Jaejoong tercengan ketika Yunho mengajak ke sebuah hotel. Ia menatap pria itu dengan tatapan tajam, apa Yunho akan melakukan sesuatu hal yang tidak-tidak dan hanya beralasan saja untuk menipunya. Berhenti melangkah, Jaejoong melepaskan pegangan tangan pada Yunho.
Matanya memicing dan Jaejoong langsung mengatakan apa yang ia pikirkan tadi, "Kau serius ingin menghadiri pertemuan dengan rekan bisnismu atau kau ingin menipuku dan—"
"Kita ke atas, ballroom bukan suite room!" sela pria itu seolah tahu apa yang Jaejoong pikirkan.
Menggigit bibirnya, Jaejoong tidak percaya. Tapi, ia tidak akan tahu jika tidak melihat. Memberanikan diri, Jaejoong mengangguk dan Yunho menarik tangannya untuk menggandeng lengan pria itu lagi.
"Awas saja jika kau bohong!"
Terkekeh, Yunho menggeleng dan memasuki pintu lift yang baru terbuka. Menekan angka dua, Yunho menoleh kepada Jaejoong. "Tapi mereka menyediakan suite room untukku, kau mau—"
"Kita turun! Aku mau..."
Belum sempat ia mengatakan penolakan, pintu sudah terbuka dengan cepat dan Yunho tertawa geli. Pria itu menarik tangannya, dan Jaejoong mendengus. Yunho tidak akan berbuat macam-macam. Ia yakin, dan andai pria itu melakukannya ia akan berteriak dengan keras.
Di depan pintu ballroom, dua orang wanita sudah menunggu, Yunho mendekat dan menyebut namanya dengan penuh percaya diri, "Jung Yunho!"
Salah satu wanita yang memegang kertas berisi list tamu mencari nama Yunho di sana. Lalu mengangguk dan wanita yang lain membukakan pintu. Saat pintu terbuka mulut Jaejoong terbuka. Matanya mengerjap dan memperhatikan kesekeliling ruangan.
"Kau bilang bertemu klien bisnismu, kau bohong ini sebuah pesta dan—"
"Pesta ini milik klienku, jika aku tidak datang maka aku tidak yakin dia mau menandatangani kontrak selanjutnya. Klienku yang satu ini sangat peduli dengan hubungan sosial, kita perlu mendalami karakter tiap klien, dan untuk menarik hatinya kita dituntut untuk mengikuti gaya mereka. Karena tanpa mereka perusahaan tidak mendapat untung banyak!"
Jaejoong menatap pria itu dengan lamat. Astaga, ia tidak menyangka kalimat itu berasal dari mulut Yunho. Pria itu sangat pandai berbisnis sekarang tidak seperti dahulu yang hanya tahu bersenang-senang mungkin.
Ia tersenyum dan mengeratkan gandengan tangannya pada lengan Yunho. Mengikuti pergerakan kaki pria itu menuju beberapa orang yang sedang berbincang dan sesekali tertawa dengan akrab.
"Ah Jung Yunho!" seru orang yang terlihat berusia lima puluh tahunan kala melihat Yunho.
Yunho tersenyum, dan mendekat dengan pasti, lalu menjabat tangan pria itu dengan sangat bersemangat. "Tuan Lee, apa aku terlambat ke pestamu?" ujar pria itu berbasa-basi.
"Hahaha, tidak! Aku senang kau datang, apa lagi bersama seorang wanita kali ini, bukan dengan Park Yoochun!"
Tertawa, Yunho menatap Jaejoong yang hanya diam, "Calon istriku, namanya Kim Jaejoong."
Jaejoong tersipu mendengar ucapan pria itu yang tidak tanggung-tanggung. Ingin ia protes tapi Jaejoong tentu tahu itu akan membuat Yunho malu. Jadi ia hanya mengumbar senyum pada pria itu.
Yunho berbincang sebentar, sebelum menjauh dari pria si pemilik pesta. Jaejoong menatap pria itu dan berhenti melangkah, membuat pria yang ia gandeng bingung.
"Kenapa berhenti di sini?"
"Kenapa mengenalkanku calon istrimu, lalu aku ingin tahu sebelum mengajakku ke sini siapa yang akan kau ajak?" pertanyaan ini cukup mengganggu Jaejoong dan dadanya berdebar menunggu jawaban Yunho.
"Tidak ada yang aku ajak. Yoochun sudah menikah, aku berencana datang sendiri tadinya. Kau memang calon istriku, aku tidak akan sebangga tadi jika mengatakan kau hanya pacarku!"
Nah, satu pertanyaan terjawab dan Jaejoong merasa lega, namun apa maksud pria itu berkata tidak bangga andai mengenalkan sebagai pacar. Ia menyipitkan mata, "Kau malu jika mengakuiku pacarmu?"
Yunho menjilat bibirnya, wanita memang rumit. Andai tidak cinta, Yunho akan meninggalkan Jaejoong. "Kenapa malu? Aku bilang kau calon istriku, itu jauh lebih terhormat dibanding pacar karena aku berniat untuk menikahimu bukan hanya memacarinya."
Terdiam, Jaejoong baru menyadari hal itu memang benar. Ia menatap lantai, dan tiba-tiba terkejut ketika pria itu bergerak dengan cepat bersamaan dengan erangan yang keluar dari mulut Yunho. Mendongak, Jaejoong menutup mulutnya melihat Yunho yang menabrak meja di dekat mereka. Jas bagian belakang Yunho juga basah, ia menatap ke arah samping Yunho dan terbelalak kala menyadari bahwa Changmin lah yang berdiri di sana dan tersenyum simpul.
.
.
.Eyd ga beraturan, typo dimana" -bow- no edit.
So sorry kalau gaya bahasa kacau ya. Ini deh salah satu alasan kenapa mau vacum, sepertinya daku kudu banyak belajar u,u . mau deh tulisanku gaya" hisrom gitu Johanna, Lisa, Jukia Julia quin, aduuh aku suka minder u,u .
Thank for voted dan komentar.
.
.
.
