Park Roona, gadis berambut hitam legam panjang nan tebal itu sibuk berlari-lari kecil di trotoar, mondar-mandir di depan pagar sebuah gedung besar. Tak jarang ia mengamati benda persegi panjang yang berada di tangannya. Untuk memastikan adanya pesan masuk atau tidak dari sahabatnya.
"Yoora benar-benar cari mati denganku," gumam gadis itu sambil merapatkan jaket tebalnya. Dia benar-benar benci dingin, dan keadaan seperti sekarang membuatnya semakin merutuki keputusannya untuk mengambil beasiswa di negeri ginseng itu.
"Ah ... Roona-ya, mian ... Keadaan jalan benar-benar kacau, ada es di mana-mana." Roona melotot ketika seorang gadis sepantaran dengannya datang dari arah kanannya sambil berlari kecil. Ia membawa dua tas berukuran sedang di masing-masing tangannya.
"Sebenarnya kau ini mau apa sih? Kau tahu 'kan sekarang sedang dingin-dinginnya," gerutu Roona saat Yoora, sahabatnya menariknya memasuki pelataran sebuah gedung setinggi sepuluh lantai.
"Ayo kuperkenalkan dengan oppaku," jawab Yoora ketika berada di depan lift, menunggu mesin penghantar itu turun.
"Yoora-ya, kau tau? Ada hal yang lebih penting dari ini, aku benar-benar tidak tertarik dengan segala hal yang berhubungan dengan dunia oppamu itu, yang aku inginkan saat ini dan tahun depan ... Aku bisa cepat-cepat lulus dan keluar dari freezer raksasa ini," ucap Roona panjang lebar, membuat Yoora mengangguk-angguk lemah kemudian memberikan satu tas yang berada di tangannya kepada Roona.
"Tolong bawakan untukku," katanya pelan kemudian fokus menatap pintu lift yang mengkilap.
*
Ketika sampai di lantai lima, Roona benar-benar mengerang ketika melihat banyaknya gadis berkerumun menunggu sebuah pintu ruangan dibuka. Hal kedua yang sangat dibenci Roona setelah dingin, yaitu keramaian.
"Tak bisakah aku pulang saja?" tanya Roona berbisik pada Yoora yang sudah tersenyum sumringah. Yoora menggeleng kemudian menggeret Roona agar berjalan lebih cepat.
Tepat setelah sampai di depan pintu, pintu besar itu terbuka membuat gadia-gadis yang berkerumun di luar masuk dengan sedikit berdesakan.
Roona menghempaskan tubuhnya pada kursi paling belakang yang berada di tingkatan paling atas. Membuatnya dengan jelas melihat apa yang sekarang ada di bawahnya, kerumunan gadis-gadis remaja dengan atribut segala macam yang menampilkan foto laki-laki yang tak dikenalnya. Di panggung, terdapat satu meja panjang dan beberapa kursi yang berada di belakangnya. Sedangkan latar dari panggung itu, terdapat banner dengan gambar lumayan bagus namun Roona terlalu malas untuk membacanya.Ia sedikit merendahkan posisi duduknya, mencari posisi nyaman kemudian memejamkan matanya, tangannya ia rapatkan untuk memeluk dirinya sendiri, menambah kehangatan untuknya.
*
Sudah hampir satu jam Roona terpejam, walau tak benar-benar tidur dan juga sadar, dia lumayan bisa beristirahat. Namun, acara istirahatnya harus terganggu ketika suara berat menyadarkannya, yang berawal satu orang berbicara lewat mikrofon kemudian disusul orang yang lain.
"Ahgassi yang duduk di ujung, waktumu untuk maju ke depan."
Roona membulatkan matanya saat mendengar suara dari beberapa pria yang berada di panggung. Hanya diam dan tak tahu harus apa, hingga seorang berpakaian serba hitam menghampirinya kemudian menggiringnya menuju panggung. Saat melewati kursi yang diduduki Yoora, gadis Korea itu memberikan sebuah benda semacam buku kepada Roona. Karena tak tahu harus apa, Roona menerimanya kemudian mendekapnya.Saat berhadapan dengan pria pertama yang ada di ujung meja, Roona tersenyum canggung ketika disapa pria itu dengan ramah. Interaksi pertamanya dengan pria muda Korea.
Roona berlutut dengan kaku di hadapan pria itu, tak tahu harus bilang apa dia hanya diam saat pria itu mengambil benda yang diberikan Yoora kemudian membukanya. Yoora benar-benar master dalam menjebak orang, ternyata benda yang diberikannya itu adalah Album yang masih bersih, belum terjamah bolpoin idol grup favoritnya itu. Sekali ikut fans sign bisa dapat dua album yang sudah tertanda tangani, Daebak sekali."Jadi siapa namamu?" Roona terkejut ketika mendengar suara pria itu, ia mengatakan namanya dengan spontan.
"Park Roona? Nama yang indah," kata pria itu sambil tersenyum manis. Roona memerhatikan wajah pria itu, entah asli atau hasil permak plastik, pria yang ada di hadapannya tampan juga. Ia ikut tersenyum dengan canggung."Tak ada yang ingin kau bicarakan?" tanya pria itu membuat Roona heran, sebelum menjawab pertanyaan laki-laki itu, seorang perempuan bertubuh gempal yang berada di belakang jejeran pria-pria yang duduk itu menyuruhnya untuk bergeser, beralih pada pria satunya yang berada di samping pria pertama.
Chwecans17
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen in One
FanfictionKetika seorang gadis yang tidak mengerti apa-apa tentang dunia K-pop harus terjebak di dalamnya. Omongan "kadang yang bukan fans lebih beruntung," terjadi pada diri Park Roona. Park Roona gadis tulen, berkewarga negaraan Indonesia dan berkuliah di n...