"Jadi begini, karena ada kecelakaan kecil. Kita akan mendapatkan keuntungan," ucap DK sebagai pembuka ketika mereka sampai di tempat latihan. Dua belas pria itu duduk membentuk letter U, membiarkan Roona, Munjae dan DK berdiri di depan mereka yang duduk.
"DK, simpan dulu peraturan dan kesepakatan konyol kalian," kata Munjae saat menatap Roona yang masih sibuk menjelajahi ruangan yang lumayan luas ini dengan matanya.
"Dan sekarang untukmu Sona,"
"Roona," ucap Roona membenarkan, sedangkan Munjae mengangguk tak peduli.
"Apa maumu? Kau sengaja ingin S.coups menciummu? Ingin memeras kami? Atau ingin terkenal?" Roona melotot tak percaya mendengar ucapan Munjae, dia meringis tak tahan dengan segala tuduhan yang ditujukan padanya.
"Aku benar-benar tak sengaja. Aku tak berniat berbicara pada media yang tidak-tidak. Dan tadi ... tiba-tiba saja saat aku akan berangkat kerja, pria itu menarikku dan membuat ponselku remuk! Ya kau yang membuat ponselku remuk!" ucap Roona berapi-api saat membicarakan ponselnya. Ia menunjuk S.coups yang seolah tak peduli.
"Yak! Nona, jangan mengalihkan topik pembicaraan. Kau terlihat memiliki mulut yang sangat pintar, aku tak bisa melepaskanmu begitu saja," ucap Munjae sebagai penutup sebelum pergi meninggalkan tiga belas pria yang dibuat tak percaya karena kekejaman manajernya kepada seorang gadis.
"Munjae hyung memang tidak pernah salah." S.coups berdiri kemudian keluar dari barisan letter U, menuju ujung ruangan kemudian membuka jaketnya, menyalakan tape dan mulai menggerakkan tubuhnya sesuai hentakan musik.
"Gwaencanha, kau tidak perlu cemas." Roona tersenyum tipis mendengar ucapan penghibur dari Joshua.
Joshua beranjak kemudian berdiri di samping Roona, mengenalkan satu persatu pria yang duduk di hadapannya tanpa terganggu dengan musik yang disetel oleh S.coups.
"Mingyu, Vernon, Seungkwan, Jun, Maknae kita ... Dino, Hoshi, Woozi," ucap Joshua sambil menunjuk mereka satu persatu.
Roona menundukkan kepalanya sebagai salam hormat, hatinya tak tenang karena melihat tingkah S.coups yang kentara sekali tak menyukainya, apalagi Manajer Munjae yang malah blak-blakan sekali membencinya. Apa sebentar lagi hidupnya akan dipersulit?"Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanya Roona yang sebenarnya ia tujukan pada dirinya sendiri.
"Kau harus membelikan kami Cola, tak lupa 'kan?" DK menyela dengan cepat, membuat Roona menghembuskan napasnya lelah.
"Cola?" Woozi yang sedari tadi diam bertanya dengan ekspresi terkejut, layaknya orang baru tersadar dari pingsan.
"Eo, Roona tadi berbicara bahasa asing saat bersama kita," jawab DK membuat tujuh pria yang tak tahu kejadiannya bersorak senang.
"Baiklah, aku pergi dulu." Roona melenggang pergi dari ruang latihan itu. Sedetik setelah menutup pintunya. Eunha, perempuan yang menyetir van tadi menghampirinya.
"Roona-ssi?" tanyanya ketika sampai di depan Roona. Roona mengangguk kemudian membungkukkan badannya sekejap.
"Ayo ikut aku," Eunha menarik tangan Roona ke sebuah ruangan penuh dengan pakaian, sepatu dan alat make up.
"Manajer Im bilang, kau akan masuk tim wardrobe, karena kebetulan tim wardrobe sedang kekurangan personel." Roona mengamati baju-baju bagus yang tersusun rapi di depannya, kemudian menatap Eunha dengan serius.
"Apa dibayar?"
"Tentu saja, tapi tidak seperti orang yang bekerja penuh. Gajimu nanti akan sama seperti orang magang, karena kau baru dan juga kami tidak terlalu tahu apakah kau benar-benar bertalenta."
"Pasti karena insiden itu... baiklah." Roona tersenyum lebar, namun sedetik kemudian senyumannya luntur karena teringat pekerjaan paruh waktunya yang menjadi kasir toserba.
"Eonni, aku harus pergi. Ngomong-ngomong soal pekerjaan, aku pekerja paruh waktu di toserba lingkungan tempat tinggalku," ucap Roona panik. Eunha menghembuskan napas panjang kemudian membenarkan letak topinya.
"Aku akan mengantarmu," katanya sambil berjalan mendahului keluar dari ruangan.
"Tidak usah tak apa, aku tak mau merepotkan."
"Kau tau, kau ini seperti berlian dalam lumpur yang harus ku jaga, karena tertutup lumpur, aku tak tau apa kau benar-benar berlian atau malah kotoran. Jadi biarkan aku menjalankan tugasku."
Roona tercenung mendengar ucapan Eunha, "maksudnya tadi apa?"
*
Ketika sampai di toserba tempatnya bekerja, Roona benar-benar mendapatkan omelan dan harus dipecat. Dia hanya pasrah karena memang itu kesalahannya, dia juga merasa baik-baik saja karena sudah mendapatkan pekerjaan baru tanpa susah-susah melamar.
Ketika melewati lemari pendingin berisikan berbagai macam minuman. Ia mengambil beberapa yang identik dengan warna merah untuk labelnya dan membayarnya.
"Untuk Sebong?" tanya Eunha ketika Roona mendudukkan dirinya di mobil yang mereka kendarai.
"Sebong?" ulang Roona karena tak mengerti.
"Seventeen, S.coups, Mingyu--" belum sempat Eunha melanjutkan ucapannya, Roona langsung mengiyakan.
"Jangan terlalu sering memberikam mereka minuman bersoda itu," kata Eunha sebelum keheningan terjadi di antara mereka.
Chwecans17
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen in One
FanfictionKetika seorang gadis yang tidak mengerti apa-apa tentang dunia K-pop harus terjebak di dalamnya. Omongan "kadang yang bukan fans lebih beruntung," terjadi pada diri Park Roona. Park Roona gadis tulen, berkewarga negaraan Indonesia dan berkuliah di n...