Selepas pembicaraanku dengan ibu semalam, pagi ketika aku bangun tidur, aku sedikit terpikir tentang masa lalu percintaanku yang bisa dibilang buruk.
Aku memiliki julukan playboy di hampir semua tempat ku bersekolah, semua itu tidak lain tidak bukan karena aku sering gonta-ganti pacar.
Padahal nyatanya, aku adalah tipe orang yang tidak begitu suka berkomunikasi secara intens dengan seseorang, apalagi perempuan.
Aku bukan orang yang mudah jatuh cinta, namun entah kenapa, ada saja yang mampu membuatku jatuh cinta, bukan karena harta, atau kesempurnaan, namun aku lebih punya ciri khusus yang bisa membuatku nyaman dengan seorang perempuan.
Seperti contoh Alexa, ia dulunya adalah teman sekelasku di jerman, kami berpacaran kurang lebih setahun. Alexa memiliki ciri-ciri rambutnya yang pirang lurus jatuh, kulitnya putih, mata abu-abunya seperti langit mendung yang akan menurunkan hujan bagi kesejukan bumi. Aku menyayanginya bukan karena kecantikannya, karena jujur saja, Alexa adalah anggota grup pemandu sorak terkenal di sekolahku dulu.
ia adalah sosok yang santun, baik hati, pendengar yang baik, cerdas, dan hal yang membuatku terpikat padanya, adalah sifat keibuannya.
Alexa punya banyak cara untuk menenangkanku saat aku sedang marah, kesal, ataupun sedih. Seperti air, ia mampu menenangkan ku, alasan terkuatku untuk menyayanginya.
Kami harus berpisah saat bapak pindah tugas ke irlandia, perpisahan berat yang harus aku alami. Aku menentang hubungan jarak jauh, karena satuhal, aku takut menyakiti hatiny. Jadi kuputuskan untuk meninggalkan kisah cintanya, bukan kisah cintanya...namun cerita kami.
.....
Malaikat berbaju putih
Pagi- pagi sekali, aku harus berangkat ke rumah bapak untuk mengambil baju ibu. Kata beliau, bajunya sudah habis.
Jujur saja, aku agak segan untuk kerumah bapak, karena satu hal yang mungkin sudah kalian baca dari awal cerita ini.
Ya, perihal pengusiranku dari rumah.
Aku pernah sekali datang ke rumah bapak. waktu itu, ibu memintaku membuatkan rumah kaca, sekalian mendesign katanya.
Jadilah aku bertandang ke rumah bapak, dengan berusaha menanamkan ke pikiranku "lupakan masa lalu, ini hari baru" .
Ibu menyambutku dengan senyum saat aku sampai disana, ia memelukku dengan penuh cinta .
Namun bapak berbeda, ia hanya ke ruang tamu. Ya, hanya ke ruang tamu lalu kembali ke dalam rumah.
Tanpa sapa, tanpa senyum merekah, dia kembali sambil lalu.
Sakit hati langsung menyeruak di dadaku.
Kali ini, aku berusaha untuk mengusir semua sakit hatiku, demi ibu. Aku secepat mungkin menuju rumah bapak, dari hotel ku yang hanya berjarak 10 Km.
Tibalah aku di gerbang rumahnya, yang seperti taman bermain anak-anak besarnya. Seseorang menghampiri mobil pinjaman genthung, yang kupakai saat ini.
Ku bukakan kaca mobil itu saat pria yang kurasa satpam, sudah semakin dekat dengan mobil. ia sedikit terkejut, karena mungkin mengetahui yang membawa mobil bukan genthung, tapi orang lain.
"Selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah.
"bapak ada?" jawabku
"Bapak ada di dalam, sudah ada janji sebelumnya?" tanyanya.
Aku bingung menjawabnya, karena di takutkan nanti terjadi salah sangka, karena memang, sampai saat ini aku tak pernah ada kontak dengan bapak.
"Bb..belum mas..." jawabku gugup

KAMU SEDANG MEMBACA
R E I N
RomanceTentang cinta, tentang hidup, tentang rasa, tentang perjalanan. Hai! aku Rinan.