Tujuh

1K 57 0
                                        

I made a mixtape straight out of '94
I've got your ripped skinny jeans lying on the floor
And I know now
That I'm so down
~5 Seconds Of Summer 'SLSP'~

(namakamu) dan Aldi mendapat undangan pesta ke rumah Salsha. Tipikal Salsha, gadis populer yang selalu mengadakan pesta di rumahnya tiap akhir bulan.
Salsha bilang pesta itu hanya untuk melepaskan kejenuhannya, dengan menyediakan musik disko, minuman berwarna-warni-bukan alkohol-dan games yang kadang menarik.
Pukul 7 tepat, (namakamu) dan Aldi sudah masuk ke dalam rumah Salsha. Ramai, tentu saja, berisi sekitar 15 hingga 20 mahasiswa dari universitas yang sama. Ketika (namakamu) masuk mengenakan dress violetnya yang mengkilap, beberapa pandangan nakal langsung terarahkan.
Dan dengan sigap Aldi menggenggam tangan gadis itu, seolah mengatakan bahwa gadis itu sudah menjadi miliknya.
"Hei, guys!" Panggil Salsha dari tengah-tengah ruangan, ia berdiri diantara sekumpulan gadis yang sedang meminum dan tertawa-tawa. "sini!"
(namakamu) tersenyum dan segera menghampirinya, "Hai!"
Pandangan gadis yang mengerumuni Salsha pun beralih kepada (namakamu). Mulut mereka membuka tak percaya, melihat teman satu angkatannya kini telah terlihat lebih dewasa. Dan yang pasti, derajat gadis itu sudah jauh lebih terpandang karena ia bekerja di Black Shades Company. Apalagi sebagai sekretaris pribadi Mr. Blackford.
"ASTAGA (NAMAKAMU)!" Pekik salah satu gadis yang (namakamu) tahu bernama Inarah.
"INI SERIUSAN LO? CIEEEEE BAGIAN DARI BSC CIEEEEEE..."
"(NAMAKAMU)?" Cassie memeluk (namakamu) dengan segera, ia termasuk teman yang sejurusan dengan gadis itu dulu.
"GUE KANGENNNNN! HEBAT LO SEKARANG UDAH KERJA, PADAHAL WISUDA AJA BELOM!"
"I-iya..." jawab (namakamu) gugup.
"Eh, cerita dong sama kita-kita, Mr. Blackford itu kayak gimana? Duh, gue ga kuat kalo tiap hari jadi lo... ketemu dia mulu. Pasti dia ganteng banget kan? Ahhhhhh," Inarah memandang (namakamu) dengan mata yang membesar, ia benar-benar mabuk cinta dengan sosok Mr. Blackford meski ia belum pernah menemuinya.
"Iya, (namakamu), ceritain tentang Mr. Blackford dong!"
Gadis-gadis yang lain pun ikut mengerumuni mereka, lebih tepatnya (namakamu). Mereka menanyakan tentang sosok misterius Mr. Blackford, tapi (namakamu) sama sekali tidak menyinggung nama lengkap pria itu.
Ia merasa tidak suka jika ada orang lain yang tahu bahwa nama asli Mr. Blackford adalah Iqbaal Blackford, karena (namakamu) merasa hanya dia yang boleh memanggil Mr. Blackford dengan nama 'Iqbaal'. Gadis itu tidak tahu kenapa, hanya saja ia merasa... sebagian dari diri Iqbaal adalah miliknya.
"ASTAGAAAAA LO PUNYA FOTONYA GA, (NAMAKAMU)? GUE PENASARAAAAAAANNNNNN, KALO DI TV PASTI DIA SELALU KELIATAN DINGIN DAN ANGKUH GITU!" Inarah berucap lagi.
(namakamu) meringis, "Gue ga punya, Na."
"Yaelah lo-"
"Tapi percaya sama gue, dia itu sebenernya baik, ga dingin kok, pokoknya dia cukup perhatian-"
Cassie menyela, "DAN GANTENG BANGET BANGET KAN? DIA PASTI HOT! DIA JUGA SEXY!" dan (namakamu) hanya mengangguk tanpa alasan yang jelas. Mungkin karena ia berpikiran hal yang sama dengan Cassie. Iqbaal hot dan sexy.
Aldi mendengus, begitu pula dengan Salsha. Aldi bosan mendengar tentang BSC, apalagi ketika (namakamu) mengatakan bahwa pimpinan perusahaan itu sebenarnya baik, tampan, dan blablablabla.
Sedangkan Salsha merasa seharusnya dirinyalah yang dikerubuti, bukan (namakamu) yang notabenenya hanyalah tamunya. Mereka berdua pun meninggalkan kerumunan itu.
Tapi sebelumnya, Salsha sempat berbisik di telinga (namakamu), "Gue punya kejutan buat lo. Hmmm, gue harap lo nikmatin semuanya ya, (namakamu)."
***
Setengah jam berlalu, Salsha mengusulkan untuk bermain games. Truth or Dare menjadi game yang terpilih dan cukup banyak yang mau bergabung, sekitar dua belas orang.
(namakamu) duduk di sebelah Aldi, sementara Salsha duduk di hadapan Aldi. Mereka membentuk lingkaran yang diisi oleh Inarah juga Cassie.
Kali ini giliran Inarah yang memutar botol kosong di tengah-tengah mereka, ia sempat tersenyum licik. Entah benar atau tidak, tapi (namakamu) merasa jika Inarah melempar senyum itu pada Salsha. Ia juga merasa jika pria yang berada di sebelahnya-Aldi-terlihat tegang saat botol itu berputar dan akhirnya berhenti di... hadapan Salsha.
"Jadi Salsha," Inarah mengangkat sebelah alis pada Salsha. "Truth or dare?"
Salsha menatap (namakamu) ragu. Tapi anehnya tatapan itu tidak benar-benar mengarah padanya, justru lebih terlihat mengarah ke Aldi. Saat (namakamu) menoleh, terlihat Aldi sedang mengatakan 'Dare' dalam suara yang amat kecil. Ya, tentu saja tatapan pria itu mengarah pada Salsha, tepat di titik matanya.
"Dare." Jawab Salsha pada akhirnya.
"Cium Aldi, itu dare dari gue."
"A-APA?" (namakamu) dan Salsha memekik bersamaan, membuat seluruh perhatian terarah kepada mereka. "tapi kan Aldi itu pacar (namakamu), Na." Ucap Salsha.
"Gue ga peduli. Kalo lo ga berani ngelakuin itu, siap-siap aja besok lo gue kerjain abis-abisan di kampus."
"T-tapi..." Salsha menatap penuh harapan ke arah (namakamu). Gadis itu terlihat hampir tidak mengizinkan Salsha, karena wajahnya yang kelihatan marah. Tapi akhirnya (namakamu) menghela nafas dan mengangguk. "(namakamu), lo serius g-gapapa k-kalo gue cium-"
"Itu dare, jadi... gue gapapa." Jawab (namakamu) berusaha menahan dadanya yang hampir meluap marah.
Anehnya, Aldi tidak terlihat kecewa atau kesal dengan ucapan dari (namakamu). Wajah pria itu juga tidak menunjukkan penolakkan sedikit pun, bahkan seperti ada senyum tersembunyi disana. Perlahan-lahan Salsha pun berdiri dan berpindah duduk menjadi di depan Aldi.
Oh tidak, (namakamu) mulai meremas ujung pakaiannya sendiri karena ia kesal. Sebentar lagi ia akan menyaksikan tunangannya dicium oleh sahabatnya sendiri dan itu bukanlah hal yang pernah dibayangkan (namakamu) sebelumnya.
Kenapa Aldi tidak berusaha menolak dengan menyudahi permainan ini? Kenapa Aldi sama sekali tidak menatap bingung (namakamu) saat gadis itu menyetujui Salsha menyium Aldi?
Kenapa juga Inarah harus menyuruh Salsha menyium Aldi, apa maksud gadis itu hanya ingin membuat (namakamu) patah hati?
Wajah Salsha dan Aldi hanya berjarak 3 cm sekarang. (namakamu) bisa melihat bahwa mata Salsha mulai terpejam. (namakamu) mendengar pekikan terkejut dari sudut ruangan lain, tapi ia tidak berniat mengalihkan perhatian dari aksi Aldi dan Salsha.
(namakamu) ingin memastikan bahwa Aldi tidak akan membalas ciuman Salsha, kalau sampai pria itu membalasnya, berarti ada sesuatu yang tidak beres diantara keduanya.
(namakamu) mulai geram, ia tidak bisa diam begitu saja meski ini hanyalah permainan. (namakamu) menyesal telah menyetujuinya, karena bisa saja bukan Aldi jatuh cinta pada Salsha akibat ciuman ini?
Apa jangan-jangan semua ini sudah direncanakan oleh Salsha yang notabenenya adalah sahabat (namakamu) sendiri? Tadi Salsha bilang ia punya kejutan untuk gadis itu, bukan?
"Sha, kayaknya kita udah-" (namakamu) hendak menyudahi permainan ini, tapi terlambat karena bibir Salsha telah menabrak lembut bibir milik Alvaro Maldini.
"OOOOOOOOOOOOUUUUUUHHHHH" Semua yang bermain ToD itu terlihat tercengang habis-habisan.
GREP
Tiba-tiba (namakamu) merasakan seseorang menarik lengan kanannya. Ketika gadis itu menoleh, ia melihat si pria bermata elang lengkap dengan jas hitam dan bunga mawar tengah menatap tajam ke arahnya. Pria itu setengah menariknya, tepat ketika air mata (namakamu) jatuh.
Gadis itu melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Aldi membalas ciuman Salsha. Bahkan bukan hanya dibalas, pria itu juga ikut memejamkan mata dan membiarkan tangan Salsha melingkar di lehernya.
"Tunangan macem apa kayak gitu!" Teriak Iqbaal membuat (namakamu) sadar bahwa ia sudah berada di halaman belakang rumah Salsha. Ya, pria itulah yang menariknya kesana.
"jangan nangis buat cowok kayak dia, (namakamu)."
(namakamu) melepas genggaman tangan Iqbaal dan menyeka air matanya. Ia shock, tidak menyangka jika Aldi menyelingkuhinya di depan matanya.
Mereka berciuman pasti bukan hanya untuk sekedar dare, karena wajah mereka sama-sama terlihat menikmati. (namakamu) pun menjatuhkan dirinya ke rerumputan dan kembali menangis.
Aldi adalah tunangannya dan ia marah ketika (namakamu) bersama Iqbaal. Tapi kenapa tadi Aldi malah membalas ciuman Salsha, lupakah ia akan keberadaan (namakamu)? Akan status mereka berdua? Kenapa Aldi seolah seperti membalas (namakamu)?
Mungkin Aldi tidak tahu jika (namakamu) pernah membalas ciuman Iqbaal, tapi setidaknya bisakah Aldi tidak berciuman dengan Salsha-sahabatnya sendiri-di depan kedua matanya?
"Udah, (namakamu)," Iqbaal ikut menjatuhkan diri dan mengelus pundak gadis itu. "dari awal aku emang udah mikir kalo Aldi bukan cowok yang baik."
(namakamu) menoleh dengan mata sembabnya, "Kenapa kamu disini, Baal?" tanyanya.
"A-aku diundang Salsha."
"Gimana bisa kamu kenal Salsha?"
"Well, aku kenal dia pas kamu nonton konser band Eighteen. Aku juga gatau kenapa dia ngundang aku kesini, tapi dia bilang disini ada kamu."
Iqbaal menghela nafas, "walau baru kemaren aku pulang dari rumah sakit, entah kenapa aku langsung semangat untuk dateng kesini karena ada kamu."
"Aku? Kenapa karena ada aku, Baal?"
Iqbaal menggeleng dan mengalihkan pandangan ke langit yang tak berbintang. (namakamu) menatapnya dengan kerutan, meski ia tahu jika sebenarnya pria itu menyukainya, benar-benar menyukainya.
Tapi (namakamu) tidak mau itu berkelanjutan, ia tidak mau Iqbaal menjadi perusak hubungannya dengan Aldi. Eh, bukannya hubungan Aldi dan (namakamu) sudah rusak sejak ciuman tadi?
"Jangan tanya aku."
"Terus aku harus tanya siapa?" (namakamu) memutar mata.
"Tanya hati aku. Aku gatau kenapa... pengen selalu berada dimana kamu berada."
Iqbaal terkekeh pelan akibat ucapan bodohnya. Ia sudah berumur 28 tahun, tapi ucapannya itu terdengar seperti ucapan remaja yang baru bisa menggombal.
Akibat ucapan yang entah benar atau tidaknya itu, (namakamu) tahu sisi kesebelas Iqbaal. Pria itu ingin selalu berada dimana (namakamu) berada. Entah kenapa mood (namakamu) berubah sedikiti membaik, ia pun menyunggingkan sedikit senyum untuk Iqbaal.
Sayangnya, ia kembali teringat akan Salsha, kenapa gadis itu harus mengundang Iqbaal kesini? Dan bisa dipastikan bahwa pekikan terkejut yang tadi (namakamu) dengar adalah karena seorang Mr. Blackford datang ke rumah Salsha.
Secara refleks, (namakamu) menoleh ke sekelilingnya. Benar saja! Di sekitar pintu belakang rumah Salsha, banyak gadis yang sedang menontonnya duduk bersama Iqbaal.
Tak lama Iqbaal pun ikut mengalihkan pandangan ke arah yang sama, pipinya pun bersemu. Ia merasa seperti pria muda yang sedang ketahuan berduaan dengan gadis yang disukainya.
Dilihatnya (namakamu) segera berdiri dan wajahnya berubah sedih lagi. Gadis itu berlari masuk tanpa memedulikan tatapan bertanya-tanya dari teman yang lainnya. Iqbaal membersihkan jas belakangnya dan menarik nafas, ini akan panjang karena ia akan melewati berbelas gadis yang tengah menatap kagum kepadanya.
Iqbaal melempar senyum tipis, tapi para gadis yang melihatnya itu justru langsung membulatkan mata dan berteriak kegirangan.
"MR. BLACKFOOOOOOOOOOOOOOOOOOOORDDDDD! GILA, MR. BLACKFORD DISINI!"
"MR. BLACKFORD, KENAPA DIRIMU TAMPAN SEKALIIIII?"
"OH, MISTER, TUNGGU 3 ATAU 4 TAHUN LAGI YA, ABIS ITU KITA NIKAH!"
"MR. BLACK, BOLEH MINTA FOTO BARENG??? NANTI AKU TAG AKUN KAMU DI INSTAGRAMKU!"
***
WARNING : Please STOP here if you underage!!!
***
"(namakamu)... aku anter ke rumah kamu, okay?"
"Noooooooo!" (namakamu) menatap Iqbaal sinis. "kita bisa seneng-seneng dulu, sayang,"
Iqbaal meringis geli saat (namakamu) yang mabuk memanggilnya dengan sebutan 'sayang'. Ia bahagia sebenarnya, sayangnya ia sadar jika (namakamu) hanya sedang mabuk.
Ya, gadis itu mabuk karena ia meminum alkohol yang berada di pesta Salsha, entah kenapa bisa ada berbotol-botol alkohol disana. Iqbaal ikut meminumnya, secara diam-diam hingga empat gelas, tapi ia tidak semabuk (namakamu).
Gadis itu menghabiskan hampir lima botol. Kenapa bisa sebanyak itu? Jawabannya adalah karena ketika gadis itu bertanya pada Inarah dimana Salsha dan Aldi, Inarah menjawabnya dengan santai, "Di kamar Salsha, lagi make out."
Otomatis (namakamu) memeriksa kamar sahabatnya itu, dan pintunya terkunci. Meski begitu, gadis itu mendengar suara desahan dan tawa yang tak asing dari dalamnya. Itu benar-benar suara Salsha dan Aldi.
"Baal, kamu mabok juga kan? Ayo kita make out kayak Salsha-Aldi..." (namakamu) menggelayuti lengan Iqbaal yang sedang menyetir. "karena kita mabok, jadi besok kita ga bakal inget apa-apa. Hahahahaha,"
"T-tapi (namakamu), kamu udah punya tunangan meskipun dia selingkuh-"
(namakamu) membulatkan matanya dengan marah, mendengar kata 'Selingkuh' yang begitu menyakitkan hatinya. "Kalo Aldi bisa selingkuh, kenapa aku engga?"
Iqbaal terdiam, melirik (namakamu) yang sekarang menatap keluar jendela mobil. Gadis itu pasti terluka sampai ia melarikan perasaannya dengan meminum minuman beralkohol.
Mungkin alasan Salsha mengundang Iqbaal ke rumahnya adalah karena gadis itu memang sudah merencanakan untuk melukai hati (namakamu). Tapi yang Iqbaal tidak habis pikir adalah kenapa Aldi yang sudah memiliki (namakamu), justru menyia-nyiakan gadis itu begitu saja?
Iqbaal mulai merasakan kantuk dan kepalanya yang berputar, sedangkan rumahnya masih cukup jauh begitu juga dengan rumah (namakamu). Kebetulan Iqbaal melihat sebuah palang motel murah untuk satu malam.
Melihat (namakamu) yang juga mulai mengantuk, akhirnya Iqbaal menepi ke palang motel itu. Terlihat sebuah bangunan bertingkat dua dengan jendela hitam yang besar-besar. Palang itu bertuliskan 'Motel of midnight' dengan lampu merah biru yang berkedip-kedip.
Saat Iqbaal membuka pintu mobil, (namakamu) pun menatap ke arahnya, "Mau kemana, sayang?"
"M-mau... pesen kamar untuk kita."
"Hahahahaha gitu dong, jadi aku bisa bales apa yang udah Aldi lakuin ke aku."
"Ya, kamu bisa bales dia." Iqbaal meringis kaku, "tunggu disini ya,"
(namakamu) tersenyum lebar dan mengangguk. Ia mulai membayangkan wajah Aldi yang akan sama terluka dengannya nanti. Gadis itu membayangkan terlalu jauh sampai ia ketiduran. Iqbaal yang kembali dengan kunci kamar ditangannya pun menghela nafas, sudah dipastikan jika ia harus menggendong tubuh gadis itu.
Beberapa menit kemudian Iqbaal sudah menidurkan (namakamu) di kasur motel, sedangkan pria itu memilih untuk tidur di sofanya. Iqbaal melihat wajah (namakamu) yang tidak tenang seperti biasanya.
Ketika pria itu baru mematikan lampu dan hendak mengucapkan selamat malam, gadis itu tiba-tiba terbangun dan menatap Iqbaal dengan tatapan menyulitkan.
"Aku harus bales apa yang udah Aldi lakuin ke aku." Lirihnya pada diri sendiri. "sayang, kenapa kamu ga ikut tidur disini?" tanya (namakamu) sembari menepuk kasurnya yang bersisa luas.
"Aku g-gabisa."
"Kenapa? Kamu ga cinta sama aku, huh? Disini cuma ada kita berdua, kamu ga perlu takut."
"(namakamu)," Iqbaal pun berjalan ke arah gadis itu. "kamu itu mabok banget, jadi lebih baik kamu istirahat aja, ya. Besok kita harus kerja, okay?"
"Terus gimana sama perasaan aku? Aku sakit hati gara-gara cowok brengsek itu, sayang, kenapa kamu ga mau buat aku seneng malem ini?"
(namakamu) pun menarik pergelangan tangan Iqbaal, "Please, Baal? Malem ini aja?"
"Ga-"
Belum sempat Iqbaal melanjutkan ucapannya, (namakamu) sudah menariknya dengan cepat. Pria itu pun jatuh diatas tubuh (namakamu) dengan kedua tangan yang menahan berat tubuhnya di kasur.
(namakamu) yang mabuk ternyata jauh lebih agresif, ia mencium Iqbaal dengan segera dan tentu saja pria itu membalasnya.
Entah setan macam apa yang merasuki Iqbaal, ia membalas ciuman itu dan beberapa detik kemudian ikut naik ke kasur. Ia menatap mata (namakamu) yang kosong sembari terus menciumnya.
Iqbaal mungkin akan mengingat malam ini, tapi tidak dengan (namakamu) karena gadis itu mabuk. Dan Iqbaal berniat untuk membuat sebuah luka di leher (namakamu), sebagai bukti bahwa mereka... pernah melakukan hubungan 'ini'.
Hubungan terlarang, karena (namakamu) adalah tunangan Aldi dan Iqbaal bukanlah orang yang dicintai gadis itu.
"I love you, (namakamu)." Dan ia menggit pelan kulit leher (namakamu), meninggalkan jejak kemerahan yang besok akan berubah menjadi kebiruan.
(namakamu) tersenyum saat Iqbaal melakukan itu, "Luka itu bakal jadi bukti kalo aku ini milik kamu, Iqbaal sayang."
Mereka melanjutkan apa yang seharusnya tidak mereka lakukan. Hingga akhirnya (namakamu) tahu sisi kedua belas yang dimiliki seorang Iqbaal Blackford. Yaitu, pria itu adalah pencium yang dahsyat, yang mampu membuat seluruh saraf tubuh (namakamu) melumpuh karena sentuhan bibirnya.
Perlu diketahui bahwa (namakamu) sepenuhnya sadar. Ia tersenyum, mengingat bahwa botol yang diminumnya di rumah Salsha itu sebenarnya hanyalah air putih, tidak dengan yang diminum Iqbaal. Kalau yang itu benar-benar alkohol.
"You were mine for tonight, (namakamu)."
"Dan malem ini bakal jadi malem terindah yang pernah ada dihidup aku, Baal."
"Aku cinta kamu, kamu cinta aku juga, bukan?"
"Aku pasti bakal cinta kamu, Iqbaal sayang, tapi tunggu aku nyelesaiin semuanya sama Aldi." Suara (namakamu) tidak terdengar seperti orang mabuk lagi, tapi Iqbaal tidak peduli.
"Aku juga bakal nunggu kamu sampai kamu bener-bener jadi milik aku."
Tak lama kemudian Iqbaal berdiri diatas kasur, melepaskan jasnya dan membuka kancing kemejanya. Memperlihatkan dada yang cukup kurus dengan warna kebiruan akibat pukulan yang diterimanya beberapa hari lalu.
(namakamu) tersenyum dan menyuruh Iqbaal kembali tidur disampingnya dengan kemeja yang sekarang terlepas dari tubuhnya.
"Suka dengan apa yang kamu lihat?" tanya Iqbaal dengan suara formal. "aku tau kamu ga mabuk, (namakamu) sayang." Iqbaal tersenyum miring.
(namakamu) mengangguk dan mencium dada Iqbaal dengan lembut. Ia berharap semoga luka disana bisa cepat pulih, sekalipun tidak ada hubungannya dengan ciuman yang diberikannya.
"You look so perfect, Mr. Blackford. And that's why i want you so so so so bad."
Untuk kejadian selanjutnya, hanya Iqbaal, (namakamu), dan Tuhan-lah yang tahu. (namakamu) merasa hatinya sudah kembali pulih, bahkan ia merasakan hatinya sudah terbang terlalu jauh ke dalam diri Iqbaal.
Sekarang sudah pukul tiga dini hari dan keduanya masih terbangun dengan nafas yang belum teratur. Kalian tahu apa yang telah terjadi.
"Kamu tau, Baal?"
"Tau."
"Emangnya kamu tau aku mau bilang apa?"
"Kamu pasti mau bilang kalo kamu lebih suka aku yang sekarang, kan?" Iqbaal merasakan kepala (namakamu) yang berada dilengannya mengangguk.
"Dengan kata lain," (namakamu) mendongak menatap pria yang sedang memberikan senyuman manis padanya itu. "aku lebih suka kamu yang polos dibalik selimut ini, Baal."
"Oh ya?"
"Ya. Dan aku jadi tau sisi ketiga belas yang kamu punya."
"Ketiga belas? Apa emangnya?"
(namakamu) tersenyum miring dan menghembuskan nafas ke depan wajah Iqbaal, "Kamu itu sempurna entah dalam balutan jas kamu atau tanpa jas itu sekalipun."
***
(namakamu) memilih untuk tidak berangkat ke kantor setelah apa yang terjadi dengannya dan Iqbaal dari malam hingga pagi tadi. Kini gadis itu tengah menatap cincin berlian biru di jarinya, ia geram dan segera melepasnya.
Tapi saat ia hendak membuangnya keluar kamar, ia melihat Aldi tengah berdiri di jendela kamarnya dan menahan pergelangan tangannya. (namakamu) meronta dan menatapnya sinis sebelum akhirnya pria itu melompat masuk dan berdiri tepat dihadapannya.
"(namakamu), aku m-minta ma-"
"Ga perlu."
Aldi justru tertawa sarkastik, "Ya sebenernya aku juga ga niat minta maaf sih. Aku seneng akhirnya kamu liat kalo aku sama Salsha itu ada apa-apa."
"Maksud kamu?"
"Aku emang selingkuh sama Salsha, (namakamu)," Aldi melihat wajah (namakamu) yang terkejut dan matanya berkaca.
"udah lama, sebelum kamu masuk BSC. Dan dengan masuknya kamu ke BSC, aku bisa puas pacaran sama Salsha diluar sana. Sayangnya, aku ga bisa ngelepasin kamu."
Aldi maju selangkah dan masih tetap memegangi pergelangan tangan tunangannya, "Aku cinta Salsha dan kamu. Aku ga mau kamu cinta sama Iqbaal Brengsek itu-"
"Kamu yang brengsek, Ald!" teriak (namakamu).
"Aku emang brengsek." Aldi tersenyum.
"kamu tetep tunangan aku, (namakamu). Kamu tau? Satu cewek aja ga cukup bagi aku, jadi aku juga cinta sama Salsha. Aku emang jauh lebih cinta kamu, makanya aku ga akan ngelepasin kamu untuk jadi milik cowok itu."
"Kamu egois, Ald! Kamu itu nyakitin aku dan juga Salsha!"
"Salsha ga keberatan kok jadi yang kedua. Jadi (namakamu), aku bisa aja jadi monster sekaligus iblis kalo kamu melangkah terlalu jauh untuk cinta sama Iqbaal."
"Kamu ga bisa ngatur hidup aku! Aku bisa akhirin tunangan kita, jadi kamu bisa bercinta sama Salsha sepuasnya!"
"AKU BISA NGATUR HIDUP KAMU. KAMU DENGER KAN KALO SATU CEWEK ITU GA CUKUP BAGI AKU! KAMU GA AKAN BISA LEPAS DARI AKU, SAYANG, KAMU TAU ITU."
"Kenapa aku ga bisa, huh? Aku ga takut sama kamu, Ald!"
"Yakin? Kalo seandainya aku berniat buat bunuh IQBAAL BLACKFORD BRENGSEK itu supaya kamu ga deket sama dia lagi gimana?"
Seketika mata (namakamu) membulat, apa yang diucapkan Aldi itu tidak bercanda bukan?
Aldi terlihat marah dan (namakamu) tahu Aldi bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang ia mau. Tapi, apa ia benar-benar berniat untuk membunuh seorang Iqbaal? Pria itu tidak salah apapun, yang salah itu Aldi. Ia terobsesi dengan dua gadis sekaligus! Aldi itu egois!
"Kamu ga bakal ngelakuin itu kan, Ald?"
"Kenapa engga?" Aldi mengangkat sebelah alisnya. "kalo itu cara terakhir yang aku punya supaya kamu ga jadi milik dia, kenapa ga aku lakuin? Toh cuma ngebunuh pria yang ga pantes hidup di dunia ini."
PLAKKK
(namakamu) menampar Aldi dengan tangannya yang bebas dan menghasilkan jejak merah yang pekat. Aldi meringis dan menatap tajam (namakamu).
"JAGA UCAPAN KAMU, ALD!"
"Itu kenyataan, (namakamu). Kamu jangan lagi main-main sama aku atau aku..."
Aldi mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu dan berbisik, "bener-bener bunuh dia di depan mata kamu."
Tanpa sengaja matanya melihat bekas luka kebiruan di leher gadis itu. Amarahnya langsung memuncak, luka itu pasti dihasilkan dari bibir dan gigi seseorang. Dan yang terakhir Aldi ingat, semalam ada Iqbaal, sudah pasti pria itu yang menghasilkan luka itu.
"APA YANG KAMU LAKUIN SEMALEM SAMA DIA, (NAMAKAMU)?"
"A-aku ga-"
"Jujur!"
"Ald, aku s-semalem langsung pulang k-ke rumah!"
"Bohong!" Aldi menyipitkan pandangan pada (namakamu) yang sekarang tegang dan membeku. "permainan baru aja dimulai sayang, berhati-hatilah,"
"(namakamu), kamu tinggal menyaksikan apa yang lagi berjalan, dan diakhir nanti kamu bakal liat." Aldi mencium bibir gadis itu sejenak. "aku atau Iqbaal yang akan mati. Atau justru kamu yang gantung diri, sayang."

60 Shades Of IqbaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang