Keputusan

13 6 4
                                    


🍒🍒🍒

"Aku bersedia menjadi pengganti mbak Rita, tapi tante jangan usik pantiasuhanku itu," putusnya dengan nada sedih, dan rasa sesak di dadanya.

"Baiklah, beritahu Dion jika kau bersedia menggantikan posisi Rita, dan jangan sampai Dion mengetahui jika aku menemuimu," ucapnya ketus sambil beranjak meninggalkan Silvi sendirian di meja cafe yang masih sepi itu.

Menundukkan kepala dan air mata mengalir lembut di pipinya.

"Ya Allah semoga keputusanku ini benar meski kelak akan menyakitiku," ucapnya lirih sambil menyeka air mata yang mengalir di pipinya dengan lembut.

🍒🍒🍒

Menatap adik-adik pantinya yang tengah asik menikmati hidangan sederhana malam itu, lihatlah wajah mereka begitu ceria dan tampa beban di fikiran mereka.

Di panti itu tidaklah banyak anak karena panti itu hanyalah sebuah rumah pribadi yang di jadikan panti oleh pemilik rumah itu sebut saja ummi Fatimah yang berbaik hati menampung ke lima belas anak-anak itu.

Mengaduk makanan di depannya tampa bernafsu hingga hal itu membuat perhatian ummi Fatimah mengarah padanya.

"Silvi kamu kenapa nak?" Tanyanya hawatir, wanita berkhimar hitam itu beranjak dari posisinya menghampiri Silvi yang murung.

"Silvi tidak apa-apa mi," jawabnya lesu.

"Jika ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman ceritalah pada ummi nak," ucapnya lembut sambil mengusap kepala Silvi.

Perkataan umminya itu benar, dia tidak boleh menyimpan masalahnya sendirian, memeluk tubuh wanita paruh baya itu dari samping menumpahkan segala kegundahannya.

"Sudah, sudah sekarang kamu makan nanti kalau kamu ingin bercerita temui ummi di kamar," ucapnya sambil mengelus kepala Silvi yang tertutup khimar abu-abu.

Gadis itu mangangguk mengiyakan saran dari umminya itu.

"Makanlah, lihat tu adik-adikmu jadi ikut berhenti makan karna melihatmu sedih." Ucapnya lembut.

Melihat ke adik-adiknya yang duduk di meja makan itu, dan benar saja kelima belas anak itu berhenti makan dan memperhatikan Silvi.

"Kakak nangis?" Tanya anak paling kecil di antara yang lain.

"Tidak sayang kakak cuma kelilipan, Chaca makan lagi ya," dustanya dengan senyum di bibirnya.

Gadis mungil itu mengangguk dan kembali melahap makanannya.

...

Mengetuk pintu di hadapannya, kemudian masuk saat mendengar intrupsi dari dalam.

Melangkah menuju ranjang di mana wanita separuh baya sedang duduk sambil melipat mukenah yang baru saja dia pakai untuk sholat.

Menatap gadis cantik yang baru saja masuk, menepuk tempat di sampingnya memberi isyarat untuk dia duduk di sampingnya.

"Apa yang ingin kamu bicarakan nak?" Tanyan lembut sambil menggenggam tangan Silvi.

"Ummi minggu ini Silvi akan menikah dengan kak Dion," ucapnya dengan cairan bening turun dari matanya.

"Menikah?" Tanyanya kaget, ya dia begitu kaget karna dia tau kalau Dion akan menikah dengan kekasihnya, lalu kenapa sekarang Silvi bilang jika dia akan menikah dengan Dion?.

"Iya ummi Silvi akan menikah dengan kak Dion karena akan menggantikan posisi Mbak Rita yang hilang tampa jejak," tuturnya dengan wajah tertunduk.

Seandainya saja jika Dion melamarnya bukan karena hilangnya Rita atau terpaksa demi nama baik maka dia akan senang hati menirimanya.

Please Open Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang