二 Two

46 5 1
                                        

Aku merenggangkan otot tubuhku dan membuka pintu apartemen. Hari ini aku tidak perlu bergerak pelan karena aku tidak pulang terlalu malam, kuliahku lebih cepat selesai dan sepertinya aku juga ingin tidur lebih cepat hari ini. Aku tidak punya mood mengerjakan skrispiku lagi, sama sekali tidak. Otakku terlalu lelah untuk berpikir.

Baru saja aku membuka pintu kamarku dan bisa bernafas lega karena tidak ada siapa-siapa di dalam, suara bel membuat langkahku terhenti. Aku mendengus kesal padahal untuk pertama kalinya aku bisa segera tidur dengan tenang di kasur, tetapi sepertinya rencanaku tidak akan berjalan dengan mulus lagi.

Aku berjalan malas ke arah pintu, dan menarik nafas dalam-dalam. Aku hanya berharap yang datang kali ini bukan orang tuanya, bukan orang tuaku, bukan siapapun, karena sesungguhnya tidak ada yang pernah datang kemari selain mereka.

"Di mana Kris?!" Itu pertanyaan yang pertama kali kudengar setelah aku membuka pintu, pertanyaan dengan nada yang sangat tidak mengenakkan itu datang dari seorang wanita berparas cantik, dan tinggi. Aku tidak pendek, tetapi ia tetap lebih tinggi sedikit dariku. Ia terlihat seperti seorang model, atau mungkin dia memang model?

"Maaf. Kau siapa?" tanyaku pelan, aku masih bersikap sopan mengingat ia terlihat jauh lebih tua daripada aku.
"Masih berani tanya aku siapa?! Yang benar saja! Di mana Kris?!" Ia berteriak keras dan membuatku terpaksa mundur satu langkah.
"Minggir!" Wanita itu mendorongku dan memaksa masuk ke dalam apartemen sambil berteriak memanggil nama Kris, yang entah siapapun itu.
"Tidak ada orang yang bernama Kris di sini." jawabku tenang dan ia melotot ke arahku sambil tertawa marah. Aku merasa seharusnya aku yang tertawa marah, tetapi kenapa dia malah...
"Kau menikahinya tanpa tahu namanya?!" tanyanya ketus dan aku tertawa kering.
"Yang kutahu, aku menikahi Wu Yi Fan."
"Huh! Kau menikah tanpa tahu apapun tentangnya." ocehnya sambil berjalan ke arah dapur, ia bahkan membuka lemari es dengan santainya, dan meneguk minuman yang biasanya hanya diminum oleh Yi Fan.

Yang dikatakannya memang tidak salah, sama sekali tidak karena aku memang tidak tahu apa-apa kecuali dari apa yang aku lihat dan dari apa yang Mama beritahukan. Salahnya adalah orang ini sembarangan masuk, bahkan ke dapur, membuka kulkas dan bertingkah seolah dialah pemilik tempat ini. Benar-benar membuatku tidak tahan lagi.

"Hey! Kau siapa sih?!" tanyaku kesal sambil menarik minuman yang baru selesai ia teguk.
"Menurutmu aku siapa?!" Mendengarnya yang bertanya balik padaku membuatku hanya diam dan menatapnya tajam. Ingin sekali aku melakukan sesuatu padanya, tetapi itu hanya akan membuatku semakin lelah dan menghabiskan tenagaku yang tinggal 5% ini.
"Terserah saja." tandasku akhirnya sambil membalikkan badanku dan berjalan meninggalkannya.

Kalau dia bisa seenaknya masuk ke apartemen Yi Fan, itu berarti mereka saling mengenal, dan aku merasa tidak perlu ikut campur dalam urusan ini. Jadi aku hanya akan masuk kamar dan tidur. Aku benar-benar lelah sekali.

"Hey!" Wanita itu mencengkram pergelangan tanganku dan membalikkan badanku, membuatku sekali lagi tidak jadi masuk ke dalam kamar.
"Kalian tidur sekamar?!" Pertanyaannya membuatku memejamkan mataku dan menarik nafas kesal, menahan amarahku.
"Aku saja tidak pernah bisa masuk ke kamarnya, dan kau sudah tidur sekamar dengannya?! Yang benar saja?!" teriaknya histeris, membuatku refleks menutup kedua telingaku. Kesabaranku sepertinya sudah menghilang, kurasa jika sekali lagi ia berteriak, diriku yang dulu akan kembali muncul dan membalas perbuatannya dengan membabi buta. Aku hanya akan melampiskan kekesalanku selama ini pada wanita yang bahkan aku tidak tahu siapa dia.

"Hey! Jawab aku!" desaknya dan menarikku keluar dari kamar. Aku mengerlingkan mataku dan menatapnya skeptis. Aku tidak merasa perlu menjawab pertanyaannya itu.
"Kau bisu ya?!" pekiknya dan aku memejamkan mataku dan menghembuskan nafasku dengan kesal. Aku menghempaskan tangannya yang sedaritadi mencengkramku.
"Xiao Jie! Memangnya kalau tidak tidur di kamarnya, aku mesti tidur di mana?! Di rumahmu?! Aku tidak merasa perlu menjawab pertanyaan bodohmu! Kalau kau masih menginginkan jawabannya, tanyakan saja langsung padanya kenapa kau tidak bisa masuk ke kamarnya, sedangkan aku bisa!" teriakku kesal dan wanita itu kembali mencengkram pergelangan tanganku, aku langsung menepis lagi tangannya dan membuatnya menggeram marah.
*(Nona!)*

Hold Me DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang