Pada tumpukan jerami itu kau terduduk. Memandangiku yang sejak tadi termangu pada senja.
Lama detik berlalu, akhirnya kau pun bersua. "Apa yang kau amati dari langit sore yang berwarna jingga itu?". Tak ku hiraukan kata mu sedikit pun. Sekali lagi kau bersua dengan nada yang sedikit keras. "Apa yang kau suka dari langit jingga menuju malam itu?".
Kali ini aku menjawab dengan masih memandang sang senja. "Ia indah, ia hangat, ia mengajarkan sebuah kehilangan yang sesungguhnya, ia sabar menanti malam untuk kembali hadir. Tak mau mengusik, tak banyak meminta, hanya menanti sang pujaan hati tiba.", nampaknya kau masih tak mengerti, kau pun kembali bersua. "Apa maksudmu?".
"Cinta".
Kau lantas terdiam, kelu mengharu menatap senja yang makin elok.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kemilau Senja Dan Serpihan Sisa Waktu
Teen Fictionsebuah hati sangat bertentangan dengan logika. mencintai dan membenci pun meracau menjadi satu. merindu namun tak dirindu pun bukan lagi hal yang mencampakkan. menikmati detik kehilangan, menjadi rutinitas mengingat kenangan. untuk hati yang tak per...