TIGA

1K 61 0
                                    

  I'm out of touch, I'm out of luck
I'll pick you up when you're getting down
And out of all these things I've done
I think I love you better now

~Ed Sheeran ‘Lego House’~
.

Iqbaal baru saja menyelesaikan rancangan pembangunan cabang baru kantornya.
   Ia baru saja keluar dari ruang rapat dan (namakamu) berjalan tak jauh di belakangnya.

Gadis itu berjalan menunduk dan sedikit menggigit bibir bawahnya.
Iqbaal merasa nafasnya terhenti tepat ketika kepala gadis itu menabrak dadanya dan ia mendongak.
Bibir yang tergigit, lagi.

“M-maaf, Baal.” Ucap (namakamu) dan sedetik kemudian berhenti menggigit bibirnya.

Iqbaal kembali bernafas, “Y-ya.”

Dan mereka pun kembali ke ruangan paling atas.

Iqbaal duduk di sofa berbentuk L, sementara (namakamu) duduk di kursinya.

Mata elang pria itu tak berhenti memperhatikannya, membuat (namakamu) merasa tak nyaman.

Ia pun berpura-pura fokus pada layar komputernya, tapi ia tidak bisa.

Lagipula siapa yang bisa fokus jika dirinya diperhatikan terus dan di ruangan itu hanya ada mereka berdua?

“(namakamu)?” Iqbaal memecah keheningan yang melanda.

“kalau kamu tidak keberatan, saya ingin mengajak kamu,” pria itu menggaruk tengkuknya sejenak.

“m-makan malam.”
(namakamu) membulatkan mata, tapi menyembunyikannya dari penglihatan Iqbaal.

“T-tidak perlu repot—“

“Anggap saja sebagai ucapan terima kasih saya.”

“Saya—"

“Mungkin, kalau kamu ga mengobati tangan saya kemarin, saya sudah mati, (namakamu).”

“Uh, oh, t-tapi saya melakukannya dengan ikhl—“

“Saya janji tidak akan lama, (namakamu). Hanya makan malam.” Suara Iqbaal terdengar semakin meyakinkan.

Saat ini, dalam hatinya (namakamu) sedang menggerutu.
Sekarang ia tahu sisi kedua Iqbaal, ternyata pria itu adalah tipe pria yang suka memotong pembicaraan.

Bagus, Iqbaal adalah pria yang terluka di dalam dan suka memotong pembicaraan.

(namakamu) tidak pernah menebak sebelumnya, ia pikir Iqbaal adalah orang yang hemat bicara karena ia dingin.

Tapi nyatanya, ia hemat bicara karena ia suka memotong perkataan orang lain.

Sekalipun (namakamu) berusaha menolak ajakan Iqbaal, tetap saja pria itu akan memotong penolakannya.

“Jadi...” Iqbaal langsung menatap mata (namakamu) dari jarak yang cukup jauh.

“bagaimana? Kamu bersedia?”
(namakamu) mengangguk meski ragu.

Di satu sisi, ia tidak bisa menolaknya karena takut Iqbaal marah.

Bagaimana kalau sisi lain Iqbaal yang lain adalah dia pemarah? Dan disisi lain ia tidak bisa menolak Iqbaal karena (namakamu) tahu bahwa pria itu... terluka. Ia sendirian dan tidak dipedulikan.

“Kamu mau saya jemput atau bagaimana?” tanya Iqbaal antusias.

“S-saya bisa datang sendiri, Baal. Kamu tidak perlu repot—“

“Karena saya pakai mobil, jadi lebih baik saya jemput kamu. Bagaimana?”
Lagi-lagi (namakamu) menggerutu dalam hati. Iqbaal selalu memotong ucapannya dan mengambil kesimpulan sendiri.

60 Shades Of IqbaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang