• Anva 32 •

3.4K 194 2
                                    

***
Jangan terlalu sibuk melihat kepribadian orang dari tampangnya, siapa tau dia masih memakai topengnya.
***

Tadi sempat terjadi kegaduhan yang dibuat oleh Andrea, untung saja Vino dengan cepat membawanya pergi dari sana agar Andrea tidak melayangkan tinjunya untuk siswi yang diketahui bernama Tania yang tidak sengaja membuatnya hampir tersandung. Tania juga dulu sempat hampir melukai Aretha.

Untung saja saat itu Rania dan dia lewat dan langsung membentak habis-habisan Tania. Entah mengapa adik kelasnya itu suka sekali mencari masalah denganya. Sebelum dia dan Sheila berbaikan memang Tania selalu mencari masalah. Saat Sheila sudah meminta maaf, kini Tania lagi yang berulah.

Sekarang Vino membawa Andrea ke bangku yang ada di bawah pohon dekat lapangan untuk menenangkanya.

Vino mengelus pundak Andrea. "Udah tenang nggak usah pake emosi, aku nggak suka kalo kamu mukulin orang kaya gitu lagi." Ucap Vino.

Andrea mendengus kasar. "Gimana nggak kesel Vin, dia itu emang sengaja naruh kakinya di situ biar aku jatoh. Aku udah sabar ngehadapin dia, sekarang aku udah kehilangan kesabaran."

"Udahlah, sekarang mendingan kamu minum deh." Ucap Vino lalu memberikan air minum ke Andrea.

Andrea pun menerimanya lalu meminum air yang diberikan Vino.

"Kemana Rania sama Aretha?" Tanya Vino.

"Mereka belom dateng, ini masih pagi banget tau nggak. Ini semua karena kakak aku yang kuliah pagi, jadinya aku dianter jam segini."

Vino mengangguk mendengar penjelasan Andrea barusan. Alva yang kebetulan lewat di koridor memperhatikan keakraban Vino dan Andrea.

"Ini nggak bisa dibiarin." Gumam Alva, diapun berjalan menuju tempat duduk Andrea dan Vino berada.

Kedatangan Alva membuat Andrea dan Vino heran. "Lo lagi, ngapain disini?" Tanya Vino sinis.

"Gue? Napas." Jawab Alva santai.

"Gue juga tau, lo ngapain sih ganggu aja."

"Gue ingetin nih lo bedua, kaga boleh laki-laki dan perempuan berduaan doang, jadi gue sebagai teman yang baik tidak akan membiarkan kalian berdua."

Andrea mendecak. "Hih, elo selalu aja ganggu, mau lo apasih?"

"Mau gue? Yakin lo mau nurutin?"

"Ck, iya buruan."

Alva tersenyum sinis. "Kalo gue maunya lo putus sama Vino gimana?"

Andrea melotot mendengar permintaan Alva barusan. "Dasar! Lo manfaatin kesempatan itu namanya. Kalo itu gue nggak mau lah."

"Katanya bakal lo turutin, gimana sih?"

"Yaa tapi kalo permintaanya kaya gitu juga gue mana mau."

"Oke, permintaan lain deh."

"Permintaan apa lagi?"

"Kalo gue suruh jauhin Vino gimana?"

"Ck, itu sama aja bego! Udah ah, males gue ngeliat muka lo. Vin yuk pergi." Andrea menggandeng tangan Vino lalu pergi.

"Gue nggak boleh nyerah." Gumam Alva.

Alva pun menuju kelasnya dan mendapati David dan Iqbal yang baru saja datang. Lalu dia menuju mejanya dan menyimpan tasnya. Kemudian duduk di atas meja Beni yang kebetulan ada di samping meja Iqbal.

"Ehh udah dateng aja si Alva, tumbenan nih nggak telat. Jangan-jangan lagi kerasukan lo!" Ucap David.

Alva menatap David sinis. "Alah! Mo ngapain lo natap sinis-sinis gue, nggak cocok tau nggak sama muka lo yang kiyowo kaya orang korea." Celetuk David.

ANVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang