"mari kita bertempur."

6.9K 1K 193
                                    

Hal-hal yang Jungkook benci pada akhir pekan adalah 1) dia tidak bisa bermain game, 2) tidak ada sate kambing di hari Minggu dan, 3) Eunkyung poop di saat Jimin tidak ada.

Dan nomor tiga adalah yang terburuk. Jungkook tak akan sanggup melakukannya--bahkan membayangkannya saja tidak. Tapi kadang ia harus, walaupun Jungkook benar-benar amat sangat super duper tidak ingin.

Yeah. Itu terjadi sekarang.

Jimin pergi dari tadi siang, membawa tumpukan kertas dan notebook di tangan. Dia bilang ingin menemui editornya untuk mendiskusikan beberapa hal tentang novel barunya yang akan terbit. (Mungkin Jungkook lupa bilang ini; Jimin itu penulis, jadi sering menghabiskan banyak waktu di rumah dan itu bagus untuk Eunkyung. Salah satu alasan kenapa Jungkook mengiyakan permintaan Jimin untuk merawat bayi itu--walau lebih banyak paksaan, sih.)

Jadilah Jungkook di ruang tengah. Punggung bersandar pada sofa, Eunkyung ada di antara kedua kakinya yang dilebarkan. Jemarinya sibuk bercinta dengan tombol-tombol pada game console dan matanya tak lepas menatap layar tv lamat-lamat.

Bermain game adalah salah satu agenda akhir pekan yang wajib dilakukan. Apalagi kalau Jimin tidak ada--karena pacarnya itu senang sekali mengganggunya dan mengajaknya keluar untuk kencan kilat. Tapi karena Jimin tak ada di sini, maka Jungkook akan bermain selama yang ia bisa--dan tentu, ia sudah menyogok Eunkyung dengan susu dan biskuit supaya bayi itu diam.

Tapi rencana kadang akan rusak dengan satu-dua hal. Seperti contohnya, rusak karena di tengah permainan Jungkook mencium bau khas yang membuatnya ingin minggat dari rumah.

Jungkook buru-buru menekan tombol pause. Kini perhatiannya beralih pada Eunkyung yang masih setia memakan biskuitnya yang tinggal seperempat. Ketika Eunkyung menengok, bayi itu memberi tatapan polos tanpa dosa pada Jungkook--yang artinya sama sekali tidak baik.

"Oh tidak," katanya. Lalu berdiri dan berjalan mondar-mandir. "Tidak, tidak. Aku tidak akan melakukannya. Itu tidak mungkin." Jungkook melakukannya berulang-ulang, seperti orang sinting di pinggir jalan.

Dia baru berhenti ketika Eunkyung terisak. Bayi itu belum benar-benar menangis, tapi air mata sudah menggantung di ujung kelopaknya. Siap jatuh kapan saja dan membuat Jungkook kalang kabut. Sebelum si bayi sempat menangis, Jungkook mengambilnya--dengan menjaga jarak, tidak ingin membuat si bayi dekat-dekat dengannya.

Pria itu merutuk. Jelas tau kenapa Eunkyung menangis. Berkali-kali ia melihat jam, tapi harus menelan kenyataan kalau Jimin baru akan pulang jam delapan--dan itu masih tiga jam lagi. Bukan waktu yang bagus untuk membiarkan seluruh apartemen penuh dengan bau poop bayi.

Jungkook menghela napas pelan-pelan. Diam-diam membangun tekad, walau itu rasanya agak berlebihan untuk seukuran mengganti-popok-sebuah-gumpalan-daging. Tapi Jungkook adalah orang yang ekstra, maka dia terus berpikir; kau bisa Jungkook. Kau bisa membuktikan pada dunia kalau kau adalah seorang lelaki sejati dan tidak akan tunduk pada poop bayi.

(Apa Jimin sudah mengingatkan kalau pacarnya itu agak-gila?)

Jungkook berlari ke dapur setelah meletakkan kembali Eunkyung di lantai. Dia menghilang agak lama sebelum muncul lagi dengan beberapa benda di tangan.

Pria bermarga Jeon itu kembali menggendong Eunkyung. Kali ini membawanya ke kamar mandi, meletakkannya di space kosong sebelah wastafel. Tepat menghadap cermin yang menampilkan refleksi mereka berdua--Jungkook yang menyengir setan dan Eunkyung yang tersenyum polos.

Dia menunjukkan barang-barang tadi lewat cermin pada Eunkyung yang menatapnya bingung. Jungkook perlahan memakainya satu-satu. Sarung tangan karet melekat di kedua tangan. Penutup kepala bertengger di antara helaian rambutnya. Masker terpasang apik di wajahnya. Lengkap dengan jepit jemuran yang digunakan untuk mengapit hidungnya.

"Oke, bayi," katanya. Jungkook menghela napas kecil saat berpindah ke kalimat berikutnya. "Mari kita bertempur."

Menit-menit ke depannya, Jungkook mengernyit. Membuat wajah-wajah aneh di balik masker yang menyembunyikannya. Kalau saja masker itu tak di sana, maka Jungkook bisa saja memenangkan The Best Derp Awards (karena wajahnya sungguhan konyol. Seperti, benar-benar konyol).

Ia bersyukur pada masker dan jepit jemuran yang menghalau bau masuk menyambangi hidungnya. Jadi ia agak tenang walau teramat sangat tidak tahan pada bentuk poop-nya (padahal, tidak beda jauh dengan yang ia lihat kalau sedang buang air besar). Jungkook ingin sekali mendeskripsikannya agar orang lain tau betapa mengerikannya benda itu (dia tidak sadar diri). Dan Jungkook tau ia berlebihan, tapi ia tak akan dipanggil extra kalau bukan karena itu.

Pemilik manik obsidian itu melakukannya dengan ragu. Dia tak pernah memerhatikan Jimin dalam urusan ini, jadi ia melakukannya berdasarkan insting. Sesudah melepas popok itu dan tak membiarkan isinya berceceran, Jungkook memasukkannya ke dalam plastik besar dan membuangnya ke tempat sampah. Tak ingin lebih lama berurusan dengan benda itu.

Dan kini ia dihadapkan pada Eunkyung yang tertawa kecil. Jemarinya yang mungil menunjuk-nunjuk wajah Jungkook. Seakan bilang, 'oh papa, topengmu aneh sekali!' di batinnya. Jungkook (yang agak paham maksudnya) hanya mengacungkan kedua jempolnya. Secara tak langsung mengatakan, 'contohlah papamu ini, nak.'

Jungkook melihat jam sekali lagi. Baru sadar kalau waktu semakin beranjak malam. Jadi ia sekaligus memandikan kembali bayi itu dan memberinya bedak banyak-banyak serta minyak wangi di sekujur tubuh. Eunkyung tampak seribu kali lebih baik. Jungkook harus memberi tau Jimin tentang pencapaian besarnya hari ini.

Malam itu, mereka melanjutkan lagi permainan yang tertunda--setelah Jungkook memberi makan Eunkyung semangkuk bubur rasa beras merah, rekomendasi Taehyung. Jungkook sekarang bersandar lagi pada sofa dengan Eunkyung di pangkuannya yang sibuk mengenyot dot. Kembali sibuk bermesraan dengan game kesayangannya.

Malam itu, Jimin sampai satu jam lebih lambat. Ia buru-buru masuk ketika tak mendapati sahutan dan apartemen terlihat lengang. Pria bersurai blonde itu setengah berlari untuk melihat mereka. Lalu bibirnya tertarik ketika melihat pemandangan di ruang tengah.

Ada Jungkook yang tidur terlentang di sofa. Sebelah tangan masih memegang game console, tangan yang lain menjaga si bayi agar tidak jatuh. Eunkyung tengkurap di dadanya, bernapas pelan dengan dot yang terpasang di mulut, samar-samar mendengkur halus. Bahkan layar tv menyala terang, menampilkan tulisan game over yang berkelip setiap detik.

Jimin mendekati mereka. Jari-jarinya bergerak menyingkirkan anak rambut yang menghalangi dahi Jungkook sebelum ia mengecupnya pelan. Juga mendaratkan sebuah kecupan manis di pipi Eunkyung yang merah.

Jimin pikir, Jungkook bisa jadi seorang ayah yang keren--tapi tidak dengan tingkah konyol dan cengirannya yang bodoh.

Jimin pikir, Jungkook bisa jadi seorang ayah yang keren--tapi tidak dengan tingkah konyol dan cengirannya yang bodoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi!

I'm sorry for the laaattteeee update. Hope you like this part even tho I'm not really sure. I'll try to update the next part on sunday (I'm trying to not to be lazy kay)

À bientot!

aegya | kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang