四 Four

77 4 2
                                    

Aku menekan-nekan pelipisku dengan kesal. Aku benar-benar tidak bisa mengerjakan skripsiku dengan cepat, sehingga sekarang aku melarikan diri dari dunia skripsi dan hanya menonton highlight pertandingan basket secara random. Hanya ini yang bisa kulakukan agar bisa menghilangkan stressku, selain ini aku biasanya membaca novel, tetapi stok novelku sudah habis. Tidur? Aku tidak akan bisa tidur kalau sedang stress.

"Kau masih belum tidur?" Suara itu berhasil memecah keheningan, dan entah kenapa berhasil membuat sakit kepalaku hilang untuk sesaat.
"Belum." jawabku singkat sambil menatapnya yang berjalan keluar kamar, ia bahkan menggeleng pelan setelah melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 02:47.
"Kau begitu menyukai basket sampai tidak tidur?" tanyanya sambil berdiri di dekatku, ia kelihatannya baru kembali dari dapur.
"Tidak sampai tidak tidur." jawabku dan aku berhenti menekan pelipisku ketika ia duduk di sampingku.
"Papa sering membawamu menonton basket?" Pertanyaan mendadaknya itu membuatku terdiam sesaat, baru kemudian aku menggeleng untuk menjawab pertanyaannya.
"Tidak sering. Papa sibuk. Lebih sering menonton lewat TV, tetapi kalau dia sempat, dia akan membeli tiket bahkan membeli baju basket untuk kami."
"Kami?" Pertanyaannya membuatku kembali terdiam, aku mengerutkan keningku. Aku terlalu terbiasa melihatnya yang selalu tahu tentang apapun, tetapi kali ini ia sama sekali tidak mengerti apa yang kukatakan.
"Papa, Mama, Aku dan Adikku." jawabku akhirnya dia ia sedikit terbelak kaget.
"Kau punya adik?"
"Tentu saja. Kalau tidak, aku tidak mungkin berada di sini."
"Maksudmu?" Sekali lagi pertanyaannya membuatku tercengang. Bukan hanya aku yang tidak tahu apa-apa, ia juga terlihat tidak tahu tentang apapun yang terjadi di sini.
"Aku tidak ingin kalian membuat masalah dengan adikku yang bersekolah di tempat yang sama denganku dan Papa, jadi aku mengalah." jelasku dan Yi Fan terdiam sesaat. Ia menatap ke layar TV, tampak berpikir.
"Maaf. Aku tidak tahu."
"Aku tidak mau membahasnya." tukasku akhirnya. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri tidak ingin mengingat apapun dan menjalani hidupku yang sudah terlanjur seperti ini.

Ia akhirnya berdiri dan menoleh ke arahku lagi.

"Kau tidak akan tidur? Kau tidak kerja?" tanyanya lagi.
"Sebentar lagi. Jangan pikirkan aku." gumamku dan ia hanya mengangguk pelan kemudian kembali masuk ke dalam kamar. Aku tidak akan masuk ke kamar, karena aku masih tidur di sini, seperti biasanya. Sekian.

^_______________________^

"Argh!!" Aku memekik tertahan setelah akhirnya berhasil mengumpulkan kesadaranku. Aku merasa sudah tertidur cukup lama, bahkan aku sudah terlambat 30 menit untuk masuk kantor hari ini. Aku merenggangkan otot tubuhku dan menatap ke sekelilingku. Aku benar-benar tidak ingat kapan aku pindah ke kamar, yang terakhir aku ingat, pertama kalinya aku tidur larut malam, sekitar pukul 4 subuh lewat, dan aku masih mengantuk sampai sekarang.

Pandanganku teralihkan ke arah lembaran kertas di atas meja rias. Terakhir kali yang kuingat, aku sudah melipat kertas itu dan menimpanya dengan buku, tetapi sekarang kertas itu tidak terlipat lagi, terbuka lebar dan sudah lengkap dengan tanda tangan. Kalau dia tidak menuliskan namanya, aku mungkin tidak akan tahu kalau dia yang sudah menandatangani surat beasiswaku ini. Jadi, sekarang dia termasuk waliku juga? Oh, damn.

Setelah selesai berjuang melawan rasa kantukku dan selesai untuk siap-siap ke kantor, aku awalnya berencana hanya untuk mengambil botol air mineral dari dalam kulkas, tetapi jus tomat di atas meja makan menarik perhatianku. Aku tidak ingat aku sudah membuat jus tomat itu. Aku saja tidak ingat kapan aku pindah ke kamar, apalagi membuat jus tomat ini. Atau jangan-jangan...
Jangan-jangan Wu Yi Fan yang...
Wah. Yang benar saja?

***************    

Beijing Normal University, Beijing

Aku menarik nafas saat berjalan keluar dari parkiran mobil kampus. Bukan karena apapun, aku terlalu lelah harus melakukan ini. Aku selalu merasa tertekan setiap menginjakkan kakiku di kampus. Bukan karena ada yang menggangguku atau apa, tetapi kadang keramaian membuatku merasa tidak nyaman. Terbiasa sendiri membuatku menjadi seperti ini. Salahkan saja keluarga Wu...

Hold Me DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang