Dua hal penting yang tidak boleh dilewatkan saat musim panas; semangka dan berenang.
Yah, walaupun semangka itu harus diganti dengan es lemon super asam. Toh, Jungkook tidak keberatan. Dua-duanya sama-sama menyegarkan dan bayi Eunkyung tampak menikmati buah kuning itu walau matanya berkedip cepat menggemaskan. Lagian, mereka masih punya rencana lain hari ini. Agak impromptu, sih, tapi memikirkannya saja sudah buat Jungkook tersenyum girang.
Jadilah di hari yang panasnya bagai api neraka itu, Jungkook dan keluarga (alias Jimin dan gumpalan daging mereka yang lucu, Eunkyung) memutuskan untuk pergi ke kolam renang setempat. Untuk apa? Ya tentu saja main air --sekaligus memperkenalkan apa itu kolam pada Eunkyung. Kali saja dia minat jadi atlet renang saat besar nanti. Mungkin, mungkin, dia bakal bisa menyebrangi Selat Korea dan bolak-balik Seoul-Tokyo dalam sekejap mata. Hebat.
Jimin yang paling sibuk bersiap. Mondar-mandir ke sana ke mari sambil memasukkan banyak barang. Jungkook? Pria itu memang pada dasarnya tak berguna kalau urusan seperti ini. Tapi akhirnya Jimin menemukan pekerjaan yang cocok untuknya; meniup pelampung leher bayi yang Jimin temukan di gudang--karena ternyata pelampung bebek yang Jungkook punya waktu dia di taman kanak-kanak terlalu besar untuk bayi Eunkyung.
"Kamu payah banget, sih," Jimin bilang. Jungkook mendelik. Wajahnya merah kehabisan napas dengan pelampung yang masih kempes di tangan. "Segitu saja tidak bisa."
Jungkook merengut. "Diam, hyeong. Kamu juga tidak bisa napas saat aku cium, kan." Di ujungnya ada seringai yang membuat Jimin merutuk, tapi tetap saja rona merah itu muncul di pipinya.
Setelah beberapa lama berkutat dengan ini-itu (yang lebih ke Jimin yang mengurus semuanya, sih), mereka akhirnya siap. Jimin berkaus putih, bercelana pantai warna khaki dengan Eunkyung yang didekap di dada dan tas selempang yang tersampir di bahu. Jungkook tak jauh beda, hanya saja dilengkapi dengan kacamata dan cengir bodoh yang membuatnya jadi berkali lipat lebih bersinar-- nyaris menjadi matahari kedua, untung saja rambutnya tak sebotak dan selicin pembawa acara putih hitam. Jimin seribu persen sadar kalau pacarnya itu, walaupun bobrok, memang tampan beratus-ratus turunan.
Matahari begitu terik ketika mereka berangkat. Gelombang panas yang bukan main-main, walau Jungkook sudah memasang penyejuk dalam mode paling tinggi, gerah yang dirasa begitu menyesakkan. Satu-satunya yang tidak merasakan efeknya adalah bayi Eunkyung yang tidak bisa berhenti mengoceh. Gumpalan daging itu rupanya tidak sabar untuk pengalaman berenang pertamanya-- dan anehnya Jungkook punya firasat buruk untuk itu.
Tapi, memangnya hal buruk apa sih yang bakalan terjadi dengan Eunkyung dan kolam renang?
Dan Jungkook tahu itu cuma bagian awalnya saja.
Mereka sampai setelah tiga puluh menit perjalanan. Rupanya orang-orang punya pikiran yang sama di hari yang super panas ini-- tempatnya ramai. Walaupun yang bukan sampai benar-benar tidak bisa bergerak, tetap saja kepadatan orang-orang itu membuat segalanya jadi berkali lipat menggerahkan.
"Aku tidak menyangka akan seramai ini," kata Jimin sembari membenarkan topi jerami lebar yang dipakai. Bayi Eunkyung bertepuk tangan heboh, semakin tidak sabar sampai pria yang menggendongnya tertawa kecil. "Hm? Sepertinya ada yang sangat senang hari ini?"
Jungkook mencibir. Itu berarti pekerjaannya akan dua kali lebih berat.
Keluarga kecil tidak resmi itu meletakkan barang-barang mereka di kursi yang dinaungi payung pelangi besar. Jimin mendudukkan bayi Eunkyung pada meja di sana dan si bayi menyengir lebar sampai-sampai matanya menyipit jadi segaris hitam tipis. Oh, sial. Tolong ingatkan Jimin untuk tidak pingsan saat itu juga karena gumpalan daging lucu adalah kelemahan terbesarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
aegya | kookmin
FanfictionJungkook dan bayi jelas bukan sebuah kombinasi yang bagus. 28102017 © kookmicin