Labuhan Bajo, aku jadi merindukan tempat itu. Tanah kelahiranku, di mana kedua orang tuaku tak sengaja bertemu. Meskipun ada bagian yang menyesakkan di dada saat aku mengingatnya.
***
Hembusan angin di warden begitu kencangnya hingga merobohkan dinding kayu pembatas menimpa anak yang tidur dibawahnya. Jeritan kesakitan membuat kegaduhan kecil. Sementara sudah ada 3 anak yang melapor mengompol. Aku terbangun dan berdiri, menyingkir dari gerombolan teman-temanku yang sudah tidur pulas. Aku menyandarkan punggungku disalah satu tiang yang menghadap dapur. Ini malam keduaku di sini, meskipun lebih tepatnya ini malam pertamaku sebagai tanda menjadi bagian dari warden.Banyak anak mengatakan kalo warden ini Penjara Suci' menurutku juga begitu. Dikelilingi tembok setinggi 3 meter yang menjaga satu komplek yang lumayan luas mengelilingi seluruh bagian dari warden dari dunia luar. Ada 4 kamar CKA di warden, satu kamar berisikan puluhan anak. Aku salah satu penghuni kamar yang paling ujung dekat kamar mandi. Dan kami harus tidur Al Quds, kami dilarang keras tidur di kamar.
Dulu ibuku seorang Comander, sebutan untuk Admiral perempuan. Beliau ditugaskan di Labuhan Bajo, tanah kelahiranku. Labuhan Bajo adalah tempat yang begitu memukau mulai dari keindahan pantainya, kearifan lokal yang membudaya, dan keramahan masyarakat lokal. Ibuku menjadi guru sukarelawan untuk mendidik dan menanamkan jiwa pancalima pada generasi bangsa, dan juga menjadi dokter.
Ketika sedang mengemban tugas,
Ibuku jatuh cinta dengan pemuda bernama Farid. Seminggu setelah pernikahanya Farid meninggal. Ibuku yang begitu mencintainya sangatlah depresi, hingga pada akhirnya Ibuku mengubur kesedihanya dengan tenggelam dalam pekerjaanya. Ibuku menikah lagi, dengan Ayahku. Ayahku berasal dari negara persatuan federasi, ia gagah perkasa, aku melihat fotonya di diary Ibuku, dan aku hanya mewakili dari tubuhnya yang besar dari rata-rata orang asli Nusantara, aku sangat membenci ayahku, meninggalkan ibuku, meninggalkanku, dan memberikan deretan penderitaan bagiku, aku sering diejek Anak Jadah'. Yah, ayah dan ibuku menikah siri, tiga bulan setelah ibuku mengandungku ayahku pergi, yang katanya pulang kembali ke negara-nya, itulah kenapa aku sama sekali berbeda dengan orang Nusantara lainnya, aku memiliki kulit putih kemerahan, meskipun aku berhasil membakarnya menjadi kecoklatan, mataku satu-satunya yanh mencolok berwarna kuning pudar, hampir menyerupai pastel dan perpaduan mata khas barat abu-abu, namun kontras warna mataku sangat tajam, dan aku sangat membencinya karna itu. Dari Ibuku aku mewarisi rambut hitam indahnya, aku sangat senang rambutku hitam. Di foto, ayahku memiliki rambut coklat kayu, rasanya sedikit kebahagian saja kerena aku tidak mewarisi semua hal darinya. Ayah dan ibuku memanglah tampak serasi, ayah seorang tentara dan ibuku seorang pengabdi negara juga, aku merasa haru bila memandang foto mereka bedua dan ingin bersama mereka. Paras keduanya begitu elok, dan ibuku wanita yang cerdas dan lemah lembut. Apalah aku yang sama sekali berbeda dengan keduannya. Terkadang fisik dan bakat orang tua, tidak semuanya diwariskan kepada anaknya.Aku kembali berbaring tidur, disampingku ada Sugi yang sama sekali tidak terganggu oleh ocehan anak-anak tadi. Dia molor keenakan hingga lupa dunia. Kupejamkan mataku kembali, kucoba kembali meraih potongan-potongan mimpi yang hilang tadi untuk kususun kembali mimpi indah malam ini.
***
Semua anak berkumpul pagi ini untuk pembagian kelompok, semua anak berbaris di aula bebas, berkumpul dengan temannya masing-masing. Aku berkumpul dengan teman temanku. "Kuharap kita tetap bersama," kata Roy.
Sugi pun juga, "Aku harap juga begitu, tak asik kalo kita berpisah."
"Malah mungkin ssbaiknya kita berpencar, bukannya pemilihannya secara acak?" kaya Johan.
Semoga kita tetap bersama ,...
Pemilihan kelompok selesai, ada 14 kelompok terdiri 15 anak dan juga 3 kelompok X, kami berpindah menuju kelompok masing masing. Aku dan Sugi masuk kelompok F sementara Roy masuk kelompok G, Johan masuk D, dan Zain yang jadi ketua kelompok A bersama Ricky.
***
Ini malam pertamaku jaga, kami kelompok F berjaga di shift ke 3, mulai pukul 18.00 sampai pukul 24.00. Tepat tengah malam kami selesai berjaga dan diizinkan tidur, sebelum itu dilarang tidur.
Malam jaga pertamaku aku berjaga dengan Rod dan Jeffy, sementara Sugi berjaga dengan Yusron dan Rizel. Malam melarutkan suasana ceria kembali dalam kegelapan dan juga mencengkam, menjadikan suasana menjadi agak mengerikan. Aku dan Jeffy tetap berjaga sementara Rod tak kuat menahan rasa kantuknya, hingga akhirnya tertidur.
Dinginnya Bangsal memang sudah sangat terkenal, tapi cukup aneh, tak ada pergantian arah angin, angin selalu berhembus 24 jam dari selatan. Jeffy yang mulai kedinginan mulai merebahkan tubuhnya. Aku sibuk dengan menggambar.
Terakhir kutengok si Jeff akhirnya tertidur juga. Aku masih ingat ucapan Rizel ketuaku sebelum berjaga "Jangan sampai satu post tidur semua, jika sampai ketahuan anak keamanan, besok kalian dapat masalah. Aku izinkan kalian tidur tapi bergantian, tapi jika benar benar mengantuk. Tapi lebih baiknya kalian semua tetap berjaga, dari pada kalian tidur dibangunkan genderuwo." Bulu kudukku mulai berdiri, padahal aku biasa saja, mungkin karna efek dingin. Kucoba membangunkan mereka, tapi percuma saja mereka molor seperti berhibernasi. Yang akhirnya kuputuskan aku tetap berjaga sampai selesai, untung tidak ada pemeriksaan di shift 3, jadi kalian berdua berhutang padaku.Awalnya hanya suara bisikan yang ku dengar, tapi lama lama suara tersebut tambah nyaring dan terdengar jelas. Aku berdiri dan memulai memeriksa. Di depan kami ada gudang kayu dan juga jalan menuju post 4, sementara di belakang post kami hanya ada tembok pemisah hutan. Aku mulai menggigil, suara yang ku dengar semuanya ku kenali, tapi suara tersebut melayang-melayang di udara saling menyahut satu sama lain. Aku mencari tanda sumber suara tersebut, aku mendengar tawa, tangisan, kemarahan tapi semua tak asing bagiku. Tubuhku seperti digerayahi, bulu kudukku berdiri semua, adrenalin membanjiri jantungku, mataku tegang seperti sedang melotot, keringat membanjiri pelipisku. Keringat menetes disekitar wajahku hingga bibirku, aku merasakan asin di ujung lidahku. Sesuatu menyentuh pundakku, memeluk tubuhku dari belakang, mencekram tubuhku, aku merasakn sesak di dadaku. Tubuhku melemas hingga aku tak sadar aku sudah duduk di dinding post. Kedinginan dalam ketakuttan.
"Hei bangun-bangun, sudah waktunya gantian jaga, kita kembali ke Bangsal." Mataku mulai terbuka saat Jeff membangunkanku, meskipun seperti ada milyaran debu yang menutupinya mataku terasa berat dan kaku ketika aku mulai membukanya. Rod dan Jeffy sudah bangun dan juga beberapa anak yang tak kukenal. Aku berdiri dan mengemasi barang-barangku sambil menunggu teman-temanku yang jaga dipost 4 kembali. Rod dengan santainya melupakan bahwa ia tidur sepanjang jaga. "Ayo kita kembali ke warden, uaaah . . . . , aku sudah ngantuk sekali."
"Apa sudah lama aku tertidur?" Tanyaku
Jeff menerangkan kalo aku tertidur hanya sebentar. "Aku tak tahu, yang jelas ketika kami bangun kau sudah tertidur, lalu kami berdua jaga, tidak lama kemudian anak jaga shift 4 datang."
Yang jelas, aku tidak mau mengingat apa yang sudah terjadi padaku tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
W E S T B O R N : The Blue Engine
Fantasy100% Fantasi, dunia yang berdiri sendiri meskipun setting dan latar ada di dunia nyata. Silahkan skip perpustakaan bila tidak penasaran dengan latar/setting/tokoh aslinya. Jika Inggris punya Hogwarts, Amerika punya Perkemahan Demi God dan Sky High...