LITD-4

26 5 0
                                    

Kamu itu cuma angan-angan, ga akan bisa dicapai. Mungkin bisa, tapi dalam khayalan.

-Dio Ravendra

🍃🍃🍃

Di meja kantin pojok sebelah kanan, Zahra melihat Dio seorang diri sedang melamun sambil mengaduk-aduk es jeruknya dan bakso yang masih utuh.

"Eh Nday,Mir. Kalian duluan aja ya. Gue mau kesana sebentar." Ucap Zahra yang melangkahkan kaki mendekat ke arah meja Dio.

"Mau kemana tu anak?" Tanya Mira.

"Lo liat aja tuh temen lo ke arah siapa?" Jawab Cindy memutar kedua bola matanya dengan malas.

Zahra yang semakin dekat dengan meja Dio, ia jadi memiliki edi eh-- ide, untuk mengerjai lelaki itu.

"WOI! MELAMUN AJA LO DI SINI. KESAMBET SETAN POJOK TAU RASA LO!" Teriak Zahra yang mengeluarkan suara toa nya.

"Astaga. Setan pojoknya dateng!" Ucap Dio sambil mengelus elus dadanya.

"Kurang ajar lo!"

"Ngapain lo di sini?" Tanya Dio

"Makanlah."

"Yaiya bener juga. Gasalah. Tapi nenek-nenek yang udah uzur juga tau kalo kantin tempat makan."

"Terus, salahnya gue di mana?" Tanya Zahra.

"Maksud gue. Lo ngapain duduk di sini? Kan meja yang lain masih kosong." Membuat Dio pusing sendiri dengan jawaban Zahra.

"Lo ngusir gue nih? Oke. Ga masalah, gue bisa balik ke meja temen-temen gue." Ucap Zahra sambil berdiri. Namun, langkahnya terhenti oleh cekalan tangan yang menahannya. Zahra menoleh untuk melihat siapa yang menahan dan Dio yang menahan tangannya.

"Duduk Ra." Perintah Dio yang menampilkan tatapan serius nya membuat siapa pun takut dengan tatapannya yang seolah olah ingin melahapnya.

"Tadi lo ngusir gue. Sekarang nyuruh gue duduk. Gajelas lo." Ucap Zahra yang sudah mendudukan diri di hadapan lelaki itu.

"Gue mau lo nemenin gue makan. Oh iya lo mau pesen apa? Pesen gih. Nanti gue yang bayar."

"Serius lo yang bayarkan?" Mata Zahra berbinar-binar mendengarnya.

"Iyaa sayang. Gue tau lo sukanya yang gratis-an kan." Goda Dio.

"Apaansih yo. Sok tau lo" Ucap Zahra.

"Apasih yang gue gatau tentang lo anak manja."

"Gue ga manja ya. Catet." Zahra memberi pelototan ke arah Dio.

"Mang, baksonya satu ya sama es jeruk nya satu. Nanti Dio yang bayar." Teriak Zahra kepada Mang Ujang yang memesan makanannya.

"Dasar mulut toa."

"Dasar pemaksa." Balas Zahra.

"Dasar manja."

"Dasar tukang modus." Sahut Zahra.

"Dasar cerewet."

"Dasar jelek."

"Gue mah ganteng." Sahut Dio.

"Dasar--" Ucap Zahra terpotong.

"Maap ini teh baksonya dan es jeruk nya. Mari di makan." Ucap Mang Ujang sembari meletakkan makanannya.

Dan ada untungnya juga Mang Ujang dateng disaat mereka sedang beradu mulut, karna dari situ. Mereka akhirnya selesai bertengkar.

"Eh--"

"Stop. Jangan ngomong. Gue mau makan." Peringat Zahra.

"Yayaya. TUAN PUTERI." Ucap Dio sembari menekan kan dua kata terakhirnya.

🍃🍃🍃

"Ra. Gue duluan ya, udah di jemput supir di depan. Bye!" Ucap Mira.

"Oke. Hati-hati Mir."

Mira hanya memberikan kedua jempol tangannya sebagai tanda balasannya.

"Gue duluan juga ya Ra, udah di jemput Raffi di parkiran. Lo gapapa gue tinggal sendirian."

"Iya gapapa Nday. Hati-hati ya. Salam buat Raffi, suruh jagain sahabat gue yang satu ini."

"Pasti Ra. Bye"

Bel sudah berbunyi 10 menit yang lalu, tetapi Zahra masih sibuk dengan catatan di papan tulis yang belum ia tuntaskan.

"Hai Ra." Ucap Dio yang sudah berada di bangku sebelah Zahra dan mengagetkan-nya.

"Hai yo."

"Pulang bareng gue yuk." Tawar Dio.

"Eh. Sorry, gue gak bisa. Gue ada latihan paskibra hari ini." Tolak Zahra secara halus.

Sebenarnya hari ini bukanlah jadwal latihan paskibra, jadwal yang sebenarnya yaitu hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Dan sekarang Hari Rabu. ia hanya sedikit risih jika pulang bersama lelaki itu.

"Oh gitu ya? Oke lah gapapa. Tapi besok gue jemput ya."

"Gak usah. Besok gue bareng bang Ray. Next time aja ya."

"It's okay. Gak masalah. Kalo gitu gue balik duluan ya. Dahhh"

Sorry yo. Kali ini gue bohong sama lo. Batin Zahra.

Light In The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang