STAGE 1

713 47 13
                                    

Jika memang tuhan memilihkan jalan lain untuk kita berdua. Bisakah aku berhenti melanjutkan perjalanan hidup ku? – Steave Ardhiansyah Putra

-JHOSE PoV-

Entahlah, gue juga gak tau apa yang lagi terjadi di rumah sekarang. Barusan aja Daddy nelpon dengan nada yang sangat serius. Dan setelahnya, beliau juga nyuruh gue pulang saat itu juga. Padahal tadi gue lagi enak enak nya jalan sama Bella.

"Kok tumben jam segini sudah pulang dek?" tanya pak Sardi yang sedikit bikin gue kaget.

"Eummm gak tau pak, tiba-tiba daddy nyuruh pulang gitu. Katanya sih ada yang mau diomongin."

"Hmm kayaknya iya sih dek. Tadi Pak Pratama juga bilang ke saya supaya cepet-cepet bawa adek ke rumah."

"Hallah, paling daddy sama mom cuma mau pergi ke luar negeri 2 minggu. Terus kaya biasanya aja deh kita harus dengerin ceramah-ceramahnya dulu." gue mengucapkan kalimat itu dengan nada super jengel. Karena sebenernya gue memang masih gak rela kegiatan pacaran gue harus berhenti.

"Hussh gak boleh gitu dek. Tapi kayanya kali ini lebih dari sekedar pergi 2 minggu dek. Soalnya belakangan ini bapak sama ibuk lebih sibuk dari biasanya. Perasaan saya sih, bakal ada yang mau pindah gitu. Kemarin aja ibuk ngejual mobilnya ke deller." ucapnya sambil tetep fokus nyetir ke depan.

Tapi informasi yang barusan dia omongin, justru bikin gue panik.

"Hahhh? ngejual mobil? buat apa pak? apa mommy udah bangkrut ya pak? atau daddy udah di pecat? waduhh gimana dong saya pakk? entar saya gak bisa ngapa-ngapain lagi dong pak." gue cemas sambil natap pak Sardi. Supir kesetiaan keluarga gue.

"Astaga, ya engga lah dek. Cuma saya juga gak tau kenapa ibuk ngejual mobil nya. Tapi yang pasti alasannya bukan karena bangkrut." kini gantian pak Sardi yang cemas sambil ngelus ngelus dadanya.

30 menit lebih gua cuma duduk sambil ngebikin beberapa teori-teori yang kemungkinan bisa aja terjadi sama keluarga gue. Sampai-sampai gue gak ngerasa kalau gue udah ada di halaman rumah. Dan bener kata pak Sardi. Mobil milik mom udah gak kelihatan, Cuma ada BMW seri 7 milik daddy dan Seri 6 milik kak Rey.

"Hmm jangan sampai keluarga gue bangkrut." ucap gue dalam hati sambil geleng-geleng kepala.

"Dek, ini adek gak mau kemana-mana lagi kan? soalnya mobilnya mau saya masukan ke garasi."

"Eumm, engga deh pak. Lagian udah males keluar malem-malem gini."

Setelah ngerapiin dan ngambil buku yang udah gue beli tadi. Gue pun langsung bergegas masuk untuk menemui keluarga Pratama yang amat sangat gue sayangi ini.

Jangan kaget, meskipun daddy gue asli dari Jerman. Tapi, semenjak dia nikah sama mommy yang notabenya orang Indonesia tiba-tiba aja tuh daddy nambah in "Pratama" di belakang namanya biar ada nuansa Indonesianya.

"Jhosee pulaaaanggggg."

Baru aja masuk rumah, dan tiba-tba gue sedikit memicingkan mata waktu nglihat si mbak Ratna. Suami pak Sardi, sekaligus pengurus rumah gue sedang kesusahan membawa koper besar di tangan kanan dan kirinya.

"Ehhh mbak Rat, ituuu koper buat siapa? Besar banget, kaya mau minggat aja."

"Gak tau dek, ibuk yang nyuruh, tapi saya di suruh naruh di kamarnya adek." jawabnya, lalu melanjutkan perjuangannya ngangkat koper ke lantai 2.

"Lhooo, njirrr kokk ke kamar gue. Apa gue yang di suruh minggat yaa." setelah sadar dengan apa yang mbak Ratna omongin barusan. Lantas, gue bergegas pergi ke ruang keluarga dan minta kejelasan maksud dan tujuan disiapkannya koper gede buat gue.

"MOOOOOMMMMMM" gue teriak begitu melihat mom, daddy dan kak Rey sudah duduk di ruang keluarga.

"Astaga, Jhosee. Apa kamu gak pernah punya etika. Bukannya salam, Ini malah teriak-teriak kaya perawan habis di rampok." Mommy sedikit emosi dan terlihat kaget dengan teriakan gue barusan. Karena memang kalo di lihat-lihat suana ruang keluarga saat ini lagi hening-heningnya.

"MOMM, Jhose Gakk di usir kan dari sini? Jhosee masih anak mommy kan. Jhose gak pernah salah lhoo, dan Jhose ini kemarin abis menang lomba di Malaysia kemarin. Jadi gak mungkin kan mommy bakal ngebuang Jhose?" gue langsung meluk mommy gue yang kebetulan punya badan yang ideal.

Namun, apa yang terjadi selanjutnya sangat-sangat tidak gue harapkan. Daddy, Mommy, dan Kak Rey justru mandang horor ke arah gue. Sementara mommy malah terlihat semakin marah dengan tingkah absurd gue barusan.

"Astaga, gue sedih punya adek kaya gini. Udah gila, kaga tau malu lagi. Untung aja pinter." kak Rey mengatakan itu sambil ngusap-ngusap dahinya. Seolah-olah dia punya beban pikiran yang beratnya ngelebihin berat bumi.

Kini Mommy yang mulai menanggapi sikap cemas gue. Dia sedikit menggeser duduknya sehingga gue ada di tengah-tengah dari keluarga kecil gue.

"Kamu jangan banyak omong, dengerin apa yang daddy jelasin. Dan jangan nyela penjelasan daddy." Mommy mengucapkan dengan aura tegas, dan kalau sudah kaya gini tentu saja, baik gue dan kak Rey sekalipun pasti nurut sama semua ucapan mommy.

Mommy lalu mengeluarkan selembar kertas dari Tas brandednya yang saat itu dibeli di Paris dengan harga yang hampir setara dengan 7x harga iPhone milik gue. Sesaat kemudian mommy ngebagiin kertas itu ke gue dan kak Rey. Dan hal pertama yang gue lihat adalah logo perusahaan otomotif asal Jerman tempat daddy berkerja.

Selanjutnya, gue gak tau apapun dari surat itu, karena jujur saja, meski gue punya darah Jerman, tapi sekata pun gak ada yang bisa gue pahami dari surat yang mom bagi ke gue, karena semuanya pakai bahasa Jerman.

Daddy sedikit meminum tehnya lalu memandang gue dan kak Rey.

"Baiklah, jadi maaf jika mommy dan daddy benar-benar mendadak menginformasikan ini ke kalian. Tapi daddy sudah melakukan apa yang daddy mampu untuk lakukan." daddy diam untuk sejenak sambil menajamkan pandangannya ke gue dan kakak kandung gue.

"So, mulai minggu depan daddy tidak akan berkerja untuk BMW Indonesia." hati gue rasanya remukkk. Ternyata benar apa yang gue duga, keluarga gue akan bangkrut dalam waktu dekat. Namun, gue masih harus menahan kesedihan gue sampai daddy selesai ngejelasin semuanya.

"Tapi, maaf, daddy harus ninggalin kalian untuk waktu yang cukup lama. Mungkin 3 sampai 4 tahun. Karena mulai 6 hari ke depan. Daddy akan dipindahkan menjadi Financial Manager BMW di Jerman. Sebenarnya daddy berusaha keras menolak demi kalian, tapi situasi sangat tidak mendukung. Sehingga daddy dan mommy akan pergi ke Jerman Selasa besok." sontak saja, tiba-tiba hati gue langsung mekar bak taman bunga sakura yang habis kena badai.

Kalau daddy dipindahkan ke Jerman, itu artinya keluarga gue gak jadi bangkrut, justru gue akan makin makmur. Selain itu, gue akan bebas tanpa daddy dan mommy selama 4 tahun. Namun, belum sempat kebahagian gue muncul dengan bebas. Tiba-tiba mommy gantian natap gua sama kak Rey.

"Dan, inilah berita buruknya. Kalian akan mommy pindahkan ke Surabaya, lebih tepatnya di rumah Bude Iriana. Begitu juga dengan sekolah dan semuanya, dan itu akan terjadi 2 hari lagi atau lusa."

"HahahahahahHahaha." gue sedikit ketawa sarkas mendengar kabar buruk mommy barusan yang terdengan sangat Fantasi.

"Mommy bercanda kann. Gak mungkin lah kita pindah ke sana sendirian. Hahahaha." gue masih terus berusaha untuk tertawa, namun segera gue hentikan begitu melihat tatapan membunuh dari daddy.

Surabaya, 11/24/2018-PTR

NEW STAGE OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang