STAGE 11

220 14 0
                                    

"Berhentilah untuk tersenyum tulus kepadaku, karena itu akan sangat mengganggu kesehatan jantung ku karena harus berdetak sangat kencang karena mu." – Jhose Zavier Pratama

-Jhose PoV-

Entah kenapa waktu masuk ke dalam rumahnya, Steave masih setia genggam tangan gue. Dan bikin hati gue sedikit merasa berdesir.

"Kamu mau minum apa Steave?" kini gue dan Steave sudah duduk manis di kursi ruang tamu yang juga mungkin bisa dikatakan sebagai ruang keluarga. Dan jangan lupa, baju Steave masih terlihat basah dan itu membuat badannya sedikit ter"ekspose".

"Gausah repot-repot deh Steave, aku udah baikan kok."

Tiba-tiba wanita yang cukup cantik keluar dari ruangan di ujung rumah, dan kemudian tersenyum melihat gue yang sedang duduk di kursi rumahnya.

"Ehh udah pulang dekk."

"Iyaa mbak, tadi ban motornya pecah, trus di kasih tumpangan sama Jhose."

"Ohh yaa, Jhose ini kakak aku." Steave terlihat memperkenalkan wanita tadi yang ternyata adalah kakaknya.

"Hallo kak, nama aku Jhose," gue mengulurkan tangan bertanda gue ingin berkenalan.

"Haii Jhose, nama ku Cindy, dan kamu bisa manggil kakak, kak Indy."

"Wahh, kayanya ini momem bersejarah ya bagi kakak."

"Baru kali ini lohh dalam hidupnya, Steave ngajak temannya ke rumah. Bahkan temen-temen basketnya aja gak pernah dateng ke sini." Terdengar sedikit kekehan kecil dari mulut kak Indy.

Dan gue sedikit kaget, eumm gak sedikit sih. Sangat kaget, kalau ternyata Steave anggota tim basket?

"Hahh Steave anggota tim basket?" gue jelas gak mungkin percaya kalau anak es satu ini masuk klub basket.

"Ehhh—emm, aku belum cerita yaa. Hehehe." Kini Steave terlihat bingung sambil cengar-cengir tanpa dosa.

"Emmm kakak bikin in teh dulu yaa, biar kalian gak kedinginan."

"Ehh Jhose, ayoo ke kamar aja yuk." Gue sedikit mengkerutkan kening setelah mendengar ajakan Steave yang sedikit ambigu. Atau mungkin otak gue yang udah gak bener.

Karena gue masih diem, akhirnya lagi-lagi Steave genggam dan narik tangan gue buat masuk ke kamarnya.

Kamar Steave terlihat sama dengan beberapa kamar laki-laki. Ya meskipun gak serapi kamar gue, tapi kamarnya wangi. Terlihat poster beberapa pemain basket, dan bola basket di bawah kasurnya.

Steave menaruh tas nya di meja belajar kecil di samping personal bed miliknya.

"Maaf ya Jhose berantakan." Sekarang dia terlihat sibuk merapikan kamarnya. Sementara, gue Cuma duduk sambil perhatikan sekitar.

"Ohh yaa, aku masih gak nyangka kamu ikut klub basket." Steave lalu noleh dan senyum ke gue.

Hmmm sepertinya gue sangat menyukai senyuman Steave yang terlihat sangat mempesona.

"Bukan keinginan ku sih, waktu lagi pengen main basket sendiri, gak sengaja ada kapten basket yang lihat permainan ku pulang sekolah. Akhirnya dia bilang ke Pembina, dan terpaksa aku harus ikut klub nya."

"Nihh pakai baju ku dulu.." dia menyerahkan baju lengan panjangnya ke gue karena emang baju gue sedikit basah.

Dan setelahnya, entah sejak kapan tiba-tiba gue lihat Steav telanjang dada tepat di hadapan gue. Badannya terlihat sangat proposional, perutnya sangat tidak datar, bahu nya terlihat cukup lebar. Ohhh god, kenapa gue jadi mengaggumi tubuhnya Steave. Gue langsung sadar sama apa yang barusan hinggap di pikiran gue.

NEW STAGE OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang