Aku merasa terbebani dengan ini semua, ini bukanlah pilihanku, tapi ini kodar menuju jalan takdirku. Cukup lama aku disini duduk, menatap langit sore.
Bukanya aku segara pergi dari tempat ini, tapi Aku seperti terhipnotis oleh betapa indahnya langit sore. Warna langit seperti jeruk matang bukanya tergoda untuk mencicipinya aku hanya tergoda memandanginya saja.Semburat warna kemerah-merahan menenggelamkan titik warna yang cerah menjadi gelap seolah-olah warna hitam senja menarik warna-warna lain untuk lenyap tersedot dalam lubang hitam dan digantikan sang raja kegelapan. Malam.
Hal yang kuamati dan yang ku imajinasikan seolah itu nyata, dan gambaran tesebut menggambarkan hidupku yang ditarik dan tersedot lubang hitam. Tapi malam kadang menjanjikan pemandangan yang lebih spektakuler. Bintang, bulan, meteor, aurora? Ah, tapi semua itu hanya janji, dan kadang janji hanyalah sebagai alasan agar membuat tenang hati sesorang, atau jalan untuk mengakhiri balas dendam.Danau yang lebarnya selebar 3 kecamatan atau sekitar 35km itu dikelilingi pohon cemara dipinggir Danau yg melingkar tak beraturan, semak-semak setinggi satu meter jadi alas yang empuk jika saja bukan musim kemarau. Selebihnya hutan yang membentang. Dan anehnya hutan tersebut Hutan Jati.
Kenapa Aku masih disini. Kedua tanganku memegang sebuah kayu yang membentang lurus membujur dari arah selatan ke utara, kakiku berayun-ayun seperti sedang berlari pelan. Jembatan ini sudah lama berdiri dan masih kokoh berdiri. Jembatan tua yang dibangun diatas sebuah Danau.
Bukan Danau biasa, Danau yang airnya sebiru air laut, sedalam Samudra Pasifik, dan berpenghuni asli binatang air paling ditakuti. Buaya!
"Kau tau buaya, Aku membencimu, Aku tidak tau kenapa kau harus tinggal disini? Dan memburu mangsamu pada malam hari?" Aku mengejek mereka sambil menatap bayanganku diatas permukaan air.Pada faktanya para Buaya Danau hanya berburu menjelang sore hari, karna itu papan larangan berenang pada sore hari banyak bertebaran di sini. Tapi Aku melanggarnya.
Pagi tadi Aku pergi sendirian ke danau, setelah panggilan yang Ku terima dari pamanku. Pada malam itu Aku kaget dan shock berat. Aku mencoba menepis dan tidak memikirkanya tapi tidurku tidak nyenyak, kuputuskan kututup mataku sampai aku mendengar kokok ayam jantan, setelah beribadah pagi, Aku memutuskan pergi menuju Danau Matano. Ya Danau Buaya!
Pada pagiku yang sama, dingin dimusim kemarau tak mempengaruhi pagi ini, dingin yang kemudian berubah menjadi panas, sepanas ayam goreng sehabis diangkat dari penggorengan, Aku berlari pelan, melompat lompat seperti kelinci sambil senam jari, karna aku hanya merasakan kedinginan di kedua tanganku dan wajahku. Ini bulan Oktober, seharusnya sudah masuk musim penghujan. Aku menyusuri jalan yang mulai menurun, Ku lewati pohon-pohon jati yang kini seperti tulang tulang yang membentuk aneh menyisakan kengerian. Daun-daunya gugur habis tak tersisa. Aku menginjaki semak-semak ilalang yang gosong akibat buasnya musim kemarau. Aku berhenti berlari setelah melompati parit kecil, lalu aku berjalan pelan mengambil nafas panjang-panjang dan membuangnya perlahan.
Di sini aman, itu yang ku rasakan. Untuk saat ini.
Pemandangan yang ku nanti tiba. Matahari terbit, fajar menyonsong dengan semangatnya, sinar warna oranye muncul perlahan begitu indah menenangkan hati. Angin pagi berhembus pelan membius tiap inci kulitku, begitu segar. Aku membenarkan posisi dudukku. Sinar mentari pagi yang menerobos lewat celah celah ranting yang gundul membuat hutan menjadi pemandangan menakjubkan dahan-dahan dan ranting tanpa daun, gundul membentuk motif yang begitu mengesankan, seolah mereka sombong menunjukan ini padaku, "Kau tak bisa meniru, kami." Aku tersenyum.Suara burung Kutilang menjadikan melodi fajar yang amat menentramkan jiwa, meninabobokan rasa lelah di otakku.
Danau Matono berada kurang lebih 2 km lagi dari tempatku duduk, aku beristirahat setelah berlari dari rumah pamanku menuju kesini.
Aku tinggal bersama pamanku. Kedua orang tuaku telah lama meninggal, begitulah kata keluargaku. Aku sama sekali tak percaya dengan hal itu, kenapa ada kebohongan di balik cerita itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
W E S T B O R N : The Blue Engine
Fantasy100% Fantasi, dunia yang berdiri sendiri meskipun setting dan latar ada di dunia nyata. Silahkan skip perpustakaan bila tidak penasaran dengan latar/setting/tokoh aslinya. Jika Inggris punya Hogwarts, Amerika punya Perkemahan Demi God dan Sky High...