• Anva 36 •

3.3K 144 1
                                    

"Andrea, lo kenapa sih sebenernya? Dari tadi ngelamun mulu. Perhatiin tuh guru di depan lagi ngejelasin." Tegur Rania ketika Andrea sedari tadi hanya melamun.

Andrea tetap tidak mengalihkan pandanganya. "Gue perhatiin kok." Ucap Andrea.

Rania menghela nafasnya. "Iya emang lo perhatiin, tapi pikiran lo gak disini. Lari-lari entah kemana."

Aretha yang mendengar ribut-ribut di meja Rania dan Andrea pun melihat ke belakang. "Woy, lo bedua dari tadi ngomongin apa sih?" Tanya Aretha.

"Ini si Andrea, dari tadi ngelamun mulu kerjaanya. Gak tau kenapa," kata Rania.

Aretha mengangguk. "Emang dia kenapa?"

Rania menggidikan bahunya. "Mana gue tau, dia gak mau cerita nih." Lalu Aretha melirik Andrea yang seperti tidak perduli dengan keadaanya saat ini.

"Andrea! Kan gue udah bilang gak usah lagi deket-deket sama Vino! Dan lo masih jalan sama dia tanpa sepengetahuan gue. Dan dia nganter lo pulang! Kenapa lo ga dengerin gue sih?" Sentak Gilang, ternyata dia melihat Andrea yang diantar Vino malam itu.

"Kak! Kenapa sih lo kaya gak suka banget sama Vino? Apa alesanya kak? Apa? Lo ga pernah ngasih tau ke gue! Lo selalu ngomong kalo Vino itu jahat, sedangkan lo ga punya alasan dibalik itu semua!"

Dia itu psikopat Ndre! Dia pembunuh.-batin Gilang.

Gilang menggeleng, "lo belom bisa tau apa alesanya sekarang, nanti suatu saat lo pasti bakalan tau!"

Andrea menyernyit. "Kak sekarang jujur sama gue, sebenernya lo udah kenal sama Vino? Udah lama?" Tanya Andrea.

Gilang memalingkan mukanya ke arah lain. "Jawab gue kak!" Sentak Andrea.

"Maaf, maaf gue udah boong sama lo Ndre, iya. Gue udah kenal lama sama dia. Dia itu temennya Alva, Iqbal sama David waktu SMP. Dan dia temen gue juga, sama .. Jihan." Ucapan Gilang barusan membuat otak Andrea berputar.

Ada apa ini sebenarnya? Ternyata banyak sekali rahasia yang dia tidak ketahui. Bahkan dia tidak menyangka kalau Alva, kakaknya dan Vino itu sudah saling mengenal, bahkan sudah lama.

Itulah yang masih Andrea pikirkan saat ini sampai-sampai dia tidak fokus dengan Bu Sari yang sedang menjelaskan.

"Ahhh!" Tiba-tiba Andrea memegang kepalanya. Hal tersebut membuat seluruh kelas melihat Andrea. Termasuk Vino.

"Andrea, kamu kenapa?" Tanya Bu Sari. "Ada masalah? Kalau sakit silahkan menuju UKS saja." Sambung Bu Sari lagi.

"Eh, lo kenapa? Lo sakit?" Tanya Aretha. Andrea menggeleng, "nggak, gue ga kenapa-kenapa kok tenang aja. Cuma pusing sedikit aja." Ucap Andrea sambil memaksakan senyumnya.

"Andrea, kalo kamu sakit jangan dipaksa. Nanti kamu tidak fokus selama pelajaran. Mending di UKS saja istirahat sebentar ya?" Ucap Bu Sari.

Andrea menggeleng lagi lalu tersenyum. "Saya gak kenapa-kenapa kok bu. Tenang aja, tadi cuma pusing aja tiba-tiba, sekarang udah gak kok."

"Bener ya? Nanti kalo kamu udah ngerasa gak enak badan. Langsung aja suruh temenin Aretha atau Rania ke UKS."

Andrea mengangguk. Lalu suasana kelas kembali seperti biasanya.

***

"Alva." Panggil Iqbal. Namun tidak digubris oleh Alva.

Iqbal berdecak. "Alva. Woy! Lo dengerin gue gak sih?"

Lalu Alva melirik ke Iqbal sambil mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Lo daritadi kenapa? Gue panggil-panggil gak nengok. Lo mikirin apa sih?" Ucap Iqbal. "Sampe gue udah manggil beberapa kali ga di denger sama sekali."

ANVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang