Hari pertamaku di warden, tempat karantina sementara para CKA "Calon Kiriman Admiral" selama 2 bulan. Warden dikelilingi hutan, dan disekitar warden terdapat kebun tebu, berhektar hektar. Uniknya, halaman warden masih menggunakan tanah. Pepohonan rindang juga menghiasi sekitarnya. Aku hampir tidak bisa tidur semalaman. Aku bangun terlalu pagi. Dan kini hanya duduk-duduk di teras sambil menunggu pengarahan.
Tadi malam, sebelum golden week usai. Aku mendapat panggilan akan dikirim ke warden. Meskipun aku baru tahu aku harus mengikuti karantina sementara ini.
"Apa letaknya jauh?" Aku bertanya pada lelaki muda yang mengantarku tadi malam.
"Tidak juga, kemungkinan hanya tiga kilometer. Kau masih bisa melihat menara agung dari sana." lelaki itu mengendarai buroq sangat pelan. Meskipun aku heran, kenapa hanya aku dikirim sendirian tidak bersama CKA yang lain. Keadaan malam itu sangatlah gelap. Aku tidak bisa melihat dengan jelas kondisi tempat-tempat yang kulewati.
Seperti dugaanku, mereka datang sendiri. Pagi ini aku banyak berkenalan dan mereka langsung jadi temanku. Ada Si Roy yang agak alay, si Zain dan Ricky yang entah ngomong menggunakan bahasa apa, mengakhiri semua kata dengan huruf 'e', ada juga Satria anak yang kutemui di kantor pendidikan kemarin, juga Johan dari tanah tanpa nama dan Sugimura dari Batavia.
Biasanya para CKA diberangkatkan dengan rombongan setelah golden week. Malam pertama di warden tidak begitu menyenangkan. Agar tidak merana memgingat rumah, aku langsung mencoba tidur di Al Quds.
Kami bercakap-cakap sambil menunggu antrean mandi dan sarapan, karna jumlah CKA membludak. "Sungguh tempat ini mengerikan, apa banyak hantu ya? kalo malam. Tadi malam aku tidur perasaanku gak enak terus, seperti ada yang ganggu. kalian tau? Katanya tempat ini dulunya tempat kandang kuda pacuan? Dan rumor mengatakan sering ada suara kuda pada malam hari, atau bayangan bayangan aneh?" Roy memulai percakapan kami. Aku yakin aku satu-satunya di sini yang tidak tertarik membahas soal hal-hal supranatural.
"Menurutku biasa saja, tidak seram, tapi memang lokasi tempat ini yang menyedihkan, sungguh jauh dari peradaban". Johan mengeluh dengan kondisi tempat ini yang memang terkesan primitif.Sugi membalas mereka, tampaknya ia yang paling antusias mendengar cerita soal tempat ini. " Aku benar-benar penasaran, katanya Qburn yang tersisa masih ada di sini? Aku benar-benar ingin melihatnya secara langsung."
"Itu konyol, Digi ,... Sudah lama Qburn punah. Lagian-kan itu makhluk legenda, hanya mitos." Johan benar-benar orang yang realistis. Mungkin lebih nyaman berbincang dengannya dari pada yang lain.
"Namaku Sugimura ,..."
"Macem mane tempat ni agak seram je, tak nyenyak ku tidur semalem." Zain benar-benar menggunakan dialegnya yang aneh. Tapi itu masih mending, Ricky malah menggunakan bahasa yang sama sekali tak ku mengerti satu patah kata pun.
Satria, yang ku kira paling polos dan mungkin perkiraanku ia sedikit bodoh tapi ia lebih banyak tahu soal tempat ini. "Qburn masih ada, kakakku mantan kelompok sebelas pernah melihatnya waktu di karantina di sini. Memang tidak semua CKA bisa melihat. Tempat ini dulunya instal kuda Romo kedua, tapi sekarang kudanya sudah hilang semua. Qburn terakhir dipindahkan ke tanah hijau. Di Lemah Geneng'. Warden juga peralihan bahasa asing dari bama asli tempat ini." Aku melongo Satria tahu begitu banyak tempat ini. "Juga, Daemon-Daemon di sini masih banyak. Kakakku bilang ia pernah melihat tiga kali selama di sini."
"Benarkah? Seperti apa wujud Daemon? Semenyeramkankah?" Aku jadi penasaran.
"Memang apa itu Daemon?" Wajah keingintahuan Sugi muncul kembali.
"Daemon, keturunan Harut Marut yang menyetubuhi iblis. Keturunan mereka yang bisa menyamai manusia dalam segala bidang. Banyak cerita yang beredar, tujuan mereka menyusup kembali ke dunia manusia untuk membangkitakan sihir lagi di muka bumi." Lagi-lagi Satria tahu soal itu.
"Seperti apa wujud Daemon?"
"Seperti manusia, ia bisa mengopi dirinya untuk meniru apa pun. Karena ras Jin wanita memiliki paras cantik, jadi hasil dari persetubuhannya dengan Harut Marut membuat kasta Daemon paling tinggi dan di hormati di antara ras Jin yang lain. bahkan kalangan iblis takut pada mereka."
"Tapi ku pikir, kalo Daemon itu menyeramkan?" Betap konyolnya aku membayangkan bertemu makhluk menyeramkan di West Born. Aku sama sekali tidak tahu kalo Daemon malah rupawan.
"Daemon bisa melakukan sihir, darah ibunya seorang Jin membuatnya bisa masuk kedua dunia dan bisa hidup berdampingan dengan manusia. Banyak juga manusia yang menikah atau berhubungan dengan Daemon. Maka tidak heran saja, kalo banyak manusia yang memiliki sifat seperti iblis." Satria menjelaskan lagi dengan gamblangnya. Aku malu sendiri karena mengecapnya dungu.
"Apa hubunganya?" Ucap Roy kurang memahami.
"Hanya ada satu jenis wanita bangsa Jin, Jin wanitalah yang bisa dinikahi oleh bangsa Lelembut-Satan-Ifrit dan Iblis."
"Ini obrolan yang berat kawan, ayo! Kita harus segera mandi dan sarapan sebelum dapur ditutup dan kita kelaparan." Johan, kurasa kita bakal mudah akrab.
Akhirnya kami menuju ke dapur. Obrolan tadi masih terngiang-ngiang di kepalaku.
"Aku lupa siapa namamu?" Sugimura duduk di sampingku, kami semua makan dalam satu meja.
"Namaku Rukhan," ucapku datar.
"Dari tadi kau cuma mendengarkan, aku bosan mendengar ocehan mereka berdua, sekarang ceritakan tentang dirimu." Aku yang tidak menyangka dapat pertanyaan tersebut dan kaget kalau dari tadi ternyata Sugi memperhatikanku.
Siapa diriku? Kurasa aku juga ingin bertanya demikian. "Namaku Rukhan. Rukhaan Saido Vahhin."
Roy masih memasukan beberapa sendoknya ketika mulutnya yang penuh sambil bicara. "Nama yang bagus. Apa artinya? Setidaknya tidak seperti namaku, dulu ibuku berharap punya anak perempuan, karna semua saudaraku laki laki, jadi namaku adalah nama terburuk bagi laki laki. Menurutku."
Sugi meliriknya yang masih memasukan sendok kedalam mulutnya. "Aku tak peduli dengan namamu, jadi sekarang! Tutup mulutmu, biarkan cowok misterius ini mengenalkan dirinya." Sebegitu penasarankah Sugi padaku? Padahal yang lain pun belum menceritakan riwayat hidupnya.
"Rukh berarti angin, Saido beasal dari kata Saif penyerapan bahasa farsi yang artinya pedang. Vahhin dari kata Pain dan Happy Ending. Jadi bisa diartikan 'angin yang membasmi penderitaan, dan meniupkan kedamaian' tapi kata almarhum ibuku artinya 'angin yang yang menyembuhkan dari luka penyesalan'." Aku menelan makananku dengan sedikit lesu, aku sama sekali tidak tahu maksud Sugi menceritakan tentang diriku. Jadi aku menceritakan saja arti namaku yang dramtis?
Aku masih ingat, nenek menceritakan kalo aku lahir di Labuan Bajo, sebuah daerah kepulauan yang memiliki keindahan alam yang luar biasa, lalu aku pindah ke Jenawa."
Zain yang dari tadi diam akhirnya angkat bicara,"Terus ape kate dari aan dan do dari saido, ape seperti Vahhin?, aku tak paham."
Semetara si Roy terlihat senang mendengarnya. "Oh, namamu keren, sungguh artinya membuatku terharu, pasti ada cerita keren di balik namamu? Sungguh indah jika namaku jadi Ryan Roynolds dan punya cerita yang indah dibaliknya juga?"
"Aku dengar Labuan Bajo' katanya tempat yang menakjubkan, ya?" Sugimura bertanya.
"Iya, bisa di bilang begitu. Sudah cukup lama juga terakhir kali aku pergi ke sana."

KAMU SEDANG MEMBACA
W E S T B O R N : The Blue Engine
Fantasy100% Fantasi, dunia yang berdiri sendiri meskipun setting dan latar ada di dunia nyata. Silahkan skip perpustakaan bila tidak penasaran dengan latar/setting/tokoh aslinya. Jika Inggris punya Hogwarts, Amerika punya Perkemahan Demi God dan Sky High...