Bagian Empat

35 8 1
                                    

Pagi yang indah
Senyum yang merekah
Nikmat Tuhan yang tak boleh di lewatkan
Dia di depanku dengan menggengam sekotak susu.
Susu?

Dahiku sontak mengernyit, terheran dengan sesuatu yang di bawanya.
Ini pemandangan langka yang tak boleh dilewatkan. Sepanjang perjalanan hidup semenjak aku kenal dia, baru pertama kali ini ia 'mau' minum susu.

Demi menjawab rasa kepo dan curiga, aku menghampirinya.

"Itu susu?"

Pletakk... "aw sakit geblek"

"Saru"

Mataku terpincing, kenapa bocah ini bisa bilang saru?

"Itu ditanganmu susu?" Aku memperjelas dengan menunjuk tangan kanan nya.

Sepertinya Biru tampak malu, tebukti dari rona pipinya yang berubah merah padam.

Alih-alih menjawab pertanyaan ku, ia kembali menjitak kepalaku.
Aku meringis. Gadis ini pandai sekali menyakitiku, lihat saja sehabis ini kepalaku pasti benjol. Kekuatan tangannya tak bisa diremehkan.

"Ini buat Sheren, dia sakit perut belum sarapan. Jadi tak beliin susu sama roti"

"Oh ku kira kamu."

Ia menggeleng, "Yaudah aku ke uks"

"Mau ikut"

"Udah mau bel masuk, Ka. Lagian kayak ga punya temen aja kamu ngintilin aku."

"Kamu kan temen aku."

Calon teman hidup maksudnya.

"Terserah deh"

Kemudian aku mengekor di belakangnya.

Aku tekankan lagi, aku tidak ingin ditolak. Bagiku segala bentuk penolakan itu benci.

-

Di UKS putri Sheren terlihat pucat sambil sesekali meringis memegangi perut.
Biru mengulurkan tangan untuk membantu Sheren duduk,

"Makan ya Ren, biar perutmu mendingan"

Dibukanya bungkus roti lalu disuapkan,
"Udah tau mag, malah ra maem. Ngrepoti gini kan"

"Ck, ya biarin. Namanya juga ga napsu"

"Gayamu Ren, Ren. Malam tahun baru juga kamu yang ngenteki sosis bakar" aku sedikit mendekat, "sok-sokan engga nafsu"

"Putus cinta bukan alesan ngga nafsu makan kali Ren."

Mataku terbelalak, "Putus sama Abdi? Sukurin"

Ku sentil poni Sheren, ku ejek ia sepuas hatiku sampai ia hendak menangis.

Di sebelahku ada yang ikut tertawa,

Nikmat Tuhanmu mana lagi yang ingin kamu dustakan?

-

Hari ini hampir saja image-ku sebagai mantan ketua OSIS rusak akibat terlambat masuk kelas.

Sepuluh menit yang lalu ketika bel masuk menggema, aku masih berada di uks dan tak kunjung pergi ke kelas. 5 menit lagi pikirku, tak terduga Pak kumis lele atau Pak Burhan guru kiler bahasa inggris berjalan lewat depan uks putri.

Mampus

Dengan hati-hati aku berjalan mengendap dibelakangnya agar tidak ketahuan.
'Telat satu langkah dibelakang saya, akan saya alfa.'
Mengingat ucapnya sudah membuatku ngeri.

Sampai diujung koridor arah naik tangga ke kelas IX, Pak Burhan belok kiri ke kamar mandi.

Tuhan berpihak kepada hambanya yang baik.

DUFANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang