Kemarin, kalau kau mau tahu, tidak berakhir baik, tapi juga tak seburuk yang Jungkook kira.
Eunkyung muntah, seperti yang Jungkook sudah prediksi. Muntahannya jatuh mengenai baju, dan Jungkook tidak bawa pakaian lain sebagai ganti. Teman-temannya menjadi panik--dan kalian tahu mereka seperti apa, berlebihan juga sedikit idiot. Jadilah mereka berteriak, mengerubungi Eunkyung dan malah membuat bayi itu menangis.
Akhirnya, mereka diusir. Terlalu ribut, katanya. Seperti orang hutan saja, kampungan sekali. Jungkook pun memutuskan pulang sehabis itu, tak lupa menitip absen pada lima orang sinting yang melambaikan tangan dengan heboh dari ujung jalan. Jadilah Jungkook di rumah lebih cepat; melakukan apa yang ingin ia lakukan dengan tenang. Eunkyung langsung tidur setelah itu dan sisa hari mereka berjalan semestinya.
Berarti, tinggal dua hari lagi untuk dilewati.
Hari ini mereka bersantai. Jungkook tak merencanakan pergi ke mana-mana karena tahu itu akan berakhir buruk. Ia sekarang duduk saja di sofa bersama Eunkyung di pangkuan. Tv menyala, menampilkan film animasi anak-anak yang judulnya Tayo The Little Bus--kalau Jungkook tak salah lihat.
Dan, andai saja kau bisa melihatnya langsung, sekarang pria itu sedang bertepuk tangan; mengikuti Eunkyung yang menyengir dari ujung ke ujung sambil bersenandung tak jelas, menyesuaikannya dengan melodi yang terdengar dari tv.
"Hai Tayo, hai Tayo, dia bis kecil ramah," dan kalau kau bertanya apa itu Jungkook, jawabannya; ya. "Apa kau mau kubelikan itu, hm? Kita pesan yang besar dan bisa jalan benaran."
Eunkyung tak menjawab, tapi kalau dipikir-pikir, dia tak akan menolak.
Sisa siang itu mereka habiskan di sana. Menonton animasi bocah dengan tokoh utamanya berupa bus biru yang katanya kecil dan ramah, atau apalah. Jungkook tak terlalu peduli. Tapi yang jelas mereka punya lagu pembuka yang bagus. Eunkyung saja sampai menggumamkannya berkali-kali.
Namun bukan berarti, sisa hari mereka akan berjalan tenang-tenang saja.
Tepat ketika Jungkook ingin beranjak dan menidurkan Eunkyung di kamar, bel apartemen itu berbunyi. Disusul ketukan dan suara samar anak kecil.
Jungkook bangkit sambil menggendong Eunkyung dengan tangan kiri. Dia mengintip lewat lubang di pintu; ada tiga orang di sana, plus kereta tarik warna merah dan gundukan yang Jungkook tak tahu apa.
Dan Jungkook tiba-tiba merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Jungkook membuka pintu. Langsung disambut dengan senyum dari wanita muda berpakaian rapi. Itu Nyonya Park, ibu satu anak, setahu Jungkook. Namun, yang dilihatnya sekarang adalah dua orang bocah; yang tinggi memakai topi, dan yang pendek menggeret kereta. Dan Jungkook tahu betul siapa mereka.
"Oh, Jungkook-ssi?" Dia bilang. Terlihat sedikit canggung karena mereka jarang bicara. "Uh, bisa aku minta tolong?"
Oh, tidak.
"Eh, tentu saja. Tentang apa?"
"Bisa kau jaga mereka berdua? Aku ada acara mendadak, kau tahulah, ke pernikahan teman. Aku tak bisa membawa mereka berdua. Jisung juga sedang sibuk dan apartemen Nyonya Kim di sebelah kosong, kupikir mereka pergi. Jadi, hanya kau yang tersisa," katanya. "Hanya sampai nanti sore, kumohon?"
Jungkook diam sejenak. Wajahnya mendadak kaku, tapi dia akhirnya menjawab, "Uhm, baiklah?"
"Terima kasih, Jungkook-ssi!"
Lima menit kemudian, ada tambahan dua nyawa di apartemen itu.
Bocah yang pendek namanya Jihoon, anak asli dari wanita tadi. Sekilas Jungkook melihat sosok Jimin dalam dirinya--karena dia lucu dan pendek, Jungkook jadi teringat pacarnya nun jauh di sana. Yang satu lagi Lai Guanlin. Mereka sepupu atau apalah, Jungkook tak mengerti. Tapi yang pasti Guanlin itu tinggi menjulang, padahal dia lebih muda dua tahun dari Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
aegya | kookmin
FanfictionJungkook dan bayi jelas bukan sebuah kombinasi yang bagus. 28102017 © kookmicin