Aku punya sesuatu untukmu, katamu.

14 0 0
                                    

Aku gadis bergaun merah karna aku membenci pakaian rumah sakit, aku membenci semua tentang rumah sakit sejujurnya, dan aku selalu membenci bau obatnya, jarum suntik, maupun perawatnya.
Namun semua tentang rumah sakit menjadi magnet ketika kamu mulai bekerja. Seniormu sering memakimu ketika aku duduk di dekat meja informasi sekedar bosan saja. Kamu selalu tertawa membalasnya, dan aku suka tawamu. Banyak orang menghindari aku, pura - pura lupa dan mematikan aku dalam kenangan mereka, tapi kamu menyikapi aku dengan biasa tanpa perlu berhati - hati yang berlebihan. Pertama kali kita (betapa bahagianya mengucapkan kita) berbincang saat kamu menanyakan bagaimana tentang jantungku. Kamu tersenyum manis kala aku mengataimu manis. Dari situ aku sering mengucapkan kita, kita yang makan berdua, kita yang berjalan berdua, kita yang berbagi segalanya berdua dan kita yang lainnya. Aku jatuh hati sejatuh - jatuhnya, rela aku tenggelam dalam tatapan matamu yang pekat. Aku cinta mati padamu.

Namun, seminggu penuh kamu hilang tenggelam dalam riuhnya tugas barumu. Aku kehilangan, tapi aku tetap sayang. Berusaha menghibur diri dengan duduk - duduk malas didekat informasi, iseng siapa tau ada kamu. Tapi tidak pernah ada kamu.

3 minggu sudah aku merasakan sakit menderu dalam dada dan selama itu pula kamu hilang begitu saja. Sakit. Sejujur - jujurnya aku, aku tidak berharap pemberian tapi entah bagaimana aku diberi, dari perbincangan dokter dengan mama dan ada tangis yang pecah diantaranya.

Mama masuk dengan sejuta rasa dalam satu muka banyak kabar yang akan aku dengar yang secara garis besar menjadi 2 kabar.

Kamu koma dan aku akan sembuh. Aku berteriak ketika mendengar itu semua, marah, sedih, kecewa dan air mata. Mama terkejut dan berlari memanggil dokter, sedangkan aku, menangis pilu meremas dadaku seakan memanggil jantungku. Aku tau korelasi antara kabarmu dan kabarku. Dokter memberitau mama mungkin aku hanya perlu ditenangkan karena terlalu bahagia. Kalian salah, aku terluka lebih baik aku ikut mati.

Aku pamit kepada mama untuk berjumpa dengan kamu. Aku berjanji tidak menangis, aku berjanji tersenyum dan tidak menyalahkan takdir. Kamu terlelap tidak akan terbangun aku takut kamu kesepian dan aku tidak percaya fiksi tentang diberi mata lalu ditinggal mati kekasihnya. Perlahan aku menulis surat diatas surat donormu, aku meminta maaf pada mama karena aku akan pergi sejujurnya aku tau mama tidak akan sebegitu berat melepas aku karena aku tidak sendiri dan bersama cintaku. Donorkan saja jantungnya pada anak sebelah yang ingin jadi pembicara.

Aku ikut mati pada waktu kamu mati aku sudah buta oleh cinta mati.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang