Menggenggam Duri 2

18 3 4
                                    

Salahkah aku jika aku bermimpi memegang tanganmu?
Salahkah aku jika aku bermimpi mendampingimu?
Salahkah cintaku ini yang seakan membuatku kebal akan rasa sakit atas perlakuanmu?

🍒🍒🍒

Biarkan sebentar saja, aku begitu lelah mencari keberadaan Rita." Semangkin menenggelamkan kepalanya pada perut Silvia,

"Bisakah untuk kali ini aku menganggapmu Rita." Pintanya lirih dengan tangan tetap melingkar di pinggang Silvia.

Dan tampa dia sadari jika dia telah membuat gadis itu terluka.

Diam mematung membiarkan Dion memeluknya, entah mengapa dia tidak bisa menolaknya meski dia begitu sakit.

Air matanya mengalir namun sebisa mungkin dia tidak mengeluarkan isakan sedikitpun.

Tangannya kembali bergerak mengeringkan rambut Dion dengan lembut seolah Silvia ingin memberikan ketenangan pada Dion meski dirinya tersakiti,

Lilitan tangan Dion pada pinggang rampingnya mulai melonggar sepertinya pemuda itu telah tertidur.

Dengan pelan Silvia membaringkan tubuh Dion diatas ranjang, tak lupa dia menyelimuti tubuh Dion.

Mengambil bantal dari ranjang dan duduk di sofa yang berada tepat di pojok kamar hotel menghadap sisi kiri ranjang, tak lama terdengar ketukan pintu, dengan cepat Silvia membuka pintu berwarna putih gading itu.

Dan tampak seorang pelayan yang membawa troli beralas putih dengan berbagai macam makanan di atasnya dan juga sekuntum mawar lengkap dengan lilin di tengahnya, Silvia tersenyum lalu mengambil alih troli yang di bawa oleh sang pelayan.

Mendorong troli memasuki kamar dan meletakkannya di samping sofa tampa berniat menyentuhnya.

Menghampiri Dion yang tertidur pulas di atas ranjang, sepertinya pemuda itu begitu kelelahan.

Perlahan tangannya terulur untuk membangunkannya namun hal itu urung Silvia lakukan saat Dion mengigau menyebut nam Rita berulang kali.

"Kau begitu mencintainya ya kak, bahkan dalam keadaan tidurpun kau menyebut namanya, beruntung sekali mbak Rita bisa di cintai oleh mu kak." Mundur perlahan dengan menahan rasa sakit di dadanya yang seakan menghujam secara bertubi-tubi.

"Apakah tidak ada ruang di hatimu untukku kak?" Tanyanya yang tidak akan terdengar oleh Dion pandangannya mengabur karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

Sakit tentu saja dia rasakan dia adalah istrinya tapi Dion malah memimpikan gadis lain bukan dirinya, tidak berartikah dirinya di hati Dion?

Menggelengkan kepalanya, menepis fikirannya jauh-jauh, seharusnya dia sadar jika dia hanyalah pengganti sementara tidak selayaknya dia merasa sakit, jangankan mengharap untuk di cintai bahkan dia tidak berhak merasakan sakit atas kenyataan jika Dion tidak menginginkannya, ya dia harus sadar diri.

Membaringkan tubuhnya berharap tidur dapat membuat hatinya lebih baik dan tenang.

🌺🌺🌺

Bangun dari tidur karena dering handphonenya, mencari keberadaan handphonnya namun pencariannya di hentikan saat melihat seseorang yang tidur di sofa dengan kedua tangannya memeluk tubuhnya karena kedinginan.

Melirik troli makanan yang penuh dengan berbagai hidangan, kemudian melirik jam yang ada di atas nakas, jam tiga dini hari, perlahan Dion melangkah mendekati Silvia yang tidur di atas sofa.

"Kenapa kamu malah tidur di sini?"  Bisiknya sambil mengusap pipi gembul Silvia.

Dan usapannya itu hanya mendapat respon sebuah lenguhan halus membuat Dion tersenyum karena gemas.

Please Open Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang