#2

624 48 2
                                    

"Ma, Keyla berangkat assalamualaikum," pagi-pagi sekali Keyla sudah berpamitan untuk pergi kesekolah karna ia tak mau terjebak dalam kemacetan.

"Iya La, hati-hati jangan ngebut-ngebut ya bawa mobilnya," Mamanya pun selalu seperti itu.

"Iya Ma," Keyla tersenyum dan menyalimi kedua tangan Mamanya. Dengan segera Keyla berangkat kesekolahnya.

Sesampainya di sekolah, ia berjalan tergesa-gesa karna Keyla sudah hampir terlambat.

Bugh!

"Anj-" sebelum menyelesaikan umpatannya, Devano melirik sebentar siapa yang telah menabraknya dari arah berlawanan.

Melihat siapa yang menabraknya dengan tatapan tajam dan dingin. Setelahnya ia langsung pergi meninggalkan orang yang telah menabraknya itu.

"Dasar batu!" Setelahnya ia pergi juga, sama seperti Devano.

Devano terus berjalan meninggalkan cewe yang bisa di bilang aneh.

Sesampainya di kelas Devano langsung duduk di kursinya yang nyaman itu. Mengabaikan ketiga sahabatnya yang memerhatikan namun di cuekin sama Devano.

"Woi, dateng sama muka datar. Gak salam gak apa. Langsung duduk aja,"
Jio yang merasa heran langsung mendekati Devano.

"Hmm?" Jawab Devano singkat.

"Whattt??? Hmm?? Aduh gak kuat dede mas," Jio pasrah dengan Devano. Niat bertanya Jio pun hilang menjadi badmood akibat jawaban singkat dari Devano.

"Enak gak mas nya di kacangin sama es kutub?" Ejek Rendi yang sudah tak tahan lagi menahan rasa tawanya.

"Kampret lu monyett"

"Devano kenapa sayangku? Kamu ada masalah? Gak pernahnya kamu seperti ini. Kamu pms? Atau apa? Coba bilang jangan diem terus," celotehan panjang dari Kahfi berhasil membuat Devano, Rendi, dan Jio menatap tajam dan merasa ingin muntah mendengarnya.

"Heh badak! Lu kira Devano cewe, pake pms segala? Pms juga tuh yang ada marah-marah mulu, ngomel mulu, bukan diem kek patung gini." Jio yang kesal menjitak Kahfi, dan Kahfi pun hanya meringis akibat ulah sahabatnya itu.

"Otak lu karatan ya?" Pertanyaan singkat dari Rendi yang mampu membuat Kahfi melotot tajam.

"Heh sadar masnya!" Kahfi menatap sinis ke Rendi sebagai balasan.

"Gue tadi gak sengaja tabrakan sama cewe," suara Devano yang tiba-tiba dan bisa di bilang sebuah kalimat yang lumayan panjang berhasil membuat ketiga lelaki tampan itu menoleh ke arah Devano kebingungan.

"Hah?" Respon mereka bersamaan.

"Kesel." Jawab Devano singkat.

"Heh curut lu kalo ngomong tuh kadang suka bikin jantung copot karna kaget sama omongan lo, terus bikin orang bingung dengan ucapan lo yg cuma satu kata itu,"

"Coba sini gue terjemahin dulu" Kahfi berusaha untuk mencerna kalimat panjang dari Devano, dan satu kata kunci sebagai alasannya.

"Lah sok bisa"

"Jangan remehin calon profesor"

"Amin aja lah gue"

"Menurut pandangan gue," Kahfi diam sejenak mencerna kata-kata untuk menerjemahkan ucapan Devano. "Tadi Devano tabrakan sama cewe yang bikin dia kesel. Dan itu alasannya dia kek gini. Bukan begitu mas Devano?" Kahfi menatap Devano menunggu jawaban Devano apakah ia benar atau salah.

Devano mengangguk sebagai alasan.

"Wahh, Devano tabrakan sama ceweeee gengs," teriak Jio yang membuat seisi kelas menatap Jio heran.

KUTUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang