Bab 9

3.4K 833 91
                                        


Menatap lamat Yunho, Jaejoong mengernyit. Mata pria itu berkilat, membuat ia merasa tak yakin serta takjub. Yunho menatapnya dan ia nyaris memekik saat tangan pria itu menyentuh tangannya. Ia berusaha menjauhkan tapi Yunho menariknya.

"Sekali lagi, kita mulai dari permulaan, hmm?" ujarnya.

Mulut Jaejoong terbuka lebar. Dadanya berdebar semakin cepat, ada sesuatu yang tidak ia pahami dan dalam kepalanya berputar kalimat Yunho sebelumnya. Ia tidak yakin pada ucapan pria itu, namun mata musang Yunho yang menatapnya seolah menunjukkan bahwa pria itu serius.

Menggigit bibir bawahnya, Jaejoong bingung harus menjawab apa. Semestinya, ia memang harus menolak saja. Tetapi, kenapa ia jadi sangsi melakukan itu. Astaga, apa ia memang masih memiliki perasaan pada Yunho. Ia rasa tidak, tapi sedetik kemudian hatinya berkhianat dengan membenarkan itu.

Tidak, ia pasti tidak memiliki lagi rasa! Tapi sejak berpisah dengan Yunho pun ia tidak pernah berkencan lagi. Sial, itu memang fakta yang terjadi. Ia menolak pria yang menyukainya bahkan kakak pria dari anak asuhnya, Shim Changmin menyatakan cinta padanya, dan Jaejoong menolaknya. Itu alasan kenapa ia berhenti bekerja di sana, dan mencari kerjaan lain.

Lalu bertemu dengan Yunho lagi bukan agenda atau keinginan serta pengharapannya. Semua begitu saja terjadi, seolah memang takdir mereka seperti ini.

Jaejoong menggeleng, ia tidak bisa menjalin hubungan dengan Yunho lagi. Apa ia menerima Changmin saja, tapi ia sudah menolak. Atau, ia meminta bantuan pria itu? Astaga, itu bukan ide yang bagus. Yunho bisa membuat hidupnya porak poranda. Meminta bantuan pria lain atau menjalin hubungan dengan pria lain bukan ide yang bagus.

Pria di depannya bisa melakukan apa saja. Ia memang tidak yakin Yunho akan membunuh, tapi Yunho memiliki kekuasaan serta uang untuk membuat orang menjadi berantakan.

Jadi apa hasil dari kesimpulannya, ia tidak memiliki opsi? Sialnya memang begitu.

Jaejoong berdeham, ia tidak ingin Yunho menjadi mudah. "Aku tidak ingin mengulang semua diantara kita sebelum kau bisa membuktikan kau berubah!"

Ia rasa hal itu cukup bagus untuk membuat Yunho berubah. Andai pria itu serius, Yunho tidak akan mengecewakannya lagi. Sekali saja, ia ingin tahu apa pria itu serius atau ingin mempermainkannya kembali.

"Aku akan berubah. Bahkan tanpa kau minta pun aku akan berubah!" sahut Yunho mantap.

"Aku tidak percaya, kau—"

"Aku sudah dewasa, Kitten. Dan aku tahu hanya kau satu-satunya yang bisa menempati di sini," Yunho membawa tangan Jaejoong ke dadanya. "Aku tidak pernah jatuh cinta pada gadis mana lagi selain kau. Kau mungkin bukan yang pertama, tapi aku ingin kau menjadi yang terakhir untukku."

Normalnya andai ia tidak tahu bagaimana kelakuan Yunho, Jaejoong mungkin akan luluh seperti cokelat panas. Ia menghela napas dengan ucapan pria itu. "Jangan terlalu banyak bicara, buktikan saja dan buat aku terkesan."

Yunho tersenyum mendengar jawaban Jaejoong, mencium punggung tangan Jaejoong, Yunho merasa senang sekali. "Itu artinya kita—"

"Tidak! Sampai aku benar-benar yakin kau berubah!"

"Tetap saja aku menganggap kita sudah kembali ke titik awal. Sayang, bagaimana kalau kita berkencan?"

Mata Jaejoong terbelalak. Yunho memang benar-benar menyebalkan. Ia hanya memberi waktu pria itu untuk membuktikan sudah berubah, bukan mengiyakan berpacaran. Meringis, Jaejoong menarik tangannya. Wajahnya ditekuk dan ia melirik kesal Yunho.

"Antarkan aku ke rumah kontrakanku saja! Tidak ada kencan diantara kita!"

Yunho terkekeh, pria itu mengacak rambut Jaejoong. "Tetap saja kita akan berkencan," gumamnya sembari kembali menginjak pedal gas.

"Yunho aku bilang—"

"Kau tidak memakai mantel. Kau akan kedinginan! Diamlah, atau aku akan mencium bibirmu jika kembali protes!"

Kalimat pria itu entah kenapa terasa manis untuk, Jaejoong. Sungguh, ini pertama kalinya ia merasa ucapan Yunho mampu membuat ia tersenyum malu. Apa mungkin karena perhatian pria itu yang membuat ia mulai merasa hangat.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" -bow-.

Pusing kepala barbie, jangan ngarep upd lagi ya :v -plaak-.

Pusing kepala barbie, jangan ngarep upd lagi ya :v -plaak-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank for voted dan komentar.

.
.
.

The HeartbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang