Roona menghempaskan tubuhnya saat sampai di dalam rumah sewanya, ia masih mengenakan pakaian yang ia gunakan saat keluar tadi, di atas perutnya saat ini terdapat selembar kertas yang memuat jadwal setahun boy grup yang akan menjadi model stylenya. Berbakat apa dia? Pakaian sehari-hari yang ia kenakan saja seadanya.
"Apa gue bisa ngelakuin ini? Gue 'kan juga masih kuliah, mana banyak banget lagi tugasnya."
Roona menggulingkan badannya, ia berharap kesialannya akan runtuh dengan cara ia menggulingkan tubuhnya secara berulang-ulang.
"Roona-ya!"
Baru saja dia menginginkan kesialannya runtuh, dan sekarang mereka menghampirinya lagi. Suara cempreng Yoora termasuk kesialan baginya, suaranya begitu menyakiti telinga.
"Aku menghubungimu sedari tadi dan kau tidak mengangkatnya, malahan kau mematikan handphonemu, ada apa?"
Yoora menghampiri Roona yang menatapnya malas, "Handphoneku hancur," katanya dengan raut wajah sedih."Astaga, bagaimana bisa?" tanya Yoora dengan berapi-api. Setelah diam, dia mendudukkan dirinya di sebelah Roona, saat ingin bertanya lagi pada Roona, mata tajamnya menatap selembar kertas aneh yang berada di atas kasur Roona, dengan cekatan dia mengambilnya dan membaca tulisan di kertas itu.
"Daebak! Dari mana kau mendapat jadwal Seventeen hingga akhir tahun nanti? Kau menguntit Oppaku?" tanya Yoora yang bisa lebih dikatakan sebagai menuduh dengan cara berteriak.
"Aku magang di sana," jawab Roona malas, dia tidak mau nenutupinya dari Yoora, karena memang hanya Yoora beserta keluarganyalah yang ia punya di Korea.
"Eomma masak apa?" Roona bertanya untuk mengalihkan perhatian Yoora yang sedari tadi masih terlihat tak percaya dengan apa yang ada di tangannya.
"Banyak, kau berhutang cerita padaku, dan tentunya uang," sembur Yoora mengingatkan. Roona mengangguk tak peduli kemudian beranjak.
"Ayo! Kita berwisata kuliner," ucap Roona penuh semangat. Dia harus mengisi perutnya dengan nyaman dan kenyang untuk menghadapi dunia kerja yang pastinya sangat kejam ditambah bumbu kehadiran S.coups.
*
"Roona-ya, bagaimana dengan kuliahmu?"
Saat ini, Roona tengah membantu ibu Yoora mencuci piring setelah makan malam selesai, sebenarnya apa yang dilakukan Roona hanyalah bentuk formalitas saja, agar tidak dipandang terlalu merepotkan.
"Lancar eommeonie, aku akan belajar dengan giat supaya bisa lulus dengan cepat." Roona memasang cengiran kuda setelah meletakkan piring terakhir pada rak.
"Terima kasih kau sudah membantu, kau mau menginap?"
Roona menggeleng kemudian memeluk ibu sahabatnya sekejap."Aku juga terima kasih, eommeonie sudah membiarkanku makan malam di sini, aku meminta izin untuk mengajak Yoora keluar, aku butuh ponsel baru."
"Keluarlah, jangan pulang malam-malam." Roona mengiyakan dengan riang kemudian berjalan ke arah kamar sahabatnya.
*
Setelah membeli ponsel baru sekaligus melakukan segala tetek bengeknya untuk pendaftaran sim card yang lumayan ribet di Gangnam KT Avenue, kedua gadis seumuran itu memilih membeli beberapa odeng untuk menghangatkan tubuh mereka.
"Sebenarnya cuaca seperti ini cocok sekali untuk minum soju," gumam Yoora sambil menarik jajanannya dengan gemas. Roona hanya melirik Yoora yang sebenarnya tengah menyindirnya. Faktanya tak hanya sekali Yoora mengajak perempuan asal Indonesia itu untuk 'minum', namun juga tak hanya sekali saja Roona menolaknya, ia beralasan tak bisa minum. Klasik!
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen in One
FanfictionKetika seorang gadis yang tidak mengerti apa-apa tentang dunia K-pop harus terjebak di dalamnya. Omongan "kadang yang bukan fans lebih beruntung," terjadi pada diri Park Roona. Park Roona gadis tulen, berkewarga negaraan Indonesia dan berkuliah di n...