Gadis itu berpikir bahwa ia takkan lagi ada urusan dengan pria berprofesi sebagai dokter itu. Memang, sejak awal ia tak berpikir akan memiliki urusan dengan pria itu. Hanya saja, Tuhan berkata lain.
Sekarang, Jung Eun Ji duduk di kursi samping kursi supir. Di sampingnya, ada Yoo Ki Hyun yang 5 menit lalu memintanya untuk bicara sebentar. Entah apa yang akan dikatakan pria itu, tapi ia berharap bahwa Ki Hyun tak lagi memintanya lagi menjadi kekasih. Jangan lagi.
"Aku dengar, kau mengundurkan diri dari pekerjaanmu. Apa itu benar?" tanya Ki Hyun yang tak disangka oleh Eun Ji bahwa pria itu akan menanyakan hal itu. Pasti, Ki Hyun baru mengetahuinya hari ini.
"Iya.. itu benar." jawab Eun Ji tanpa perlu ada yang ia tutup-tutupi.
"Kenapa?" tanya Ki Hyun lagi.
"Ada.. sesuatu yang terjadi begitu saja."
Ki Hyun terdiam. Bukan karena apa, tapi ia berpikir alasan mengapa Eun Ji tak mengatakan alasan gadis itu berhenti bekerja. Ah.. jadi gadis ini tak mau mengatakannya?
"Baiklah.. " hanya itu yang bisa dikatakan oleh Ki Hyun. Ia merasa sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Apa sudah selesai?" tanya Eun Ji, memberanikan diri untuk bertanya. Sejujurnya, ia tak suka berada di dekat Ki Hyun semenjak pembicaraan mereka terakhir kali. Begitu.
"Kurasa.. --"
"Kalau begitu, aku permisi. Hati-hati di jalan.. " tanpa basa-basi lagi, Eun Ji meninggalkan Ki Hyun beserta mobilnya. Ia terlihat terburu-buru menuju rumahnya.
Ki Hyun yang melihat itu mulai sadar akan sesuatu. Bahwa seorang Eun Ji memang tak ingin berurusan dengannya. Ia sadar akan hal itu dan berpikir bahwa tak ada alasan untuk ia membuat Eun Ji jatuh Cinta kepadanya lagi. Hah~
*** ***
Kim Tae Hyung baru saja menyelesaikan acara menyiapkan buku-buku pelajaran untuk hari esok. Niatnya ia ingin langsung tidur saja sampai ia teringat akan sesuatu. Soal.. ingin berbicara dengan Sung Jae.
Singkat cerita, keduanya duduk di sofa ruang tengah. Ditemani dengan 2 gelas teh hangat, mereka mulai berbicara.
"Kenapa kau menolak hadiah dari So Hyun? So Hyun tidak tahu apa-apa, jadi jangan buat dia curiga." ujar Tae Hyung. "Apa sulitnya untuk menerima dan berucap terima Kasih? Lagipula, kau sudah lama tidak mendapatkan hadiah dan ucapan selamat ulang tahun, bukan? Jadi, berhentilah bersikap seperti ini. Aku yakin, adikku juga ingin melihatmu bahagia di hari ulang tahunmu."
Sung Jae tak bisa berkata apa-apa lagi. Tak ia sangka, ia akan kembali teringat dengan sebuah nama yang membuat ia teringat pada kejadian 5 tahun yang lalu. Kejadian dimana karenanya seseorang kehilangan.. nyawa.
"Baik aku dan keluargaku sudah mulai melepaskan kepergian adikku. Kami sudah baik-baik saja. Kenapa kau masih bersikap seperti ini? Kenapa?!!"
"Itu karenaku!! Kepergian adikmu karena aku!! Akulah yang membuatnya meninggal!!"
Kalimat itu kembali terucap. Iya.. kembali terucap disaat seorang Sung Jae kembali merasakan kepedihan dalam dirinya. Meneriakkan kata-kata yang mengartikan bahwa ia menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi.
"Aku orang yang membuat kalian ditinggal oleh olehnya, aku tak pantas mendapatkan kebahagiaan di hari ulang tahunku. Bahkan, semenjak kejadian itu, aku sudah menghapus hari ini. Hari dimana aku dilahirkan di dunia ini. Jadi, bagaimana mungkin aku bahagia sedangkan kalian bersedih?"
Detik kemudian, Sung Jae berjalan memasuki kamarnya. Meninggalkan Tae Hyung yang menatapnya nanar. Tae Hyung tahu bagaimana perasaan Sung Jae, tapi tak seharusnya pria itu terus seperti ini. Tak seharusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone?! What Is That? | SuJi Fanfiction
Roman d'amourMengalami friendzone adalah sesuatu yang kadang menyenangkan dan kadang juga tidak. Dan dua sahabat ini mengalami hal tersebut setelah 20 tahun menjalani hubungan persahabatan. Di sisi lain, kisah Cinta segitiga dirasakan oleh ketiga siswa SMA in...