4.🍭tanpa kabar

9 0 0
                                    

2 Minggu kepergian Daffa ke LA.

Dari tadi kerjaan Shannon hanya melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Ia berharap pelajaran sejarahnya cepat berakhir ia ingin berkomunikasi dengan Daffa seperti hari-hari sebelumnya.
"Shan, lo kenapasih? Gelisah banget keliatannya? "tanya Sarah yang terganggu dengan gerak gelisah Shannon yang bergerak-gerak tidak tenang.

"gue gasabar mau istirahat Sar,"kata Shannon membuat Sarah menernyitkan dahinya bingung.
"lo laper atau gimana sih? Gabiasanya lo kayak gini. "kata Sarah bisik-bisik pada Shannon.

"guetuh mau Skype sama Daffa! Semalem kurang puas soalnya disana masih pagi tapi disini udah malem. Susah ya kalo pacaran beda negara gini"kata Shannon mencebikkan bibirnya kesal. Dan seperti baru menyadari sesuatu, wajahnya berubah mendung. Membuat Sarah gatal untuk tidak bertanya.

"Shan, lo kenapa sih? Tadi greget sekarang malah sedih gitu. Lu bipolar atau gimana deh. "kata Sarah memnuat Shannon mendelik tajam kearahnya.

"semalem, gue denger suara perempuan di skype antara gue dan Daffa, gue gatau siapa perempuannya. Tapi kelihatannya mereka deket banget Sar, gue jadi bimbang sama perasaan Daffa ke gue. Masih seperti dulu atau udah gak sama lagi. "kata Shannon sedih.

"ko gue gadenger ya ada suara lain di skype lo berdua. "kata Sarah terlihat seperti berfikir.

"kan lo ga terlalu fokus ngupingin percakapan gue sama Daff--"perkataan Shannon terputus saat Guru sejarahnya mengintrupsi dia dan Sarah untuk maju kedepan.

"Shannon! Sarah! Saya minta kalian maju kedepan dan jelaskan apa yang tadi saya jelaskan! "aduh mampus. Bahaya 45 ini namanya. Dia kelepasan bercerita tentang perasaanya kepada Sarah sampai melupakan ada guru yang sedang mengajar disini.
"Sekali lagi, Shannon dan Sarah saya persilahkan kedepan untuk menggantikan posisi saya!"kata Guru itu lagi, seluruh murid di kelasnya sama sekali tidak ada yang pernah berani dengan Guru satu ini. Lantas Sarah dan Shannon berjalan maju kedepan sambil berharap-harap cemas.

"saya persilahkan untuk menjelaskan sejarah bab berikutnya, "katanya. Namun Shannon dan Sarah sama sekali tidak menunjukkan akan bergerak memberi penjelasan, "ayo! Jelaskan sekarang! "kata Guru itu terlihat tidak sabaran.

Shannon yang merasa jengkel kepada Guru itu dan salah kepada Sarah akhirnya angkat bicara untuk menggumamkan kata-Maaf- "maaf bu tap--"lagi dan lagi perkataan Shannon tidak tertuntaskan karena terpotong terlebih dahulu oleh Guru itu.

"sudah saya beritau! Jangan banyak bicara jika di jam pelajaran saya! Harus saya apakan kalian ini agar mau menurut dan diam jika saya sedang menerangkan seperti tadi?!"katanya emosi.
"lebih baik kalian tidak usah ikut pelajaran saya hariini, saya cukup jengkel melihat kalian hari ini. "katanya terlampau pedas "silahkan, pintu keluar disana"tunjuknya seram, memang seperti itu Guru sejarahnya jika sedang mengajar, kiler dan terkesan tegas. Namun anehnya saat sedang bertemu di koridor sekolah semenjengkelkan apapun muridnya saat ia sedang mengajar tetap akan diberikan senyum manisnya.

"b-baik bu, permisi"kata Sarah lalu menarik Shannon dari sana.

Setibanya mereka diluar, Shannon mencak-mencak kesal karena sifat gurunya yang menurutnya minta di alem itu sangat menjengkelkan hari ini.
"sorry ya Sar, it's my fault"kata Shannon sambil memasang wajah lay
Laknya anak anjing jika ingin sesuatu dari tuannya.

"it's okey Shann tenang aja. Gasemua salah lo kok! Disini gue juga salah, bukannya berhentiin lo buat lanjut nyimak sejarah malah ikut nimbrung gosipin Daffa"kata Sarah,ini salah satu sifat dari Sarah yang membuat Shannon tidak sanggup jika harus benar-benar kehilangan Sarah.

"terus kita harus kemana? Mana sepi banget lagi nih koridor. "kata Shannon yang bingung harus kemana karena sekarang jam pelajaran masih berlanjut 1 jam lagi sebelum bel istirahat.

AnxietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang