#6

479 39 1
                                    

"Ini..." ucap seseorang terpotong pada saat melihat Keyla.

Keyla yang masih saja tampak kesal, Keyla menatap seseorang itu dengan datar. Tanpa senyum sama sekali di wajahnya.

Sesorang tersebut adalah seorang pria muda yang tampak seumuran dengan Keyla. Namun jika dilihat lebih teliti lagi, pria tersebut lebih tua di bandingkan dengan Keyla.

"Ini dengan Ibu Widya?" tanya pria tersebut.

"Iya, itu Mama saya,"

"Ini mbak, saya kurir ingin mengantarkan pesanan atas nama Bu Widya" ucap pria tersebut seraya menyerahkan sebuah kotak pesanan Mamanya Keyla.

"Makasih ya mas," ucap Keyla tetap datar.

Kurir tersebut pun hanya menganguk dan setelahnya pergi meninggalkan rumah Keyla. Dan Keyla pun kembali masuk ke dalam rumahnya dan melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda akibat kurir.

"Untungnya manusia bukan hewan."

Keyla merasakan kebosanan, pada akhirnya Keyla menyalakan DVD Player dan menonton drama kesukaannya.

Setelah menonton drama cukup lama dan menghabiskan dua episode drama, bel rumah Keyla kembali berbunyi.

Tingtong

Keyla menghembuskan nafas kasar. Moodnya kembali turun setalah tadi kurir telah mengganggunya, lalu sekarang siapa lagi? Ya Tuhan, jika Mama ataupun Papa pulang dari padatnya aktifitas mereka, Keyla sangat lah bahagia. Namun jika orang lain yang datang, percayalah jika Keyla akan memarahinya tanpa memandang siapapun itu terkecuali Mama dan Papanya. Mengganggu keasikan Keyla sama seperti membangunkan singa yang sedang tertidur pulas.

Keyla bangkit dengan menahan amarahnya. Jangan sampai ia meledakkan amarahnya.

Tingtong

Keyla mempercepat langkahnya. Bukan, bukan untuk cepat-cepat membuka pintu. Namun ingin cepat-cepat mengahajar orang tersebut.

Keyla membuka pintunya dan, muncul lah lelaki seumuran dengan Keyla.

"Ini buat tante Widya, bilang dari Bunda Gina" ucap lelaki tersebut sembari memberi sebuah kotak yang berisikan makanan.

Ya, lelaki tersebut adalah Devano. Setalah Devano mengucapkan satu kalimat yang cukup panjang, Devano dengan segera mungkin meninggalkan rumah Keyla tanpa memberi kesempatan Keyla untuk berbicara. Devano pun tak pamit.

"Gak sopan. Cih!"

Keyla kembali masuk ke dalam rumah dan meletakkan kotak makanan tersebut di meja makan.

Setelahnya Keyla menonton drama kesukaannya kembali hingga drama tersebut tamat.

--------

Tak butuh memakan waktu yang cukup lama, Devano sudah sampai di rumahnya walaupun ia hanya berjalan kaki. Cukup jauh, namun Devano menganggapnya olahraga sore.

"Sudah diantar bang?" tanya sang Bunda.

"Udah"

"Bunda dengar dari tante Widya, anaknya seumuran kamu loh bang" ucap Gina dengan senyum yang mengembang. "Anaknya perempuan, dan kalo tidak salah dia sekolah di tempat yang sama dengan kamu bang" Devano hanya melirik malas kearah Bundanya. "Kamu kenal dengan dia bang?" tanya Gina.

"Enggak" jawab Devano singkat.

"Loh kok enggak? Kalo gitu kapan-kapan kita main kerumahnya ya bareng-bareng, biar kamu juga kenal dengan anaknya teman Bunda." Devano yang merasa terkejut sesegera mungkin mengatur wajah terkejutnya dengan wajab datar kembali. "Siapa tau kamu suka, dan..." ucap Gina terpotong sembari menatap putra sematawayangnya tersebut. "Kamu pacaran dengan dia hehehe. Terus lanjut deh ke pernikahan. Bunda dan tante Widya besanan deh" cengiran polos terpajang di wajah Gina.

KUTUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang