Matanya langsung berbinar kala Jimin datang dengan nampan di tangan. Ada mangkuk, piring kecil dan cangkir di sana--yang mangkuk, tentu saja, isinya adalah segunung kecil es krim berbagai rasa, lengkap dengan potongan coklat dan sendok bertangkai panjang.
Ini senja, matahari belum berlabuh seutuhnya namun langit dihias jingga. Jungkook baru saja keluar dari gedung universitasnya ketika ia melihat Jimin dan Eunkyung tak jauh dari gerbang masuk.
"Tumben menjemput." Itu yang pertama kali Jungkook katakan ketika menghampiri mereka. Dibalas dengan Jimin yang mendelik dan menggumam hanya ingin saja di bawah napasnya.
Alhasil, mereka berakhir di sini. Menikmati secangkir kopi, segunung es krim, dan sebungkus biskuit bayi. Tersusun di meja bersama dengan bunga imitasi pajangan. Jimin sibuk dengan novel di tangan dan kacamata bertengger di pangkal hidungnya; Eunkyung asyik mengunyah sambil menatapi Jungkook dari balik kelopak mata; dan Jungkook, yang baru saja melihat kesenangan di depan mata, langsung menyendok sesuap besar es krim.
Tadi hari yang lumayan melelahkan. Kadang Jungkook ingin berhenti saja dan selalu ada di rumah--menemani Jimin dan bermain dengan Eunkyung kedengaran lebih baik. Tapi nyatanya ia berhasil melewatinya, satu hari lagi terlewati dengan rutinitas padat yang mengonsumsi hampir seluruh energi.
Dan dengan es krim di depan mata, gunungan manis yang dinginnya minta ampun, tumpukan glukosa dan lemak, dan susu padat, dan rasa-rasa menakjubkan, dan dan dan luar biasa. Jungkook berlebihan, tapi ia selalu seperti itu setiap saat.
Tak butuh waktu lama bagi Jungkook untuk memakan habis sendokan pertama. Terus dilanjutkan oleh sendok-sendok lain, masuk ke mulutnya dan tertelan dengan cepat. Kadang ia akan mengunyah, atau langsung menelannya di kerongkongan. Kadang gigi depannya yang mirip kelinci akan ngilu begitu berinteraksi dengan suhu rendahnya.
Jimin hanya mengamati sesekali. Ia lebih fokus pada deretan kata di buku daripada mengamati Jungkook makan yang kelihatan anarkis. Paling, dia hanya akan menengok sebentar sambil membenahi kacamata dengan telunjuk.
Lain dengan Eunkyung. Bayi itu sedari tadi mengamati Jungkook. Mata melebar penuh binar penasaran, nyaris tak berkedip barang sedikit pun. Berkali-kali ia mengalihkan pandangan; dari Jungkook ke es krim, Jungkook-es krim-es krim-Jungkook. Mulutnya terbuka dan ada liur menetes dari sana.
Jungkook berhenti ketika ia menyimpan gumpalan rasa teh hijau di mulutnya. Ia menengok ke samping, Eunkyung di kursi bayinya. Tangan di kerah lengan Jungkook, ditarik pelan. Tangan yang lain mengacungkan telunjuk, menunjuk-nunjuk mangkuk es krim yang baru habis seperempat. Biskuitnya sendiri tergeletak di atas meja, separuh terkunyah.
Pria itu tiba-tiba terdiam sebelum menyengir setan. Ia menyendok, sedikit saja karna Eunkyung tak punya mulut besar sepertinya. Jungkook mengarahkannya, bibir Eunkyung terpisah dan mulutnya terbuka. Siap menerima rasa dingin di lidahnya, namun itu semua tak terjadi kala Jungkook malah memasukkannya ke mulut sendiri.
Dia tertawa sambil menutup mulut. Eunkyung menberenggut ketika es krimnya tak kunjung masuk mulut. Ia menatap Jungkook; kelopaknya melebar dan tatapnya tak percaya. Setitik air mata menggumpal di ujung kelopaknya dan ia mengalihkan pandangan ke Jimin--meminta pria itu memperhatikannya sambil menunjuk-nunjuk Jungkook.
"Astaga, Jungkook," Jimin bilang, menghela napas pelan. "Jangan jadi bocah yang mengganggu bocah lain."
"Aku cuma bercanda." Jungkook membalas dengan tawa renyah mengiringi.
Jadi ia menyendok lagi. Mengarahkannya kembali pada Eunkyung yang awalnya terlihat ragu. Namun si bayi memakannya--dan dia terkejut, matanya terpejam dengan gigi bergemeletuk dan bibir bergetar pelan.
Jungkook tak bisa menahan cengirnya yang hangat. Bayi itu walaupun sering menganggu bisa jadi sangat menggemaskan; meluluhkan hati pada sekali tatap. Apalagi Eunkyung--mendapati bayi itu bersamanya membuat Jungkook belajar tentang banyak hal; cinta dan keluarga.
Jadi ia memberikan mangkuk yang isinya tinggal separuh--tidak banyak, namun cukup membuat Eunkyung menepuk tangannya dengan senang. Ia memberikan sendoknya pada si bayi dan tak butuh waktu lama untuk Eunkyung mulai menyendok.
Jungkook mengamatinya sambil bertopang dagu. Senyum kecil tak lepas dari wajahnya, semakin bertambah lebar kala Eunkyung makan serampangan. Sendoknya terlalu besar dan tak tepat masuk mulut, jadi ada noda di pipinya--bahkan sampai ke rambut dan jatuh di serbetnya.
Tiap kali benda dingin yang nyaris menjadi cairan itu masuk ke mulutnya, ia langsung memejamkan mata. Kedua tangan mengepal dengan cengir yang membuat gigi bergemeletuk--terlalu dingin untuk bayi yang sensitif. Pun begitu, ia tetap melanjutkan. Tak peduli pada Jungkook yang seakan mengejek dengan tawa kecil.
"Tuh, kan, belepotan," kata Jungkook. Terkikik geli sebelum meraih serbet bayi yang melingkar di leher Eunkyung untuk mengelap pipi dan mulutnya. Pelan sekali, seakan takut menyakiti Eunkyung.
Mereka selesai saat Jimin membaca paragraf keempat di halaman 196. Pria blonde itu mengalihkan pandangan dan langsung menatapi si bayi yang tersenyum sampai matanya menyipit--kelihatan sekali kalau ia puas. Jungkook di sebelahnya juga begitu, namun yang ini ditambah dengan dua acungan jempol--dia bangga, dan tak sabar untuk segera mengoceh pada Jimin tentang betapa lucunya Eunkyung saat makan es krim.
"Ayo pulang." Dia bilang sambil beranjak. Merapikan barang-barangnya sebelum menghampiri Eunkyung. Jimin langsung melepas serbetnya begitu ia selesai membersihkan es krim yang belepotan di wajah sang bayi.
Mereka berjalan pulang. Jimin di depan dan Jungkook mengekor. Eunkyung di gendongan Jimin dan bayi itu tidur--mungkin terlalu lelah. Bukan hal yang aneh karena ia pun juga jarang diajak keluar.
Ketika Jimin tiba-tiba berhenti dan berbalik ke belakang, Jungkook otomatis ikut terhenti. Ia menaikkan satu alisnya, bertanya secara tak langsung, namun tak kunjung dapat respon cepat dari yang lebih tua.
Pada akhirnya dia bilang, "Kook, ada es krim di bibirmu."
Jungkook mengerutkan dahi. Tangan bergerak namun terhenti di udara karena jemari Jimin menahan. Ia dibuat tambah terdiam saat Jimin sedikit berjinjit, menempelkan bibirnya di atas labium Jungkook. Lalu dia bilang, "Aku tak sempat merasakan es krimnya."
Hari itu ada rona menghiasi pipi Jungkook, mengalahkan langit senja yang jingga dengan semburat merah muda.
A big thanks for y'all.
And happy new year! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
aegya | kookmin
FanfictionJungkook dan bayi jelas bukan sebuah kombinasi yang bagus. 28102017 © kookmicin