Jam istirahat ke dua berbunyi. Nabila dan Embun berjalan santai menuju kantin. Elsa tadi sudah ngeluyur pergi ke kantin. Takut gak kebagian tempat katanya.
"Mbun nanti sore main ke Elsa mau gak?" Tanya Nabila. "Ayo ayo aja sih. Nanti sore juga nganggur." Respon Embun, yang masih setia memasang wajah datar.
"Lo mau tau gak kenapa gue ngajak ke rumah Elsa?" Pertanyaan Nabila membuat Embun sedikit tertarik. Embun tau betul bahwa Nabila sangat jarang mau main jika hanya main berkunjung ke rumah teman kecuali ke rumah Embun. Itu pun hanya sekedar untuk nonton drama atau baca novel.
"Iya. Tumbenan mau main ke rumah orang selain rumah gue bil?" Embun menatap ke arah Nabila. "Iyaaa dongg.. mungkin juga mulai sekarang gue sering-sering main ke rumah Elsa hahahaaa" Nabila terkekeh sendiri. "Kenapa?" Embun semakin dibuat tak paham olehnya.
"Karena nanti sore cogan squad bakal main ke rumah kak Fanzaaa... dan ternyata rumah Elsa dan rumah Kak Fanza sebelahann.. dan balkon kamar Elsa dan balkon kamar Kak Fanza berhadapaannnn... uuuuuuhuuyyyy" Nabila bersorak gembira.
Mata Embun terbuka sepenuhnya dan badannya kembali segar. "Sumpah demi apa bil? Lo tau dari mana cogan squad mau main ke rumah Kak Fanza? Dan tau dari mana yang balkon rumah Elsa dan Kak Fanza berhadapan?" Embun tak kalah semangat dengan Nabila.
"Tadi waktu gue mengembalikan buku paket ke perpustakan ketemu sama si empat cogan ituu.. terus kak Kristan bilang kalau dia mau main ke rumah kak Fanza. Terus gue tanya-tanya tentang kak Fanza ke Elsa. Eh ternyata ya gituu.. rumahnya bersebelahan"
Sesampainya di kantin, Embun dan Nabila mengedarkan pandangan untuk mencari tempat duduk yang sudah ditempati Elsa. Setelah menemukan Elsa, mereka langsung saja menghampiri Elsa.
"El nanti kita ke rumah lo ya" tanpa babibu mereka berdua langsung mengatakan kalimat tersebut secara bersamaan.
"Ehh. Tumben banget kalian mau main. Gue kira kalian anak rumahan yang gak akan keluar rumah kalau gak penting-penting amat. Ya walaupun mainnya tetep ke rumah sih.."
"Ah kata siapa.. b aja kita ya mbun. Kita juga kadang main kok" Nabila menentang pemikiran Elsa yang menurut Elsa dirinya dan teman sebangkunya itu anak rumahan. Nabila dan Embun tidak suka jika ada yang berpikir mereka adalah anak rumahan. Ya walaupun dilihat dari keseharian mereka bisa dibilang anak rumahan sih.
Lebih baik dibilang anak rumahan daripada anak murahan.
"Ya udah sih main aja.. gue juga kesepian dirumah. Gue mah welcome aja ya" ujar Elsa.
"Iyee keset. Ya udah gue pesan makanan dulu. Kalian mau pesan apa?"
"Samain lo aja" perkataan Elsa diangguki oleh Nabila.
🐾🐾🐾
Kini waktu menunjukan pukul 15:00 sore. Dan di sini lah Nabila, Embun dan Elsa. Mereka sedang berada di kamar Elsa. Mereka bisa mendengar suara tawa dari seberang yang sudah diyakini itu suara tawa empat cogan yang sedang main di rumah Fanza.
"Duh bosen banget denger suara tawa mereka, jeritannya Pano, gitarnya Kristan, suara pianika merah jambu yang ngak ngik nguk punya nya Giri, suara Fanza yang ngelarang ini itu biar barang-barangnya gak dirusak. Huuufftt.. sabar gue mah" curhatan Elsa membuat Nabila dan Embun tersenyum geli.
"Eh cerita dong el.. tentang kak Fanza" rengek Embun.
"Mulai dari mana nih?"
"Dari dia masih jadi embrio" ucap Embun asal. "Elsa belum lahir pinterr" Nabila menoyor kepala Embun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination Boyfriend
Fiksi Remaja"Impossible" Satu kata yang tidak ada di kamus Nabila dan Embun untuk melakukan suatu apapun. Termasuk untuk mengejar dua cowok yang mereka dambakan. silahkan dibaca semoga tertarik dan senang dengan karya ke 2 saya.