Hari ini adalah hari yang paling banyak tidak disukai oleh para murid. Bahkan sebagian dari orang pun tak menyukai hari ini. Kalian bisa menebak kan ini hari apa? Ya, ini hari senin.
Devano, Kenno, Rendi, Jio, dan Kahfi pagi ini sudah berencana untuk tidak mengikuti upacara bendera. Mereka berkumpul di suatu tempat yang sudah menjadi langganan mereka. Tepat di belakang sekolah yang sepi namun cukup nyaman untuk membolos seperti upacara hari ini.
"Mbok, Jio pesen mie satu sama es teh manis ya mbok! Teh nya gak usah manis-manis, ya mbok tau lah Jio kan udah manis hehe," ucapan seperti itu yang terlontar dari mulut Jio berhasil membuat yang lainnya merasa mual ingin muntah.
"Pede amat geh lo nya,"
"Yee sirik ae lu Onta," tatapan datar yang tertuju untuk Kenno.
"Apa lo, masih gantengan gue." Balas Kenno tak mau kalah.
"Buat apa ganteng, ngebosenin. Mending manis kek gue, gak bakal pernah bosen kalo diliatin terus,"
"Buktinya gue pengen muntah tuh sekarang," jawab Rendi. Jio yang mendengarnya pun hanya menatap malas kearah teman-temannya. Dan di susul dengan tawa ejekan untuk Jio.
"Ini mas Jio mie sama es teh nya" ucap Mbok Ijah, penjaga warung belakang sekolah.
"Okee makasih mbok" Jio mangambil pesanannya tersebut dan langsung melahapnya.
"Devano, Kenno, Jio, Rendi, Kahfi!" Teriakan seram yang menyebut nama mereka berhasil membuat mereka terkejut. Bagaimana tidak terkejut, mereka ketahuan bolos oleh guru BK mereka.
"Hehe bapak" ucap Kenno dengan cengirannya yang tak ada rasa bersalah sama sekali.
"Bapak mau makan juga? Nih saya juga baru makan pak, masih panas mienya" ucap Jio asal.
"Yaa kok bapak kesini gak bilang-bilang sih? Mana pake ngagetin kita segala lagi. Untung saya gak punya penyakit jantung pak," ucap Kahfi.
Pak Deni yang sudah naik pitam melihat murid-muridnya tersebut hanya bisa mengelus dada, dan sesegara mungkin menghampirinya.
"Ngapain kalian disini? Mau jadi apa kalian kalau upacara bendera saja kalian tidak ikut? Ha?!" Dengan nada suara yang tinggi, pak Deni kembali mengocehi mereka, "orang tua kalian susah payah biayain kalian di sekolah yang cukup mahal ini, kalian malah seenaknya bolos."
"Baru ini pak," ceplos Rendi.
"Apa kamu bilang?! Baru ini? Kalian itu sudah langganan BK dan sering sekali kalian bolos seperti ini." Pak Deni mengambil nafas lalu membuangnya dengan kasar. "Sudah lelah saya mengurusi kalian,"
"Ya sudah pak pensiun aja. Enak di rumah nonton tv. Daripada bapak capek-capek kan ngurusin kita yang bandel ini."
"Sudah cukup kalian!!! Sini kalian ikut saya ke sekolah!"
Devano yang sedari tadi hanya diam saja namun tatapan tajam berhasil membuat pak Deni kasal.
"Devano! Kenapa kamu lihatin bapak seperti itu?"
"Gakpapa" jawab Devano datar dan tatapan tajamnya.
Mereka pun mengikuti pak Deni menuju ke sekolah dan mereka pun akan mendapatkan sebuah hukuman yang selalu mereka dapatkan hampir setiap harinya.
"Kalian lari 20 kali putaran lapangan sekolah ini, setelahnya kalian bereskan halaman belakang sekolah dan toilet sekolah!" Perintah pak Deni.
"Pak, saya sekolah disini untuk belajar bukan untuk jadi tukang bersih-bersih sekolah," ucap Rendi.
"Terus kalau kamu sekolah disini untuk belajar, kenapa kamu tadi malah bolos?"
"Saya jenuh pak,"

KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUB
Teen FictionDingin mu membuat ku penasaran. Dingin mu membuat ku becermin. Dingin mu seperti dinginnya ku terhadap yang lain. Bagaimana jika cewe dan cowo mempunyai sifat yang sama. Sama-sama diam dan tidak banyak bicara. Bicara pun hanya seperlunya, mentok di...