Perasaan

54 8 0
                                    

"Kemarin-kemarin ngejauh, sekarang nempel mulu"

Aku merutuki kelabilanku akhir-akhir ini, niat awal untuk berjaga jarak dari Lengka hancur lebur akibat pemaksaan ajakan pulang. Aku benar-benar dirundung rasa malu tak berkesudahan akibat ucapannya beberapa hari yang lalu.

~

Aku sibuk membaca dan membuka buku-buku tebal di depanku, menstabilo bacaan penting yang nanti akan ku rangkum jadi satu. Bahkan makanan yang ku pesan kepada mbok Yah aku diamkan cukup lama. Aku kedandapan lantaran belum belajar sama sekali di tahun kemarin, aku masih bersantai ria. Padahal bulan ini PPU-2(Persiapan Pemantapan UN) sejenis latihan soal yang di adakan pemerintah di kotaku akan segera tiba tanggal 20 nanti. Mengingat nilai tahun kemarin di PPU-1 aku harus lebih meningkatkan belajar dan kesungguhanku.

Waktu memang berjalan begitu cepat, rasanya baru kemarin aku berdamai dengan Lengka, purna tugas sebagai OSIS, menghadapi PPU-1, dan mengawali tahun baru yang menyenangkan.

~

Rumah Arbi sudah ramai dipenuhi anak-anak OSIS, Dewan Penggalang, dan PKS. Dua hari sebelum acara ini diadakan, kita sempat bercekcok untuk mengkonsep party 'Thankyou 2k17' yang akhirnya berjalan semeriah ini.
Acara tidak dibuat formal, hanya ada pesta berbeque, karaokean, throwback kejadian di tahun 2017, dan  ditutup dengan pesta kembang api. Kebahagiaan malam itu menjadi penutup yang manis di tahun 2017.

Aku menggunakan jeans putih dan kemeja putih dengan paduan lengan panjang warna pink, rambutku aku biarkan tergerai dengan jepitan pink yang senada dengan flatshoes yang aku kenakan.

Aku datang bersama Lengka yang menjemputku dirumah. Kali ini ia tidak menjemputku dengan motornya tetapi jalan kaki berdua, katanya rumah Arbi dekat lagian jalan kaki juga sehat. Haha

Aku memutuskan berdamai dengan hatiku untuk tidak menjauhi Lengka sejak ia ingin mengantarkanku pulang. Keputusanku ini bukan karena Lengka menyatakan persaannya atau bagimana, ini murni. Aku memilih untuk tidak baper, aku peduli setan dengan perasaan Lengka yang bagaimana. Aku tidak perlu status pacar untuk dekat dengannya, menjadi sahabat lebih baik mungkin. Seperti kata Ibuku 'Kalian ini sedang masa puber. Jangan diseriusin, belajar dulu yang bener'.
Tapi tetap saja perasaanku tak bisa dibohongi, jantungku tetap berdegup kencang ketika bersamanya, sedekat sekarang ini.

"Susu tuh bikin badanmu tinggi dan berisi blok, malah ga suka"

"Tempe itu juga baik bagi kesehatan. Banyak manfaatnya juga"

"Kok jadi mbahas tempe?"

Dan saat itu kita perang susu dan tempe.

Aku tersadar dari flashback ku ketika Lengka,Anggi,Gibran,Samsul dan Ajun tiba-tiba duduk disampingku. Menyerobot some dan es jeruk yang tadi ku pesan.
Mereka berempat adalah sahabat Lengka yang tengil. Tak jarang mereka suka mengusiliku dan Sheren.

"Mbolos yoo kamu Na,"

"Jebul Ana wis wani nakal to"

Mereka mulai meledekku,

"Sembarangan. Ngga liat aku ngapain?"

Kendati aku memasang muka segarang apapun mereka malah cengengesan. Aku pun juga heran apa sebenarnya yang lucu.
Aku geleng-geleng kepala, memilih kembali mencatat daripada menghiraukan mereka.

Baru sebentar mengacuhkan mereka, suasana tiba-tiba sunyi. Kualihkan pandangan pada mereka yang ternyata sibuk bisik-bisik sambil senyum-senyum.

"Kenapa sih? Ngrasani aku?"

"Udu koe, itu si... Awwww" Ajun meringis kesakitan karena Lengka menyikutnya.
"Sakit goblok"

Lengka nyengir kuda kearahku.
Aku curiga, mereka menyembunyikan sesuatu dariku.

******

Sore ini aku pulang sendirian dengan gojek agar lebih cepat sampai. Pasalnya Anggi, Gibran, Samsul dan Ajun akan main PS bersama rumahku.

Setelah membersihkan badan, aku rebahan dikasur sambil memainkan handphone, mengecek WhatsApp masuk.

Biruuu<3 (2)
Nadia (3)
Grup lejoh (46)
.......
.......
.......

Tentunya aku membuka pesan dari biru dulu, dia selalu yang utama.

Biru : Udah dirumah?
          hehe

Alengka : Cie nanyaa

Biru : Apasih cieciee

Alengka : Ini mau main ps sama bocah-bocah
Dirumahku

Biru : O yaudah.... Have fun

Untuk pesan yang lainnya aku memilih mengabaikannya.
Soal Nadia, dia itu adik kelasku yang beberapa hari lalu menanyaiku mengenai OSIS, itu saja cukup. Dihatiku ini cuma ada Biru seorang dan sudah ku stabilo biar cetho.
Jangan tanya kenapa aku tak mau menembaknya, alasannya pun cukup banyak. Mulai dari aku tidak tahu bagaimana perasaannya, dia bilang padaku mau fokus UN, dan belum boleh pacaran kalau belum 17 tahun. Dan perlu dicatat aku ini tidak mau ditolak, aku tipe laki-laki gengsi.

"WOIII NYUK"

"GA SOPAN BANGET LU, BERTAMU TUH SALAM DULU KEK"

"TAU TU BOCAH DASAR"

"KAYAK LU UDAH GEDHE AJA NDES"

Terdengar suara gaduh di depan.
Benar saja itu adalah Ajun, Samsul, Anggi dan Gibran yang sedang ngacir di depan pintu.

"Untung mamakku gak ono dirumah"

Ajun nyengir tanpa rasa salah

"Usir aja nih ajun, dari dulu diajarin ga paham-paham"

"Wes wes. Ayo masuk"

~

Diruang tengah kita berlima bermain ps bergantian, tidak heran jika kita main ps sambil misuh-misuh ini anak laki-laki, palingan kalau anak perempuan sambil kelik-kelik mancaw (lupa anak perempuan ngga main ps).
Biarpun setelah ini rumahku berantakan dan makanan habis, aku senang bersama mereka.

"Ka pacarmu WA ni"

"Biru ya?"

"Nandia"

Ahahahahahahahahahah.

Mereka mengledekku lagi, padahal aku dan Nadia hanya sebatas kakak kelas dan adek kelas.

"Jangkrik koe Jun"  Aku melempar stik ps ke arahnya.

"Jangan maruk Ka, satu aja yang satunya buat aku"

"Kampret. Udah ku bilang cuma adek kelas"

"Adek kelas tapi mesra"

"HAHAHAHHAAHHAH"

Mengahabiskan sore di Rabu pertama bulan Januari, mereka menjadikan aku bahan bully-an. Ini membosankan.

*****

Done ya, ditunggu part berikutnya yang lebih asiqueeee:*
Jangan lupa komen dan vote biar tambah semangat:)))
Thankyou

DUFANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang