11 - Goodbye

15.4K 1.6K 179
                                    

Taeyong mulai menjalani harinya seperti biasa. Senyum tipis selalu terkembang di wajahnya.

Yeah, mungkin beberapa diantara mereka yang menyadarinya, senyum itu... bukan dari hati. Bibirnya mungkin menggambarkan goresan tipis bernama senyum, namun jauh di lubuk hatinya, mungkin ia menangis.
Taeyong terlalu pintar menyembunyikan semuanya.

Semua seolah kembali seperti saat ia belum merasakan perasaan itu. Kehidupannya yang damai, dan kewajiban sebagai ketua kelas yang sudah menantinya.

Walau ada satu bagian kecil yang terasa kosong, lubang kecil yang masih meninggalkan rasa sesak di dalamnya.

Namun, ia selalu mencoba mengabaikannya. Ini sudah menjadi pilihannya.

Taeyong membawa bertumpuk−tumpuk buku di tangannya, masih sama seperti dulu. Ia menjalani tugas sebagai ketua kelas seperti hari−hari sebelumnya.

Ia menghentikan langkahnya, saat matanya melihat Mark Lee tengah berjalan kearahnya dengan wajah yang murung.

Yeah, semua masalah memang belum sepenuhnya teratasi.

Di hari Taeyong ingin menemui Haechan di taman sekolah, pemuda yang sudah hidup bersamanya selama bertahun−tahun itu tak mau menemuinya. Bahkan Haechan masih mendiamkan Mark sampai sekarang. Membuat perasaan bersalah makin menumpuk di hatinya.

Pelan tapi pasti, Mark melangkah kearahnya dan... melewatinya begitu saja. Taeyong tertegun untuk beberapa detik.

Mungkin Mark memang tak menyadari kehadirannya, seolah semua permasalahannya begitu berat sampai ia melupakan keadaan sekitarnya. Taeyong hanya mampu melihat punggung itu menjauh. Semakin kecil dan hilang ditelan jarak. Ia mendesah kecewa.

'Mianhae, Mark−ah.'

Ia kembali melangkahkan kakinya menuju tangga. Di kejauhan ia mendengar suara para sunbae yang sepertinya beramai – ramai ke kantin. Ia dapat melihat, salah satu diantara mereka adalah adik kesayangannya.

"Oh hi, Tae!" sapa salah satu sunbaenim, bernama Yixing.

Taeyong tersenyum kecil dan sedikit melirik kearah adiknya yang bahkan tak memperhatikannya.

Ia terabaikan.

Haechan justru sibuk membicarakan klub bola kesayangannya bersama Minseok. Taeyong hanya mampu menunduk, membiarkan para sunbae itu melewatinya. Dan saat Haechan berada di depannya, ia menahan nafas. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang. Rasa bersalah sekaligus takut terlihat jelas di wajahnya.

Namun, sekali lagi... Haechan tak meliriknya. Pergi berlalu seolah tak ada siapa pun disekitarnya. Taeyong dapat merasakan dadanya berdenyut nyeri saat itu juga.

'Haechannie...'

Taeyong memilih kembali berjalan, melupakan sejenak semua perasaan kecewanya. Suasana hatinya sedang buruk. Ia butuh istirahat.

Tak lama terdengar kembali suara langkah kaki yang tergesa−gesa dari arah tangga. Taeyong mengintip dari balik tumpukan bukunya. Matanya membulat saat menyadari anak−anak basket tengah berlarian kesana−kemari dengan mendribble bola.

Oh sial! Ini tangga koridor, bukan lapangan basket! umpatnya dalam hati.

Taeyong terpojok dengan setumpuk buku yang bergoyang ditangannya. Anak−anak basket itu tak menggubris keadaannya, sibuk bercengkrama dan saling berkejaran dengan anak lainnya.

Hingga tanpa ia sadari, seorang anak menyenggol bahunya hingga tumpukan buku yang ia bawa terjatuh dan tercecer di tangga dan lantai koridor.

"Astaga!" Taeyong berlarian berusaha mengambil dan mengumpulkan semua buku itu, sampai sebuah lutut tak sengaja menabrak punggungnya dengan keras. Membuat Taeyong yang sedang berjongkok, hampir saja terjerembab dari tangga kalau tidak ada tangan besar yang menarik pinggangnya.

Confession (JAEYONG)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang