BAB 4

321 14 0
                                    

Dua manusia polos itu tidak melakukan apa pun yang berhubungan dengan seks. Mungkin hanya sekedar ciuman dan berpelukan, tidak lebih dari itu. Dua minggu ini mereka terlalu sibuk untuk merapikan rumah baru mereka karena begitu banyak hadiah pernikahan yang mereka dapatkan. Begitupun dengan Justin, ia mendapatkan hadiah tambahan dari Angelo—sebuah dinosaurus keluaran terbaru—yang ia taruh di tempat spesial. Kedua kakak Justin tidak lagi datang setelah Justin mengadukan tentang kaset porno yang ia dapatkan dari Robert kepada ayahnya sehingga kedua kakaknya dihukum untuk tidak mengganggu Justin dan Elanie. Justin dan Elanie juga tidak pernah mandi bersama. Mengganti pakaian pun tidak boleh ada yang saling mengintip—meski Elanie tidak keberatan jika Justin melihat tubuhnya yang telanjang karena Justin adalah suaminya. Tetapi hari ini sepertinya Justin kedatangan tamu kesukaannya.
           
LeBron, keponakan lucunya akan berkunjung untuk bermain bola basket dengan Justin. Anak itu sudah menginjak umur ke-6 tahun ini. Ia sudah bisa bermain bola basket meski bola itu tampak lebih besar dari tubuhnya. Nama anak Angelo bukanlah LeBron, nama aslinya Christopher. Namun Justin lebih senang memanggil keponakannya itu LeBron. Terdengar keren, kata Justin. Elanie sedang melihat-lihat pakaian-pakaian yang dijual di toko online melalui internet. Entahlah, ia jadi terobsesi melihat pakaian-pakaian mungil untuk bayi. Sesekali ia melihat barang-barang yang berhubungan dengan seks—yang membuat Elanie kegelian melihat barang-barang yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Televisi menyala di depan Elanie—ia sedang berada di ruang santai—untuk menemani Elanie. Justin sedang sibuk di lapangan basketnya. Sepertinya rumah ini memang hanya dibuat untuk Justin. Elanie tidak keberatan dengan hal itu. Asal Justin senang, ia juga senang.
           
Elanie menopang dagunya ke ujung lutut yang ia tekuk. Ia melihat salah satu pakaian yang benar-benar manis untuk bayi mungil. Apa Justin bisa menjadi seorang dewasa jika mereka memiliki anak? Ini mungkin masalah utama mereka. Mental Justin yang masih kekanak-kanakan menghambat segalanya. Mereka tidak berhubungan badan, Justin tidak menggendong Elanie sambil berciuman atau bercumbu di atas sofa. Well, sebenarnya, Elanie mendapatkan hadiah mainan seks dari salah satu musuhnya—Elanie bahkan tidak tahu kalau ia memiliki musuh. Hadiah itu tidak memiliki nama pengirim, yang jelas hanya ada mainan seks dan sebuah kertas berupa hinaan pada Elanie. Mungkin musuh Elanie sewaktu ia berkuliah. Elanie hanya mengedik bahu. Elanie mengalihkan pandangannya dari laptop ke seorang pria bertubuh tegap dan tinggi serta berotot yang sekarang berdiri di hadapannya. Pria itu berkeringat, panas, dan seksi. Elanie menelan ludahnya. Otot-otot perut pria itu mengencang, sulit untuk menerima kenyataan pahit bahwa pria ini bermental anak-anak.
           
“Sedang melakukan apa, Elanie?” Tanya Justin dengan lembut. Ia duduk di atas karpet di sebelah Elanie dengan tubuh yang masih berkeringat. Hanya Justin yang menyebut nama Elanie lengkap, tidak dengan ‘El’ atau ‘Elly’. Pipi Elanie memerah saat tangan Justin melingkar di sekitar pinggang lalu menyandarkan kepalanya ke atas bahu Elanie. Perlahan-lahan Justin menggoyang-goyangkan kepalanya di atas bahu Justin. Usul punya usul, ternyata Justin hanya ingin mengelap keringatnya pada pakaian Elanie. “Mm, kau sangat harum,” dusta Justin semakin kencang mengelap keningnya pada bahu Elanie yang tertutup kain itu.
           
“Sekarang bau karena keringatmu. Lihatlah ini, bukankah pakaian ini sangat menggemaskan?” Tanya Elanie menunjuk pada salah satu pakaian bayi berwarna biru dengan motif beruang dan sebuah boneka beruang kecil berpakaian biru yang menempel di dada baju itu. Justin menganggukkan kepalanya berkali-kali lalu ia tersenyum.
           
“Kau ingin membelinya untukku? Aw, terima kasih, Elanie,” ucap Justin dengan suara terharu. Ia mengecup pipi istrinya selama beberapa detik. Elanie terkekeh dengan ucapan Justin. Tidak mungkin Elanie akan membelikan Justin pakaian seperti ini. Elanie tidak membalas ucapan Justin. Ia ingin sekali mencium bibir Justin, bercumbu dengannya di atas karpet ini dengan keadaan Justin yang telanjang dada dan berkeringat. Pikiran Elanie akhir-akhir ini benar-benar kotor karena pemikiran untuk bercinta selalu menghampirinya. Itu semua karena Justin tidak pernah ingin menyentuhnya! Elanie menoleh menghadap Justin sehingga wajah mereka berdekatan. Justin dapat melihat mata Elanie yang berwarna biru itu memohon akan sesuatu, namun Justin tidak tahu apa yang Elanie inginkan. Apa pun itu—jika Elanie memberitahunya—Justin akan melakukan untuk Elanie.
           
Tangan Justin yang berada di pinggang Elanie semakin mengerat, ia tidak ingin melepaskan pelukan ini. Berdekatan dengan Elanie menjadi kesenangan tersendiri bagi Justin. Gadis ini memiliki daya tarik yang Justin sendiri tidak tahu apa itu. Wanita-wanita di luar sana selalu menggoda Justin, menarik-narik kerah baju Justin agar mereka bisa berciuman, namun respon Justin tetap sama; mendorong wanita-wanita itu dengan kasar. Sehingga Justin tidak pernah didekati oleh wanita yang sama lagi—mungkin beberapa masih berusaha mendekati Justin. Sampai akhirnya Elanie bertemu dengan Justin. Mainan dinosaurus terbaik yang Justin miliki pun rela Justin tinggalkan hanya untuk bisa bersama dengan Elanie. Istrinya tidak mengedip sekalipun sampai akhirnya bibir mereka bertemu. Justin mulai memejamkan matanya. Ia sudah sering melakukan ciuman ini bersama dengan Elanie.
           
Justin merasakan hal yang sama—saat Elanie mengelus paha Justin di depan kedua kakak Justin—saat istrinya menciumnya dalam seperti ini. Lidah mereka saling melilit. Tangan Elanie yang tadinya diam sekarang menyentuh pinggang Justin dan tubuhnya memutar ke belakang agar ciuman mereka semakin dalam. Justin terjatuh ke atas karpet, ia terbaring di sana dengan pasrah namun bibir mereka tidak saling lepas. Bunyi cepakan ciuman mereka membuat alat kelamin Justin bereaksi. Elanie mengelus pipi Justin lalu leher suaminya yang berkeringat dan berpindah pada dada bidang Justin. Justin ingin melakukan hal yang lebih lagi pada Elanie, namun ia tidak tahu harus memulai dari mana. Dia juga takut jika Elanie hamil. Semua ketakutan Justin selalu berkumpul tiap kali mereka berciuman sepanas ini.  Baru saja ingin menyentuh celana Justin, suara bel pintu rumah mereka memisahkan bibir Justin dan Elanie. Sontak saja Elanie menegakkan tubuhnya lagi bersama dengan Justin yang segera bangkit.
           
“A-aku akan membuka pintunya,” ucap Justin bangkit dari karpet. Ia meninggalkan Elanie yang pipinya memerah. Pria itu menghilang dari pandangan Elanie. Astaga, apa yang baru saja Elanie dan Justin lakukan? Kejadian tadi adalah kejadian terintens sepanjang mereka berciuman. Dan Justin tidak sama sekali merasa gugup melakukannya. Elanie menundukkan kepalanya malu-malu. Ciuman sialan! Apa ia harus memberitahunya pada Eline akan kejadian tadi? Atau nanti malam mereka akan berhubungan badan? Elanie tidak tahu.

Pure Love || Herren Jerk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang