangku lalu pergi dari sana tanpa menoleh kearah Daffa. Daffa semakin tidak enak hati melihatnya.

Im sorry, i don't have choice to discriminate you or Shannon.

Lalu Daffa menaruh uang diatas meja dan pergi tanpa menyesap coklat hangat yang sudah dipesan. Ia jadi tidak mood untuk sarapan.

-to be continue-

AnxietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang