CHAPTER NINETEEN

107 6 0
                                    

Cetakan pertama edisi bulan baru telah berada ditangan Keira. Ada foto Reynand terpampang di halaman depan. Ia merenung sendiri di kamarnya. Keira ingin langsung menunjukkan itu pada Reynand. Tapi ia tak tahu dimana Reynand sekarang. Sebulan sudah, Reynand menghilang. Keira memang menjalani kehidupannya seperti semula. Tapi semua terasa kosong. Bahkan teman-teman Keira menyadari perubahannya. Tawa Keira yang terasa dangkal, senyum hambar yang begitu datar.

Vania dan Diandra datang mengunjungi Keira di rumahnya. Ada janji yang harus mereka tepati bersama. Keira harus ikut. Mereka di sambut ibundanya Keira. Vania menjelaskan rencana mereka untuk hadir di wisuda senior mereka. Karena ponsel Keira tidak bisa dihubungi sejak semalam maka mereka memutuskan untuk langsung menemui Keira di rumah. Tante Kalila mengizinkan teman-temannya untuk menemui Keira di kamarnya.

"Kei.."sahut Diandra dan Vania.

Keira melangkah perlahan membuka pintu kamarnya. Vania dan Diandra menghambur langsung memeluk Keira.

"Kei, ingetkan janji kita buat dating ke wisuda bang Dimas?"

Keira mengangguk seulas senyum terpasang di wajahnya.

"Kalau begitu siap-siap dong. Kan kita mau nebeng mobil lo." sahut Diandra. Keira hanya mengangguk lagi dengan senyum yang sama. Dipaksakan. Begitu jelas terlihat dari raut wajahnya itu. Baik Vania ataupun Diandra sama-sama menghela nafas. Mereka juga bingung harus bagaimana lagi untuk membuat Keira seperti semula. Reynand sudah jauh masuk dalam kehidupan Keira. Meski dari awal hubungan mereka tak jelas. Tapi ada ikatan yang kuat lebih dari ikatan yang Keira coba bangun dengan Arlan dulu.

Keira sudah siap. Blus bermotif bunga dengan warna dasar ungu pastel, celana jeans biru, dan rambutnya yang terurai. Sebenarnya itu sudah cukup membuatnya terlihat cantik. Tetapi bagi yang mengenal Keira, mereka tahu ada yang hilang dari Keira. Wajahnya memang cantik, tapi tidak menampilkan kecantikan batiniahnya. Sekarang kecantikan itu sedang diselubungi kabut. Mereka berpamitan kepada orang rumah. Nyonya Kalila hanya bisa mendesah melihat putrinya pergi dengan keadaan yang seperti itu.

***

Mereka sampai di JCC senayan. Mereka sudah membawa dua buket bunga. Tak lama para wisudawan keluar dari gedung. Diandra, Vania dan Keira menyalami beberapa senior yang mereka kenal. Sesekali berfoto bersama. Tak lama Dimas muncul bersama Tania , juga kedua orang tua Dimas. Mereka bersalaman. Diandra menyerahkan buket bunga pertama untuk Dimas.

"Selamat atas kelulusannya bang Dimas." Seru mereka. Wajah Dimas berseri, dia juga tersenyum bahagia. Ia sesungguhnya tak berharap mereka untuk datang.

"Makasih. Nggak nyangka kalian datang."

"Janji harus ditepati. Kami sudah janji datang, maka kami akan datang."jawab Vania lugas.

Keira dan Diandra hanya mengangguk. Tetapi mata Diandra langsung bergeliat menyadari ada seseorang yang harus diberikan buket lagi, namun tak dilihatnya sedari tadi.

"Bang Arlan kemana? Ini buket bunga satu lagi buat dia."

Dimas dan Tania saling melempar pandang. Dimas menghela napas berat. Dia menggiring mereka ke tempat yang lebih hening dan sepi.

"Kalian benar-benar nggak tahu apa-apa? Kamu juga Kei?"

"Maksud kakak?"

"Paska kejadian yang menimpamu itu, Arlan dan walinya dipanggil pihak kampus. Kakak sulung Arlan datang dan mengambil keputusan untuk membawa Arlan ikut pindah keluar negeri bersamanya."

Ketiganya mengangguk mengerti. "Oh, kita pikir ada apa. Serius amat nada bicaranya."

"Bukan cuma itu. Ada satu lagi yang ingin abang pastikan dari kamu Kei."

"Aku?"

Seraya mengangguk Dimas mulai penuturannya. "Sehari sebelum keberangkatannya, Arlan diajak Tasya menemui kakaknya. Ternyata kakaknya itu Reynand. Maka muncullah pertengkaran. Berawal dari adu argument sampai adu kekuatan. Tapi ada satu yang paling membingungkan sebelumnya ada pernyataan Reynand yang bilang kamu tunangannya. Apa benar kalian sudah bertunangan?"

Keira menggeleng penuh kebingungan. "Tidak. Kami tidak pernah ada ikatan semacam itu." jawabnya. Vania dan Diandra pun terkejut mendengar itu. Tetapi mereka memutuskan untuk tetap diam sampai mendengar semua ceritanya.

"Oke."

"Bang, apa abang tahu dimana Reynand? Karena Reynand juga sudah sebulan tak ada kabar."

Ia meragu menjawab pertanyaan Keira yang satu ini. Kali ini Tiana yang membuka suara.

"Kei, kami sudah berjanji untuk merahasiakannya darimu. Tetapi, aku tahu perasaanmu pasti tak karuan selama ini. Menunggu dia pasti nggak mudah."

"Cukup. Aku nggak mau dengar basa-basi lagi. Katakan saja dimana Reynand?"

"Dia di rawat di rumah sakit dekat rumahnya. Pukulan Arlan rupanya cukup untuk menumbangkan Reynand. Malam hari setelah pertengkaran itu, Reynand ditemukan pingsan di rumahnya. Rupanya jantungnya sudah cukup lemah karena jantung itu merupakan hasil transplan dari kakaknya. Sebulan ini dia dirawat, mungkin juga dia sudah keluar dari rumah sakit. Pernah sekali kami menjenguknya, dia berpesan pada kami untuk merahasiakan ini darimu."

Seolah kepingan memori lama berkelebat dengan cepat dikepalanya. Mereka mulai saling sambung menyambung. Menjadi sebuah memori besar. Memori waktu ia menginap di rumah Reynand, waktu pagi Reynand menerima sebuah telpon, dan di ponselnya tertulis nama papanya. Belum lagi Reynand cukup tahu kebiasaan-kebiasaannya lebih dari teman-temannya yang lain.

Alasan yang sebenarnya ketika Reynand tak memberitahu masa lalunya lebih banyak. Tak membiarkan Keira tahu bahwa Reynand putra sahabat papanya. Kemudian bagaimana ia bisa melupakan wajah Tasya, ia jelas mengenalnya sejak lama. Sebuah kesimpulan terlintas di kepalanya. Tubuh Keira terhuyung. Hatinya terasa ditikam pisau yang sangat tajam. Kakinya lemas seketika. Diandra dan Vania menopangnya. Tiana menawarkannya minuman. Keira meneguknya cepat.

"Aku akan pergi ke rumah sakit. Kalian nggak masalah kan pulang berdua?"

"Kamu mau apa?"

"Menjenguk Reynand"

"Kami bisa ikut?"

"Aku mohon tidak kali ini."

Keira langsung pergi meninggalkan teman-temannya. Dimas menghela napas, Tiana menoleh padanya. Menatapnya tajam. "Kita belum bicara soal Tasya. Apa Keira juga nggak boleh tahu?" tanya Tiana.

"Mungkin, dia bisa tahu dari Reynand kalau nanti mereka bertemu."

"Apa lagi kak? Apa yang Keira nggak boleh tahu? Kami juga ingin membantunya." tanya Vania.

"Ini soal Tasya. Sebenarnya nggak apa juga Keira tahu. Tapi karena ini berhubungan dengan Reynand. Mungkin ada baiknya Keira nggak diberi tahu."

"Nggak masalah kan. Kalian bisa nggak memberitahu dia. Tapi bisa memberitahu kami." Jawab Diandra meyakinkan mereka. Dimas mengangguk. Dia menjelaskan apa yang dia ketahui.

***

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang